NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 DBAP

Pernyataan Zayan itu menghantam Arsen seperti pisau yang menusuk dari belakang. Lorong rumah sakit mendadak hening, seolah seluruh dunia menahan napas. Bahkan Puput yang semula hendak menengahi, hanya bisa terpaku di tempat.

Arsen melangkah maju, matanya menyala marah. “Apa kamu bilang tadi? Ulangi!”

“Aku bilang, aku bukan ayah dari anak itu!” ulang Zayan dengan suara gemetar tapi penuh keyakinan. “Kami memang menjalin hubungan, tapi… kami belum pernah… aku bersumpah.”

Puput menoleh cepat ke arah anaknya. Seolah tak percaya dengan pernyataan yang baru saja dinyatakan sang anak. “Zayan…”

“Aku nggak bohong, Bu,” lanjut Zayan. Tatapannya kini berganti dari bingung menjadi terluka karena tuduhan itu.

Zayan pikir masalah sudah selesai saat di restoran tadi, tapi siapa sangka, yang menikah dengan Naya justru pamannya sendiri. Kini Zayan seperti diadili atas perbuatan yang tak pernah ia lakukan, meskipun dalam hati kecilnya ia mengakui jika yang kini dialami Naya adalah hasil perbuatannya. Namun, hal itu tidak akan pernah Zayan katakan di depan Ibu dan Pamannya.

Sementara itu Arsen terdiam sejenak, matanya kini tak lagi sekadar marah, melainkan bingung, bertarung dengan keyakinannya sendiri. Ia menoleh ke arah ruang perawatan, ke arah Naya yang masih terbaring lemah, lalu kembali menatap Zayan.

“Jangan main-main dengan hidup orang, Zayan. Kalau bukan kamu… siapa?” Suaranya kini lebih rendah, tapi dingin. “Jangan-jangan kamu cuma lari karena pengecut, takut tanggung jawab.”

Zayan menggertakkan giginya, lalu menarik napas panjang. “Paman, aku memang salah karena pergi begitu saja. Tapi aku nggak pernah tahu Naya mengandung… dan kalaupun iya, aku yakin itu bukan anakku.”

Arsen mengepalkan tangannya, "Jadi kamu benar bukan Ayah dari anak itu?"

Zayan menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sekaligus meyakinkan mereka sekali lagi. Ia menatap Arsen, lalu beralih pada Puput dengan tatapan serius.

“Kalau kalian nggak percaya, kalian bisa tanya langsung ke Naya. Tadi sore, sebelum aku pulang ke rumah, aku sempat bertemu dengannya di restoran. Dia memang bilang anak itu anakku, tapi dia sama sekali nggak bisa membuktikannya.”

Puput akhirnya angkat suara, nada bicaranya penuh kekhawatiran. “Zayan, kamu yakin? Kamu sadar betul apa akibat dari ucapanmu barusan?”

“Aku tahu, Bu.” Zayan menunduk sesaat, napasnya berat, lalu ia kembali menatap Arsen dengan mata yang teguh. “Tapi aku lebih pilih dihajar sampai mati... daripada harus memikul tanggung jawab atas kesalahan yang bukan aku buat. Dan kalau kalian masih ragu, kita bisa lakukan tes DNA.”

Zayan melihat pamannya, Arsen, mundur beberapa langkah lalu duduk. Gerakannya seperti orang yang mencoba menenangkan diri dari badai pikiran yang tiba-tiba menghantam.

“Paman… kalau Paman menikahinya karena rasa tanggung jawab, sekarang Paman bisa gugat dia cerai.”

Arsen langsung menatap Zayan. Tatapannya dingin, penuh tekanan batin.

Ia, yang sejak awal menanggung beban berat karena merasa harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan keponakannya, belum pernah sekalipun terpikir untuk menceraikan Naya. Apalagi setelah kejadian itu, saat ia merasakan ada sesuatu... seperti ikatan batin antara dirinya, Naya, dan janin yang sedang dikandungnya.

Yang membuat Arsen makin bingung sekarang adalah… dari mana datangnya ikatan itu?

Awalnya ia mengira, mungkin karena mereka masih satu darah jadi masih ada garis keturunan Alastair. Tapi kini, Zayan dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa anak itu bukan darah dagingnya.

