NovelToon NovelToon
Aku Di Sini Istriku

Aku Di Sini Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / CEO / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Suami ideal
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Nadya

Demi menjalankan wasiat dari almarhum Om nya Kean rela menikahi Tasila yang merupakan istri dari sang om yang ditinggal meninggal. Kean rela menikahinya secara diam-diam demi bisa merawat dan menjaganya karena sejak ditinggal meninggal oleh sang Om Tasila menderita obsessive compulsive disorder.
Dengan sabar dan ikhlas Kean berusaha mempertahankan pernikahannya walaupun beberapa kali ia merasakan sakitnya tak dianggap. Namun, Kean tak menyerah! Demi mendapatkan hati istrinya Kean rela melakukan apapun bahkan hal-hal konyol yang sebenarnya bukanlah ciri khasnya sebagai seorang CEO muda yang cool.
____
Mampukah Kean mendapatkan hati Tasila seiring berjalannya waktu? Dan mampukah ia membuat sang istri benar-benar sembuh dari penyakitnya?
•••••••
(SEQUEL The Waits Gets Duda Elegan-Bisa dibaca terpisah)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seperti Mimpi

"Terus diapain biar cepet sembuh?" Kean menggerakkan satu alisnya.

"Dicium." Tasila menatap Kean dengan mata sedikit menyipit dan senyuman tengilnya.

Kean mendadak ngehfreeze, Ia benar-benar shock dengan apa yang Tasila katakan. Apalagi melihat ekspresi wajah perempuan itu yang sepertinya menggodanya. Atau... Hanya perasaannya saja? Mana mungkin Tasila seperti itu.

"Ehehe, kebanyakan nonton film Dilan nih." Kean berusaha membalas dengan candaan.

Tasila terkekeh pelan. Ternyata Kean memang bukan laki-laki yang dapat terpancing dan bisa dikode dengan mudah. Tingkat keraguan dan kehati-hatiannya di atas 100 Drajat Celcius.

"Emang kamu gak mau jadi Dilan nya?"

Kean menggeleng dengan santai.

"Kenapa?"

"Dilan masih SMA. Males masuk SMA lagi."

Tasila terkekeh mendengar itu.

"Udah selesai, kan? Saya masuk dulu ya." Tasila membereskan laptop dan beberapa alatnya di atas meja seraya beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.

Namun baru melangkah beberapa centi Tasila sudah menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Kean kembali.

"Besok hari minggu libur kerja, kan?"

"Iya. Kenapa emang?" Kean mengernyitkan dahinya.

"Temani saya ke CFD bisa?"

"B__bisa." Balas Kean setengah heran.

"Okeh jam 7 siap."

Setelah mengatakan itu Tasila pun melanjutkan langkahnya.

****

Tasila mendudukkan dirinya di tepi ranjang seraya tangannya terarah untuk mengambil sebuah boneka gajah di samping bantalnya. Ia memperhatikan boneka itu dengan tatapan lirih.

"Aku minta maaf ya Mas. Ini semua di luar dari rencana ku, aku..." Tasila menunduk dan menghela nafas gusar.

"Aku emang cinta sama Kean, aku gak bisa ngebohongin perasaan aku lagi. Aku nyaman sama dia, aku selalu bahagia di samping dia. Bagaimana pun, aku harus menyambung hidupku. Aku minta maaf Mas." Tasila mengusap air matanya yang sudah terasa membasahi pipinya.

"Aku gak akan lupain kamu kok tapi, hati aku juga butuh penyembuhan." Tasila beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri lemari bajunya.

Ia pun membuka laci tengah lemarinya dan mulai memasukkan boneka gajah itu ke dalam laci yang cukup besar itu.

"Yang tenang ya Mas. Maafin aku, aku janji gak akan nangisin kamu lagi mulai sekarang. Aku ikhlas." Tasila perlahan menutup laci lemari itu diiringi dengan air mata kesedihannya.

"Itu tuh yang mirip kamu,"

"Ha? Yang mana,"

"Itu loh yang badannya gede ada gadingnya."

