Alina berkali kali patah hati yang dibuat sendiri. Meski dia paham kesalahannya yang terlalu idealis memilih pasangan. Wajar karena ia cantik dan cerdas serta dari keluarga terpandang. Namun tetap saja dia harus menikah. Karena tuntutan keluarga. Bagaimana akhir keputusannya? Mampukah ia menerima takdirNya? Apalagi setelah ia sadari cinta yang sesungguhnya setelah sosok itu tiada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Ame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Buruk
Langit senja menyelimuti rumah Alina dengan rona jingga keemasan. Di ruang tamu, Alina duduk bersama ibunya, Bu Anik. Alina sudah nampak rapi sambil menunggu para tamu. Suasana rumah terasa lebih sibuk dari biasanya. Beberapa saudara dan kerabat mulai berdatangan, ada yang membantu persiapan pengajian menjelang pernikahan, ada juga yang hanya sekadar datang untuk berbincang.
Tiba tiba sepupu jauh Alina mendekati. Rina yang tidak terlalu dekat dengan keluarga bu Anik nampak menyilangkan tangan di dada, nadanya sinis, “Jadi, Tante Anik, besok resmi ya, Alina nikah sama duda anak tiga itu?”
Bu Anik menoleh sambil tersenyum tipis, mencoba sabar, “Iya, insyaAllah. Kalau semuanya lancar.”
Rina kemudian tertawa kecil, tapi jelas menyimpan sindiran, “Hebat juga ya, Tante. Gak banyak ibu yang mau menikahkan anak perempuannya dengan duda beranak tiga. Biasanya sih, ibu-ibu bakal lebih pilih laki-laki lajang yang fresh. Tapi ya... mungkin Tante lebih realistis.” Sekilas senyum sinisnya makin kentara.
Ruangan mendadak sunyi. Beberapa kerabat melirik satu sama lain, merasa tidak nyaman dengan perkataan Rina. Alina yang duduk di sebelah ibunya, mengepalkan tangan di atas pangkuannya. Ia tahu sepupu jauhnya ini memang selalu punya cara untuk menyelipkan sindiran karena hubungan mereka memang tidak terlalu dekat. Dan semakin terasa jauh karena sikap Rina sendiri yang selalu berkomentar apapun soal Alina. Meskipun komentarnya lebih banyak soal soal ketika Alina mendapatkan lebih banyak kenikmatan daripada dirinya.
Bu Anik tetap tenang, meskipun suaranya lebih tegas, “Setiap ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Tapi yang terbaik itu bukan selalu soal status. Yang penting, Alina bahagia dan mendapatkan pasangan yang bisa bertanggung jawab.”
Rina mendengus, lalu menatap Alina dengan ekspresi mencibir, “Bener, Lin? Kamu beneran bahagia? Atau cuma nurut aja karena calon suamimu kaya raya? Aduh, hidup enak kan kalau langsung jadi istri orang mapan?”
Sengaja Rina mendaratkan b0kongnya di kursi samping Alina duduk.
Alina yang sejak tadi diam, akhirnya mendongak dan menatap Rina dengan tajam. Matanya berbinar penuh ketegasan.
Alina bicara dengan suara pelan, tapi menusuk, “Rin, aku gak tahu apa yang ada di kepalamu. Tapi kalau kamu iri, mending jujur aja. Gak usah sembunyi di balik tuduhan murahan kayak gitu.”
Rina yang nampak kaget, terbata-bata, jelas tak menyangka Alina akan membalasnya, “Aku? Iri? Astaga, Lin, kamu pikir aku mau nikah sama duda beranak tiga?” Kemudian Rina tertawa sinis, tapi terdengar dipaksakan.
Alina menyipitkan mata, suaranya tetap datar, “Kalau enggak iri, buat apa repot-repot ngeledek aku dan Mama? Gak ada yang maksa kamu datang ke sini.”
Suasana ruangan semakin menegang. Beberapa saudara mulai berdeham pelan, mencoba meredam ketegangan. Bu Anik menghela napas panjang, berusaha mengakhiri perdebatan yang tak perlu.
Bu Anik dengan suara lebih lembut, tapi penuh makna, “Sudahlah, Rina. Setiap orang punya jalannya masing-masing. Kalau Alina sudah memilih, itu haknya. Yang penting, dia bahagia. Bukan tugas kita untuk menghakimi.”
Rina hanya mendecak pelan. Ia merasa tersudut, tapi tak mau kalah. Sebelum ada yang sempat menanggapinya, suara dering ponsel mendadak memecah suasana. Alina merogoh sakunya, melihat layar ponsel yang menampilkan nama Kristin. Dahinya berkerut, firasat buruk tiba-tiba menyelinap di hatinya. Tapi entah apa, ia tak bisa menjabarkan nya.
cek profil aku ada cerita terbaru judulnya
THE EVIL TWINS
atau langsung tulis aja judulnya di pencarian, jangan lupa mampir dan favorit kan juga ya.
terima kasih