“Ar…” suara lembut Puput memecah keheningan. “Sepertinya, ada benarnya juga yang dikatakan Zayan. Kalau kamu masih belum yakin, kita bisa lakukan tes DNA. Hanya saja… Kakak nggak tega lihat kondisi Naya sekarang.”

“Bu…” Zayan menatap ibunya, suaranya mulai meninggi karena emosi. “Apa yang bikin Ibu nggak tega? Apa Ibu nggak tahu siapa ibu Naya sebenarnya? Dia itu kayak parasit, Bu. Dan aku yakin, sekarang pun dia pasti udah lepas tangan. Makanya Naya sampai kerja di restoran. Dia cari uang sendiri, Bu. Dia ditinggalin.”

"Apa kamu bilang?" tanya Arsen nadanya terselip rasa terkejut dan juga penyesalan.

"Paman, semua yang aku katakan tadi bisa aku buktikan kalau Paman masih gak percaya," jawab Zayan.

Sayangnya kini yang terbawa emosi bukan lagi Arsen, tapi Puput ia menatap adiknya dengan rasa tak percaya, "Ar, kamu mengabaikan dia? Kamu tidak memberikan nafkah?"

Arsen terdiam, tak langsung menjawab. Tatapannya kosong, menembus lantai rumah sakit yang dingin. Hening panjang menyusup di antara mereka. Detak jam dinding menjadi satu-satunya suara yang terdengar di lorong itu.

“Bukan begitu, Kak…” suara Arsen akhirnya terdengar, lirih, nyaris tenggelam oleh kekacauan pikirannya sendiri. “Aku hanya...”

“Hanya apa? Dia kerja di restoran, Ar.” Nada suara Puput mulai meninggi. “Kamu bilang menikahinya karena tanggung jawab, tapi kamu bahkan nggak tahu dia harus cari uang sendiri?”

“Aku…” Arsen menatap Puput, tapi tidak bisa menemukan kata yang tepat. Ada luka di matanya, luka yang belum sempat ia pahami.

“Sudahlah,” Puput akhirnya menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. “Sekarang, yang penting kita pikirkan langkah selanjutnya.”

“Kembalikan dia ke ibunya, dan kita tunjukkan bukti. Yang paling kuat, ya... tes DNA,” ucap Zayan datar, meskipun nada suaranya terdengar lebih tenang daripada sebelumnya.

“Kita nggak bisa langsung lakukan itu,” sahut Arsen, pelan. “Tes DNA paling cepat dilakukan saat usia kehamilan minimal sembilan minggu. Sekarang kandungan Naya baru enam minggu.”

Puput mengangguk, wajahnya serius. “Kalau begitu, kita tunggu sampai usia kehamilannya cukup. Tapi satu hal, jangan sampai Naya tahu soal ini. Perasaan ibu hamil itu sensitif. Jangan tambah bebannya.”

Arsen menunduk pelan, mengangguk meski hatinya terasa berat. Ada gejolak yang belum selesai di dalam dirinya, antara rasa bersalah, tanggung jawab, dan sesuatu yang belum bisa ia namai.

Sementara itu, Zayan menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, dadanya terasa sedikit lebih ringan. Dalam hati, ia berbisik lirih, Maafkan aku, Naya...

Di sisi lain, Naya yang sudah sadar sejak tadi mendengar pembicaraan mereka dari balik celah pintu yang tak tertutup rapat. Ia tidak bisa bergerak banyak, tubuhnya masih lemah, tapi telinganya menangkap jelas setiap kalimat yang meluncur dari mulut mereka.

“Kembalikan dia ke ibunya…”

“…tes DNA…”

“…jangan sampai Naya tahu…”

Kalimat-kalimat itu seperti pisau yang perlahan menyayat hatinya. Air matanya mengalir pelan, membasahi pelipis dan bantal di bawah kepala, namun matanya tetap terpejam. Ia pura-pura tertidur, menahan isak yang hampir meluncur dari tenggorokannya.

