NovelToon NovelToon
I Love You More, Little Sweety

I Love You More, Little Sweety

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Mengubah Takdir
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: DeeSecret

Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.

Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.

Naninna... tidak akan pernah melupakannya.

Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keinginan Untuk Mati

"Apa yang kau inginkan, My Lady?"

Davichi tidak tahu apa yang di inginkan oleh wanita cantik dihadapannya saat ini. Kedatangannya di Mansion besar miliknya, Naninna menawarkan sesuatu yang sama sekali tidak terfikirkan olehnya. Maka dari itu Davichi memutuskan untuk bertanya padanya.

"Berpura-puralah untuk tetap berkerja sama dengan, Matthew. Selebihnya... biarkan diriku yang memutuskan."

"Berpura-pura?" Pria itu tertawa keras sampai terlihat semua giginya. Seluruh anggota tubuhnya ikut bergetar di iringi tawa nyaring yang menggema. Tersirat guratan samar dan sorot guyon pada kedua mata elangnya itu. "Apa maksudmu, My Lady? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

Naninna mendengus, "Dengan dirimu memanggilku dengan sebutan seperti itu... seharusnya kau menyadari suatu hal. Kau menyetujui keinginanku sebelum diriku mengatakan yang sebenarnya, bukan? Aku hanya merasa kau kali ini akan mengabulkan permintaanku meskipun kita baru pertama kali bertemu."

Baru pertama kali bertemu....

Davichi mengangguk, menyetujui apa yang dikatakan oleh Naninna. Pria itu menyamankan posisi duduknya di atas meja, dengan Naninna tepat dibawahnya-duduk di kursi. Posisi yang tepat untuk mengurung tubuh kecil milik wanita ini.

"Kau memiliki kepercayaan yang sangat tinggi sampai kau memerintahkanku untuk berpura-pura membentuk aliansi dengan suamimu itu. Ck ck ck... Sungguh skenario yang sangat keren."

Naninna tidak menggubris setiap perkataan pria itu. Nyatanya rasa gugup yang melanda hatinya ia tutupi dengan meminum beberapa teguk anggur yang terasa pekat di lidah. Suara ponsel mengejutkannya. Tertera nama sang kekasih-mengatakan bahwa pria itu akan segera menuju rumahnya.

"Ada keluhan?"

Davichi menggeleng. "Sebenarnya tidak ada. Hanya saja... mengenai permintaanmu, apa imbalan yang akan kuterima nantinya?" Naninna nampak menggigit pipi dalamnya. Terlihat memikirkan sesuatu yang belum sempat terbayangkan olehnya. "Itu..."

Davichi tahu, bahwa sedikit memanfaatkan wanita ini akan sangat membuat hatinya membaik. Hanya saja, permintaan dia harus ada imbalan untuknya kan? Dia mulai pernasaran hal apa yang akan diberikan oleh Naninna untuk dirinya? Perihal tawaran dari Matthew untuk segera memiliki sepenuhnya kekayaan dari Raken, ia tidak terlalu peduli. Yang ia fikirkan saat ini adalah sesuatu yang akan di berikan oleh Naninna untuknya.

"Memangnya... apa yang kau inginkan?"

Naninna berusaha berbicara hati-hati. Hal ini belum sempat terfikirkan olehnya sama sekali. Dia terlalu bersemangat untuk pergi menemui pria ini sampai lupa apa imbalan yang akan ia berikan padanya.

"Kau bahkan tidak mempersiapkan suatu imbalan untukku, My Lady... itu sangat menyakiti hatiku..."

Wajahnya melasnya ingin sekali ia gampar kalau tidak mengingat bahwa betapa kejamnya pria dihadapannya ini. Sejatinya, entah dimasa lalu ataupun sekarang, permintaan kurang ajar dari Davichi tidak bisa di hindari. Hal itu jelas terbukti saat dimana dirinya akan dihukum mati kala itu.

"Tidak perlu beromong kosong. Cepat katakan imbalan apa yang kau inginkan. Karena setelah itu aku akan pergi untuk mengurus sesuatu yang lebih penting."

"Lebih penting? Dari masalah yang tengah kita bicarakan ini?" Naninna hanya diam, enggan menoleh kearahnya sedikit pun. "Baiklah... karena kau yang memaksa, aku tidak kuasa untuk tidak menolak. Aku ingin kau... My Lady."

