Perjalanan seorang pemuda bernama Cassius dalam mencari kekuatan untuk mengungkap misteri keruntuhan kerajaan yang dulu merupakan tempat tinggalnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mooney moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elemental beast - forest boar 2
Cassius melompat ke atas kepalanya tepat sebelum taring boar itu mengenainya, boar itu berhenti sejenak lalu mulai memontang-mantingkan tubuh Cassius. Dan diapun hanya bisa berpegangan erat pada tonjolan tulang yang ada di kepala forest boar itu. Stelah beberapa saat, forest boar mulai berlarian tak terkendali berusaha melepaskan Cassius dari kepalanya sebelum akhirnya berlari menuju batu besar dengan Cassius yang berada di atas kepalanya.
Lagi-lagi boar itu melesat dengan kencang, namun Cassius tampaknya tidak berniat untuk beranjak. Dia tetap pada posisinya seperti sedang merencanakan serangan yang tidak terduga. Dan benar saja, saat tubuh Cassius dihantamkan ke batu, terdengar keras suara daging dan tulang yang diremukan. Membuat kondisi tubuh bagian bawahnya menjadi sangat parah dan hampir tidak berbentuk, menyisakan tubuh bagian atas saja yang bisa bergerak.
“(Ghherkk... bhllerrkk).... aku... harus tetap sadar...” darah terus mengucur dari mulut,hidung dan tubuhnya. Dan tampak tubuhnya juga sudah mulai ditumbuhi oleh akar-akar yang menjalar liar.
Dengan kesadaran penuh yang masih tersisa Cassius mengambil kesempatan yang ada saat boar itu berhenti setelah menerjang batu. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menusuk mata forest boar sekuat mungkin.
“(chrarkk.....)” pedang Cassius menancap dalam, menusuk mata kiri forest boar dengan tepat. Terdengar pula suara pekikan forest boar yang kesakitan akibat serangan Cassius.
“Ini belum cukup!!... hyyaahhgg” Cassius menarik lagi pedangnya, menukar posisi pedangnya dengan cepat lalu menusuk mata sebelah kanan dengan sedikit memiringkannya keatas memastikan pedang itu menusuk bagian otaknya juga. Forest boar itu memekik kesakitan untuk kedua kalinya, meronta-ronta sebelum akhirnya tubuhnya kaku dan tumbang. Selang beberapa saat, akar yang tumbuh di badan Cassius mulai mengering dan rontok, seiring energi elemental yang berada di tubuh forest boar memudar. Bulunya yang terbuat dari akar yang tumbuh tersusun dan kulitnya yang kokoh bagai kulit pohon pun sekarang sudah mulai mengering dan lapuk menyisakan tubuh forest boar biasa yang memang memiliki ukuran di luar nalar.
Cassius yang nyawanya terasa seperti hampir di ujung tanduk pun kesadarannya mulai pulih. Dan ketika ia melihat keadaan tubuhnya, sesuai perkiraan. Tubuh bagian bawah Cassius yang tadinya hampir tidak berbentuk, telah kembali seperti semula. Namun kali ini sepertinya regenerasinya bekerja lebih cepat, bahkan tampaknya sebelum boar itu tumbang tubuhnya sudah mulai pulih. Selain itu, ada satu hal lagi yang mengganjal pikirannya, Cassius merasakan sensasi yang sedikit berbeda. Setelah pertempuran yang dialaminya, terlebih dengan strateginya yang bisa dibilang beresiko ia sama sekali tidak kelelahan .
Cassius melihat kedua tangannya dan coba merasakan perubahan yang terjadi pada dirinya “Ini... aneh.. aku sama sekali tidak merasa kelelahan, apa mungkin sekarang loomb-ku juga mempengaruhi stamina?”
Sejenak ia coba menerka situasinya “tak ku sangka loomb yang dikategorikan kelas common bisa seperti ini, apa mungkin loomb-ku bukan kelas common, melainkan kelas rare atau diatasnya?"
Tapi sepertinya hal itu tidak terlalu mengganggu pikirannya "Hah.. entahlah, tapi satu hal yang bisa kupastian adalah.. sepertinya loomb-ku sudah naik tingkat lagi. saat loomb-ku aktif aku tidak perlu mengkhawatirkan soal stamina. aku merasa bersukur karena memilih pergi”
Cassius lalu mengalihkan pandangannya pada tubuh forest boar yang baru ia kalahkan “Baiklah sekarang saatnya melihat kondisi forest boar ini, wah... ternyata ini memang sangat besar, akar dan kulitnya... bisa dengan mudah dibersihkan. Sekarang kita lihat dagingnya, jika ini bisa dimakan maka aku tidak perlu khawatir dengan persediaan selama beberapa minggu kedepan”
Dia coba menyayat kulit boar yang tertutup bulu asli untuk memastikan kondisi dagingnya “tidak hanya bulu aslinya saja, ternyata kulit dalamnya juga tebal. Ah.. akhirnya aku bisa ambil dagingnya, hmmm... tapi haruskah kucoba mentah-mentah..? sebaiknya nanti saja setelah selesai memisahkan dan membersihkan semuanya”
Cassius membagi daging boar jadi beberapa bagian sembari memakan buah berry yang ia petik tadi untuk mengisi kembali tenaga, walaupun sepertinya ia tidak terlalu butuh itu. Tapi bagaimanapun juga ia tampak sangat menikmatinya.