Jika mereka tahu ia mendengar, mungkin mereka akan menghentikan semua itu. Tapi ia tidak ingin tahu alasan mereka bicara seperti itu. Karena bagi Naya, semuanya sudah cukup jelas, ia tidak dianggap. Dirinya tak lebih dari beban, seorang perempuan hancur yang tak tahu siapa ayah dari anak yang dikandungnya.

Dalam diam dan air mata, ia menggenggam ujung selimut dengan lemah. Tangannya bergetar.

“Aku kotor… aku nggak diinginkan siapa pun…”

Ia menelan air liur yang pahit. Bahkan Arsen, yang beberapa saat lalu ia pikir mungkin bisa menjadi tempat ia berpegang, nyatanya kini pun mulai goyah. Dan Zayan… orang yang dulu sempat ia percaya, kini justru membuatnya dalam situasi seperti ini.

Hatinya remuk. Tapi ia hanya bisa diam. Karena di ruang sunyi itu, tak ada satu pun suara yang bisa menyelamatkannya dari kesedihan yang kini menggulung jiwanya. Di tengah isak yang tak terdengar, Naya berbisik dalam hati, penuh luka dan putus asa,

“Kalau semua orang ingin aku pergi, mungkin memang aku tak seharusnya ada di sini…”

1
Kimo Miko
ws pokokke jempol kak👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: terimakasih kakak
total 1 replies
Kimo Miko
wkwkwk..... dito panik dikira nisa mau terbang gak tahunya cuma mau teriak biar beban berkurang. ws ayo lak pulang tanggal pernikahanmu sudah dekat dan juga kasihan kakek meskipun dia salah. kakek melakukan itu karena punya alasan sendiri
Kimo Miko
kejar dito... mana tahan ditinggal nisa. ternyata dito bisa bucin juga
Kimo Miko
lanjut thor ..
Kimo Miko
gak komen thor aku sudah ilfil sama mbokne naya.
Kimo Miko
ada rahasia apa🤔
Kimo Miko
emang ada apa sampai naya terbelalak?
Kimo Miko
coba tes DNA ulang nisa. mungkin ada sabotase waktu kamu tes DNA.
Kimo Miko
waduh... data diri naya belum terungkap malah mamke naya kritis piye coba guys?
Kimo Miko
emang enak.... makanya punya mulut di rem gak asal nyolot. yang kamu sentil adalah orang yang gak bisa disentuh. pelajaran buat kamu dara apalagi kamu lagi koas ... pingin gak lulus?
Kimo Miko
dito itu seorang dokter atau intelejen sih. setiap langkahnya selalu jitu hampir tidak ada yang meleset. coba dito selidiki dan kerjasama dengan kakek salim siapa tahu naya adalah cucu kakek salim yang hilang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dia keturunan mafia, tapi malah jadi dokter
total 1 replies
Kimo Miko
semoga saja nisa adikmu adalah naya.
Kimo Miko
ya ya ya... bingungkan? kedua duanya sama pentingnya . gimana thor siapa yang lebih penting?
Kimo Miko
segeralah terkuak thor siapa naya sebenarnya. sekarang roki dan zayan memetik buah yang ditanam. terima hasil kerasmu ya pak dan anak
Kimo Miko
ahhhh ..... serasa dunia milik mereka berdua
Kimo Miko
so sweetnya.....
Kimo Miko
aku suka cara arsen jika mengingatkan naya. jika arsen keliru harus selalu diingatkan. itulah yang namanya rumah tangga 👍
Kimo Miko
waduh sekalinya sakit hati si puput gak tanggung tanggung utk menyingkirkan roki secara halus. dan anak semata wayang yang di gadang gadang juga telah mengecewakaannya . genap sudah perasaan sakit kecewa dan hancur. ayan bersiap siaplah kamu dari titik terendah untuk memulainya jalan hidupmu
Kimo Miko
bongkar sekalian put. siapa reok. sudah menghabiskan uang berapa aja si reok.
Kimo Miko
sudah saatnya kelicikan keserakahan bapak dan anak terkuak. dari bicaranya si zayan sudah ketahuan jika anak yang dikandung naya bukan anak arsen hak waris jatuh ditangan zayan. itu kan sudah kelihatan. lanjut thor sudah gak sabar ikut tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!