"Wah parah kamu sayang. Masa bandingin aku sama gajah."

"Pokonya kamu harus dapetin boneka itu buat aku!"

"Yeeee."

"Ini loh Mas kembaran kamu Gezze dan Gajah."

"Aku gak gendut sayang."

"Nanti aku kasih makan setiap hari biar mirip."

"Dikasi makan emangnya aku ayam?"

"Ayam love you."

Tasila memejamkan matanya dan tetasan air mata terakhirnya jatuh ke atas boneka gajah itu tepat 1 detik sebelum kotak laci itu tertutup rapat.

Tasila masih memejamkan matanya bahkan cukup lama.

"Astagfirullah hala'dzim." Tasila kembali membuka matanya.

****

"Kean..." Tasila berteriak di depan paviliun yang nampak masih tertutup rapat itu.

"Iya iya bentar." Sahut seseorang dari dalam.

Tak lama kemudian seorang laki-laki ber-hoodie hitam keluar dari dalam dengan sangat mempesona. Tasila menelan ludah tegang, Ia heran kenapa bisa ada orang yang memiliki fisik sesempurna ini.

"Ayo." Kean tersenyum ke arah Tasila.

Tasila seketika mengerjapkan matanya..

"Eh, i__iya."

Kean pun berjalan menuju tempat mobilnya terparkir.

"Eh tunggu." Kean pun menghentikan langkahnya ketika Tasila mencegahnya.

"Kenapa?" Tanya Kean bingung.

"Naik motor aja saya udah minjem punya Pak Kohar."

"Ha?" Kean mengernyitkan dahinya.

"Ayo, sekali-kali menghirup udara pagi." Tasila pun berjalan keluar dari gerbang paviliun. Mau tidak mau Kean pun akhirnya mengikuti.

Kean benar-benar heran ada apa sebenarnya dengan perempuan itu.

"Ini dia." Tasila menunjukkan sebuah motor scoopy putih milik salah satu bodyguardnya.

"Serius gak papa naik motor?" Kean nampak masih ragu.

Tasila mengangguk. "Saya lebih suka naik motor malahan."

"Okeh deh kalo gitu." Kean pun mengambil salah satu helm yang ditaruh di atas jok dan memakainya seraya Ia menaiki motor scoopy tersebut.

"Ayo naik." Tasila mengangguk seraya memakai helmnya dan mulai naik ke jok belakang.

"Berangkat." Ujar Tasila dengan semangat hingga membuat Kean terkekeh gemas.

Kean pun melajukan motornya memasuki jalan raya. Tasila nampak begitu menikmati suasana kota di pagi hari yang masih segar dan udaranya belum terlalu tercemar dengan suara bising kendaraan serta debu dan asap kenalpot.

Kean diam-diam melirik wajah Tasila dari spion kanan. Kean pun tersenyum di balik helmnya. Ia benar-benar bahagia bisa melihat Tasila bahagia pagi ini. Perempuan itu nampak sudah lebih baik dari sebelumnya dan Kean berharap senyuman perempuan itu tidak akan pudar selamanya.

"Seneng banget kayanya." Kean menatap Tasila dari spion.

"Soalnya saya udah lama banget enggak motoran begini. Menikmati udara pagi dengan hati yang tenang, rasanya menjadi nikmat yang paling saya syukuri." Tasila tersenyum sambil menarik nafas.

"Saya berharap kamu bisa seperti ini setiap hari La. Semangat ya, saya yakin kamu bisa sembuh."

"Aamiin. Saya juga mau bilang makasih sama kamu karena selama ini berkat bantuan kamu saya perlahan sudah membaik. Saya gak pernah merasa gelisah lagi ataupun merasakan emosional yang berlebih, kamu selalu punya cara untuk bikin saya tetap rileks."

Kean tersenyum mendengar itu. Entah kenapa Ia rasanya sangat bangga bak menerima medali emas.

"Iya sama-sama."

Tak terasa motor yang keduanya naiki telah sampai di parkiran. Tasila pun turun dan menunggu Kean memarkirkan motor.