Tubuh Naninna berputar hingga menghadap kearahnya. Davichi bersorak dalam hati.

"Apa maksudmu? Bicaralah dengan jelas, Dav."

Dav?

Apa maksud dari perkataan pria ini? Menginginkan dirinya? Dirinya sendiri? Tunggu-tunggu... Apa mungkin? Ekspresi Naninna berubah jelek lantas bangkit dari tempat duduknya. Davichi jelas mengetahui raut wajah panik itu. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Naninna menyadari keinginannya.

"Ya... Aku menginginkanmu sebagai imbalan, My Lady. Dan kuharap kau tidak akan menolak,"

Untuk yang kedua kalinya.

Davichi dapat melihatnya. Ekspresi kesal, marah panik bercampur menjadi satu pada wajah cantik itu. Namun ia tidak peduli. Malah pria itu menikmati setiap ekspresi yang nyatanya terlihat lucu dan sedikit... menggemaskan.

Ya Tuhan... Kenapa engkau baru mempertemukan dirinya dengan wanita cantik dan selucu Naninna sekarang?

"Aku tidak mau!"

Naninna membuang muka. Benar bukan pemikirannya selama ini? Sudah jelas maksud dari permintaannya tadi, bahwa sudah bisa di simpulkan jika pria bajingan itu menginginkan dirinya untuk dijadikan istri. Hal itu tidak dapat di ubah karena sekarang dirinya berada di masa seperti dulu.

"Kalau kau tidak mau, aku tidak akan menuruti perintah darimu. Untuk apa aku menjalin kerja sama dengan pria miskin seperti suamimu?"

"Hanya berpura-pura, Dav? Berpura-pura! Seharusnya kau mengerti bahasa yang ku ucapkan."

"Ya... aku mengerti, tapi permintaanku jelas tidak.bisa diganggu gugat. Aku tetap akan memilihmu sebagai calon istriku."

"Dasar gila!"

Davichi tertawa, lagi dan lagi.

Hanya dengan berhadapan dengan Naninna saja, hidupnya sudah sebahagia ini. Apalagi jika ia menikahinya, bukan? Memiliki istri seperti Naninna memang sangat di apresiasikan secara brutal dan terang-terangan. Jika Naninna menjadi istrinya kelak, mungkin kehidupannya akan jauh lebih berwarna karena harus adu mulut karena perbedaan karakter dan sifat.

"Kau..." Naninna membuang muka. "Sangat menyebalkan, Dav. Bajingan!"

"Aku memang bajingan, kau tahu itu My Lady..." Dirasa tidak ada lagi yang bisa wanita itu lakukan Davichi memikirkan suatu cara lain-yang mungkin bisa sedikit mendekatkan dirinya dengan Naninna. "Begini saja, bagaimana kalau menjalin hubungan dulu? Maksudku... aku ingin kau menjadi kekasihmu, maka dengan itu mungkin kau bisa sedikit demi sedikit jatuh cinta denganku, bagaimana menurutmu?"

"Bermimpilah bajingan!"

#####

Naninna hampir saja terhuyung kebelakang saat tubuh kekar milik kekasihnya menubruknya pelan, tanpa aba-aba. Sesampainya didepan rumah, dirinya disuguhkan oleh kedatangan Raken-namun kali ini keadaan pria itu mungkin dalam kondisi tidak baik-baik saja. Suara sesenggukan samar terdengar jelas di telinganya setelah merasakan basah di area pundaknya.

Raken menangis? Kenapa?

Sudah 3 hari tidak saling bertemu ataupun berkomunikasi meskipun hanya sekedar telefon lewat ponsel, kekasihnya datang menemuinya dalam keadaan menangis. Ada apa lagi ini? Naninna tidak ingin bertanya terlebih dahulu sebelum pria itu berbicara. Jadi yang bisa ia lakukan hanyalah menenangkannya sesekali mengusap surai lebat yang hampir panjang mengenai daun telinganya. Bahu kekar pria itu bergetar hebat-seperti tengah menahan gejolak yang hendak keluar.

Naninna ingin tahu apa yang terjadi, namun ia sadar diri dan tidak ingin menanyakannya.

