Kata orang menikah adalah ibadah terpanjang. Betul itulah yang dirasakan Elmira. Masalahnya pernikahan yang dia rasakan bukan tentang bahagianya tapi tentang sakit hati saja. Selama 15 tahun menikah..selama itu pula suaminya berselingkuh.
"Maaf..maafkan aku sayang...aku berjanji kan menjadi suami yang lebih baik lagi untukmu"
Akankah Elmira memberi kesempatan lagi saat suaminya telah jauh melewati batas? Ataukah harus menjauh pergi menyambut cinta lain yang menunggu di depannya?
Ini karya pertamaku..dan ini tidak mudah..mohon dukungan dan sarannya yaa..terima kasih..I love u🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ElHi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anggun Yang.......
Hari ini hari pertama Anggun bekerja. Ya, akhirnya dia berhasil lolos dalam interview dan tes di perusahaan X. Luna sudah memperkenalkannya dengan sejumlah karyawan kantor lainnya saat apel pagi tadi. Dan sekarang giliran Billy, asisten Jeffry yang memberinya informasi terkait pekerjaan administrasi yang ada yang selama ini masih sedikit dibantu oleh asisten Jeffry itu. Dia bersyukur akhirnya dia bisa fokus ke project dan tidak direpotkan dengan pekerjaan Jeffry lainnya.
Anggun mengangguk beberapa kali tanda dia mengerti.
"Yang di file ini adalah jadwal Bapak selama satu minggu ini. Pastikan kamu taruh jadwal rutinnya seperti note di sisi bawah itu. Sedangkan yang di file ini adalah semua tagihan pribadi Bapak, baik kartu kredit, entertainment, sport, dan lain-lain. Jika ada yang masuk dalam tagihan kantor, kamu bisa langsung ajukan reimburse ke bagian Finance. Jika merupakan tagihan pribadi jangan lupa mengingatkan Bapak untuk membayar sebelum jatuh tempo. Sampai sini dulu apakah sudah paham?" tanya Billy memastikan.
"Yups...paham Mas..eh Pak...eh...enaknya panggil apa yaa?...kak aja ya boleh gak sih? Masih muda soalnya. Gak pantes dipanggil Bapak," ujar Anggun
Billy geleng-geleng, "Terserah kamu mau panggil apa yang penting jangan mbak aja. Ayo sekarang aku tunjukin detail ruangan Pak Jeffry," ajak Jeffry dengan gayanya yang santai tidak formal membuat Anggun tidak merasa kikuk di hari pertamanya bekerja.
"Hmm.....kalau di ruangan ini apa yang harus aku lakukan tiap harinya kak? Barangkali Pak Jeffry tidak suka bila suatu barangnya di otak atik begitu?" tanya Anggun.
"Pak Jeffry santai saja orangnya. Tiap hari kamu harus bersihkan ruangan ini. Tata mejanya, rapikan file-filenya, pastikan ruangan wangi, bersih dan rapi sebelum Bapak datang. Lalu yang terpenting lagi, jangan ubah-ubah susunan buku-buku Bapak di rak ya. Nanti beliau bingung cari-cari. Karena itu beliau yang menyusunnya sendiri. Cukup bersihkan saja debu-debu di atasnya setiap hari. Makan siang juga selalu harus kamu tanyakan setengah jam sebelum jam istirahat. Bapak mau makan di kantor atau keluar? Kalau makan di kantor mau makan apa? Uangnya juga langsung minta saja ke Bapak. Nanti kamu akan mengelola keuangan Pak Jeffry sebagai kas kecilnya. Cukup begitu dulu saja Anggun. Nanti jika ada tambahan job desc dari Pak Jeffry, beliau sendiri yang akan menjelaskan," terang Billy.
"Siap kak, Anggun paham. Sekarang ngapain?" Kakak gak lapar kah? tanyanya lagi.
"Ya duduk di meja kamu Anggun, tunggu Pak Jeffry datang," jawab Billy dengan geleng-geleng tanpa menjawab lengkap pertanyaan Anggun.
"Selamat pagi semua," suara bass itu tiba-tiba terdengar di pintu ruangan direksi dimana ada Billy dan Anggun duduk di mejanya masing-masing.
"Selamat pagi Bapak," jawab Billy.
"Selamat pagi Bos," jawab Anggun.
Jeffry hanya melirik Anggun dan berjalan melaluinya menuju ruangannya sendiri.
Setelah beberapa saat, Billy mempersilahkan Anggun untuk masuk ke ruangan sang Dirut terlebih dahulu sebelum akhirnya dia yang akan masuk untuk melaporkan progress project-projectnya.
Tok..tok..tok..
"Masuklah," perintah Jeffry.
"Terima kasih Bos. Saya hanya ingin menyampaikan kalau tadi sudah dijelaskan Kak Billy tentang tugas-tugas saya disini. Apakah ada lagi tugas tambahan dari Bapak Bos yang belum saya ketahui?" tanya Anggun.
"Anggun kan nama kamu?" tanya Jeffry untuk meyakinkan biar tidak salah panggil.
"Betul sekali Bos," jawab Anggun.
"Nanti kamu harus jadwalkan meeting intern dengan semua departemen secara bergantian. Untuk ini kamu harus koordinasi dengan masing-masing kepala departemennya. Setelah meeting kamu berikan kepada saya notulennya ya. Follow up apa yang mereka belum lakukan dan laporkan progressnya kepada saya secara berkala. Tidak boleh lupa! Sekarang panggil Billy sebentar kesini," perintah Jeffry dengan gamblang.
"Siap bos," jawab Anggun dengan gamblang pula.
"Kak Billy, diminta bapak masuk sekarang," pintanya pada Billy.