Waktu pun tak terasa berlalu, hingga Cassius sadar kalau cahaya matahari yang bersinar remang di hutan mulai meredup. “ternyata hanya untuk membaginya jadi beberapa bagian lumayan memakan waktu juga, sepertinya sudah saatnya mencari tempat untuk bermalam. Kalau bisa menemukan sumber air, itu adalah hal bagus”
Beberapa bagian sudah dipotong menjadi potongan-potongan lebih kecil, siap untuk disimpan di dalam portal Inventory-nya. Dengan santai, ia menyandarkan tubuhnya ke pohon terdekat, menikmati rasa buah berry yang masih menyegarkan lidahnya, meski energi tubuhnya terasa lebih dari cukup. Tak lama kemudian ia beranjak dari tempatnya, ia berdiri lalu membersihkan tangan dari sisa-sisa daging, dan mengamati sekitarnya. Kabut mulai berubah menjadi lebih pekat, dan suara-suara binatang hutan semakin sunyi, memberi tanda bahwa malam mulai datang.
“Sumber air... semoga saja ada di sekitar sini,” pikirnya, memutuskan untuk melanjutkan pencariannya.
Dengan langkah pasti, ia mulai bergerak, menghindari ranting-ranting yang bisa berisik, dan memeriksa tanah dengan seksama. Setelah beberapa waktu berjalan, ia menemukan sebuah aliran kecil yang mengalir dengan tenang, menciptakan suara yang menenangkan di tengah kesunyian hutan yang semakin mendalam.
"Ini dia, akhirnya" bisiknya dengan senyum tipis.
Ia melangkah lebih dekat ke air, merasakan dinginnya menyentuh telapak kaki. Sumber air, meski kecil, cukup untuk memberinya kesempatan untuk membersihkan diri dan menyimpan lebih banyak persediaan untuk perjalanan yang lebih jauh lagi. Setelah merasa cukup puas, ia melangkah mundur dari air, memutuskan untuk mencari tempat berlindung yang aman sebelum malam benar-benar tiba.
Cassius melangkah ke sebuah area datar yang lumayan terlindung oleh pepohonan besar di dekat sumber air, tempat yang cukup aman untuk beristirahat malam ini. Ia membuat api kecil, mengatur potongan-potongan daging boar di atas batu datar yang ditemukannya di dekat sumber air, dan dengan tenang menyiapkannya untuk dimasak. Tak lupa ia menambahkan beberapa herba yang ia dapat sepanjang perjalanan untuk menambah cita rasa dari daging boar.
Sambil menunggu api yang mulai membara, ia duduk di dekatnya dan mencoba menikmati ketenangan hutan malam yang sebenarnya juga menyimpan bahaya. Suara gemerisik angin yang menyusup melalui ranting pohon dan gemericik air dari aliran mata air kecil menciptakan suasana yang nyaman, meski sesekali angin malam membawa aroma tajam dari hutan Pilgrum yang penuh misteri.
Sembari menunggu makananya matang Cassius mengeluarkan buah yang ia dapat tadi siang, buah ini bernama buah marra. Ia mengeluarkan yang masih mentah dan yang sudah terlalu matang, menurut buku tentang flora yang pernah dibacanya, kedua buah itu memiliki efek racun yang berbeda. Yang masih mentah mengandung getah yang sangat banyak dalam daging buahnya, jika tertelan buah ini dapat menimbulkan rasa gatal,perih dan panas di dalam tubuh dan efeknya baru akan hilang setelah 48 jam. Sementara yang terlalu matang bisa menyebabkan halusinasi, kesulitan bernapas, peradangan, mengikis kulit dan mengandung racun yang dapat memecah pembuluh darah.
“Baiklah pertama yang mentah dulu”
Cassius mengiris buah itu dengan belati dan memasukanya ke dalam mulut, dia mengunyah lalu menelanya. Rasanya tidak pahit meskipun mentah, tapi seketika seisi mulut, tenggorokan, dan perutnya terasa benar-benar panas, gatal, bercampur perih lalu mulai meradang dan mengeluarkan darah. Ia pun segera mengaktifkan loomb-nya untuk menetralisir rasa yang mengerikan itu. Untungnya dalam beberapa detik, rasa tidak nyaman di mulutnya dan semua rasa sakit yang dia rasakan memudar.