Kepala Raken menegak lalu secara brutal melumat rakus bibir miliknya. Naninna yang belum siap menerima ciuman itu tidak bisa menahan bobot tubuhnya namun pergelangan tangan sang kekasih mencoba menahannya. Tepat di depan pintu rumah, dan masih ada sopir, pria paruh baya itu mengalihkan pandangan tidak ingin melihat adegan tersebut. Dua sepasang kekasih itu bahkan tidak menyadari adanya Chloe dan Yumiella disana. Dua pelayan pribadinya sampai dibuat terkejut karena Raken tidak melihat situasi jika ingin melahap habis Nona-nya.

"Apa-apaan mereka itu..." Yumiella menutup seluruh wajahnya menahan malu. Chloe? Tentu saja wanita itu dipenuhi oleh api cemburu karena melihat pujaan hatinya dicium secara paksa oleh pria bajingan seperti Raken.

"Ken..." Naninna mendorong pelan dada kekasihnya. Ia meraup seluruh pasokan oksigen yang tersisa secara rakus saat nafas didadanya mulai terkikis habis. Wajah cantiknya merengut sebal karena tindakan Raken tadi. "Pelan-pelan, Ken... kau ingin membuatku mati karena kau cium?!"

"Maaf." Wajah pria itu nampak lelah. Namun seperti tengah memikirkan sesuatu yang tidak sama sekali ia ketahui. Raken menangkup seluruh wajah Naninna lalu mengecup lembut bibir kekasihnya. "Aku hanya merindukanmu."

"Kau merindukanku tapi kau tidak menghubungiku sama sekali. Kau jahat, Ken."

"Sekali lagi... aku minta maaf." Jawabnya penuh penyesalan yang terlihat jelas dimata Naninna. Ia mengerutkan kedua alisnya, ada apa?

"Ada apa, Ken? Sesuatu telah terjadi?"

Pria itu menggeleng. "Naninna, ayo... kita menikah?"

Naninna mengerjap pelan. Wajahnya berubah linglung saat sebuah perkataan itu keluar dari mulut kekasihnya. Baru saja... Raken ingin mengajaknya menikah bukan? Tiba-tiba?

"Ken... kenapa kau mengajakku menikah secara tiba-tiba? Apa yang terjadi selama 3 hari ini? Apakah seseorang berani menyinggungmu?"

"Aku hanya ingin segera menikahimu dan menjadikanmu istriku, itu saja. Aku tidak tahan melihat kau terus-terusan berdampingan dengan pria brengsek seperti Matthew. Pria itu jelas tidak cocok denganmu."

"Hahaha, Ayolah Ken... Kenapa kau begitu menggemaskan sekali? Kau sungguh lucu. Ken."

Pria itu mendengus sebal. Padahal dirinya sudah mempersiapkan semuanya sebaik mungkin. Berharap Naninna mau menerima lamarannya dan seger menikah dengannya.

"Kau lupa bahwa aku masih istri sah dari pria itu?"

Pria itu mengangguk setuju. "Maka dari itu, segera ceraikan dia. Aku bahkan sudah membuatkan surat cerai untukmu."

Naninna menganga saat Raken menyodorkan sebuah map biru berisikan lembaran kertas tentang surat perceraiannya. Nanin a segera membuka dan membacanya. Dan benar saja, surat ini adalah surat perceraian dirinya dan juga Matthew. Nanina menyorot penuh tanda tanya kearah wajah sang kekasih, meminta penjelasan.

"Kau hanya perlu menandatanganinya. Dan pria brengsek itu juga."

"Ken, kau-" Naninna dibuat tidak bisa berkata-kata. Tindakkan Raken kali ini sungguh diluar kendalinya. Bagaimana bisa pria itu melakukan sesuatu sejauh ini? Tanpa persetujuan darinya. "Mengapa, Ken?"

"Naninna... ingin berapa lama lagi kau menyembunyikan tentang kebusukkan mereka berdua padaku? Tentang hubungan gelap yang dilakukan oleh suamimu dan juga Amalia, bagaimana bisa kau hanya diam saja dan tidak menceritakannya padaku?"

Untuk kali ini saja... Naninna mengharapkan kematian untuknya sendiri.

1
IndraAsya
👣👣👣
Eonjin♤
Bravo, thor! Karanganmu berhasil membuatku menangis dan tertawa pada saat yang sama.
彡 Misaki ZawaZhu-!
Bikin nagih 😍
Desi Oktafiani
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!