Billy tidak menyahut tetapi langsung bergegas memasuki ruangan dengan membawa file-file projectnya yang akan dia laporkan.
"Permisi pak, berikut file-file progress semua project kita. Saya sudah susun semua seperti permintaan Bapak. Bapak bisa memeriksanya," terang Billy.
"Yang masih lambat progresnya yang mana Bil?" tanya Jeffry.
"Semua project sudah speedy up pak, tetapi ada satu yang pendistribusian produk kita kurang lancar yaitu di daerah utara. Menurut informasi, disana sedang terjadi longsor sehingga truk dan kendaraan lainnya tidak bisa melintasi daerah itu pak, jadi masih terkendala itu sekarang," papar Billy.
"Kamu pantau terus ya Bil, kalau dalam beberapa hari ini masih sama, kamu langsung laporkan ke saya lagi. Saya harus cari jalan keluar segera. Ini sudah terlalu lama," perintah Jeffry.
"Siap pak," jawab Billy.
"Anggun, Billy ini pekerjaannya khusus mengurus project-project kita. Walaupun kamu sekretaris saya, tapi bila Billy memerlukan bantuan administrasi atau support apapun, kamu juga harus membantunya. Paham kan?" jelas Jeffry.
"Of course, jelas pak Bos," jawab Anggun.
Jeffry mengusap wajahnya sambil menghembuskan nafas kasar. Sedangkan Billy melihat wajah atasannya yang terlihat seperti frustasi itu.
"Bisa gak kamu ganti panggilan kamu buat saya, Anggun?" pinta Jeffry.
"Loh, mau dipanggil apa pak Bos? Kan sudah betul pak Bos? Masak panggil Tuan? Kan ini sudah bukan jaman penjajahan pak Bos? Kekeh Anggun.
"Ya setidaknya jangan panggil bas bos bas bos terus. Telinga saya gatal dengarnya," protes Jeffry.
"Astaga, pak Bos saja yang lebay. Perasaan itu biasa Bos," tolak Anggun.
Jeffry menghembuskan nafas lagi dengan kasar, "Terserah kamu dah. Pusing saya dengarnya."
Akhirnya Billy dan Anggun kembali ke meja masing-masing hingga jam istirahat tiba.
Dari sambungan extension telepon kantor terdengar nada panggil di ruangan Jeffry.
"Iya?" jawab Jeffry.
"Bapak mau keluar atau tetap di sini?" tanya Anggun.
"Maksudnya apa? Kamu ngusir saya begitu?" Jeffry heran mendengar pertanyaan Anggun.
"Loh kok jadi begini. Bukan Bos, siapa yang ngusir Bos? Saya cuma mau tanya kalau Bos mau keluar saya gak tanya mau makan siang apa hari ini?" jelas Anggun.
"Yang jelas kamu kalimatnya jangan ambigu begitu!" protes Jeffry.
Batin Anggun mengomel, "Orang situ aja yang lola kok malah nyuruh aku ngomong yang jelas."
"Saya tidak keluar hari ini. Kamu belikan saya nasi pecel Pemuda di samping kantor ya!" titah Jeffry.
"Baik Bos, mohon ditunggu," jawab Anggun menyanggupi.
Sesaat kemudian pesanan Jeffry sudah siap. Dia pun langsung melahapnya tanpa bertanya lagi.
"Hush...hush...hush...." Jeffry terengah-engah saat suapan pertamanya dimulai.
"Loh Bos kenapa? Minta Pecel Pemuda kan?" tanya Anggun seketika.
Setelah menguasai keadaan dan menenggak segelas air putih barulah Jeffry berbicara. "Anggun, pecelnya pedas sekali. Saya tidak suka pedas sama sekali. Kenapa kamu tidak bertanya dulu kepada saya?"
Anggun yang merasa terpojok membela diri. Kenapa bukan Pak Bos dulu memberi tahu saya. Saya kan baru bekerja. Tidak mungkin langsung hafal dengan semua kesukaan atau preferensi Pak Bos. Jadi ini bagaimana? Pecelnya buat saya saja ya Pak Bos?" kata Anggun.
"Loh...kalau pecelnya buat kamu saya makan apa?" bingung Jeffry.
"Ya makan ati ajalah!" tapi itu jawaban dalam hati Anggun saja. Mana berani dia langsung sefrontal itu.
"Ya gampang pak Bos. Saya coba carikan lagi resto dekat-dekat kantor seperti nasi Padang atau sate ayam. Atau Pak Bos masih mau dibelikan nasi pecel lagi yang tidak pedas?" tawar Anggun
"Ya sudahlah, kamu makan nasi pecel ini. Sayang nanti kalau dibuang. Belikan saya apapun gantinya yang penting tidak pedas sama sekali," Jeffry menyerah akhirnya.
Akhirnya Anggun makan nasi pecel milik Jeffry. Jeffry makan nasi Padang yang baru tanpa sambal.
Setelah makan siang, terlihat Jeffry menelepon Elmira di ruangannya melalui telepon line agak lama. Anggun yang mengetahui itu memicingkan matanya. "Oh rupanya begini ya atasan yang suka menggoda bawahannya. Jangan sampai aku nanti tergoda rayuan gombalnya juga. Hiii....muka doank sepertinya berwibawa. Tapi kelakuan memalukan," Omelnya di meja kerjanya.
"Siapa yang suka menggoda? Kelakuan memalukan apa?"
---------BERSAMBUNG------
Dear kakak-kakak yang baik. Kiranya berkenan untuk memberikan jejak support untuk author berupa like, komen dan bintang 5 nya yah. Terima kasih banyak lope-lope kuh🥰🙏