"Ayo." Ajak Kean setelah motornya terparkir sempurna.

Keduanya pun masuk ke dalam keramaian dimana orang-orang sedang sibuk melakukan aktivitas jual beli.

"Mau jajan apa?" Tanya Kean.

"Nanti deh liat-liat dulu." Kean mengangguk dan kembali mengikuti Tasila berjalan.

Setelah beberapa menit keduanya berkeliling akhirnya keduanya pun merasakan yang namanya lelah. Namun, Kean heran sudah sampai di ujung stand namun Tasila tak kunjung memilih makanan yang ingin dia beli, malahan sekarang mereka tengah duduk di salah satu bangku panjang disebuah taman yang berada di ujung stand.

"Kamu tuh mau beli apa si sebenarnya?"

"Gatau bingung." Tasila mencebikan bibirnya.

Kean menghela nafas. Sudah tabiat perempuan bukan seperti ini jika ditanya pilihan.

"Kamu aja yang pilihin, sok beli apa aja nih uangnya." Tasila memberikan selembaran 100ribu kepada Kean.

"Gak usah ekhem... Masa jalan sama cewek, ceweknya bayar sendiri." Sindir Kean.

Tasila terkekeh pelan mendengar itu.

"Yaudah saya ke sana bentar ya." Tasila mengangguk.

Sambil menunggu Kean Tasila pun memasang headset bluetooth yang ia bawa di kantongnya dan mulai menyetel musik santai.

Beberapa menit berlalu, Kean pun kembali dengan dua plastik di tangan kanan dan kirinya. Ia pun duduk kembali dan meletakkan jajanan itu ke tengah bangku.

"Duduk di bawah aja susah sempit." Tasila melepas headset nya seraya beranjak dan duduk di rerumputan. Kean pun mengikuti.

Tasila meraih salah satu plastik jajanan dan membukanya.

"Wih pinter juga kamu cari makanan." Puji Tasila hingga membuat Kean tersipu malu.

"Suka?" Tasila mengangguk dengan senyuman tipis.

"Makasih." Tasila pun mulai mencoba satu tusuk cimol yang Kean beli.

Mata Kean tidak pernah lepas menatap wajah cantik Tasila. Entahlah hari ini rasanya seperti mimpi. Ia bisa jalan berdua dengan Tasila dan bisa melihat senyum perempuan itu sepanjang hari.

"Cobain enak banget." Lamunan Tasila Kean pun membuyar saat tiba-tiba Tasila menyodorkan satu tusuk cimol ke arah mulutnya.

"Enggak buat kamu aja." Tolak Kean.

"Ih gak papa. Kamu gak beli cimol, kan? Ayo aaa..."

Kean pun akhirnya membuka mulutnya dan menerima satu suapan cimol dari Tasila.

"Enak, kan?" Kean mengangguk dan tersenyum.

Ia pun membuka jajanannya yang ternyata Ia membeli kentang goreng.

"Kentangnya kayanya enak." Tasila nampak malu-malu kucing.

"Mau?" Tasila mengangguk cepat.

Kean pun mengambilkan satu kentang goreng seraya mencocolnya dengan sambel dan mengarahkan ke mulut Tasila.

Tasila menatap mata Kean dengan perasaan yang sulit diartikan. Entah kenapa rasanya canggung jika Kean yang hendak menyuapinya padahal tadi waktu Ia yang memberikan suapan cimol biasa saja.

Walaupun canggung akhirnya Tasila pun membuka mulut dan menerima suapan Kean. Keduanya mendadak merasa aneh dan menunduk malu-malu.

Tanpa mereka sadari seorang laki-laki berkacamata hitam yang sedang duduk di taman itu juga, dengan jarak yang tidak terlalu jauh, sedang memperhatikan mereka sedari tadi.

"Itukan Kean sama Tasila kok mereka mesra banget suap-suapan begitu?" Heran laki-laki berumur 35 tahun itu.

"Atau jangan-jangan suami yang dimaksud itu Kean? Tapi masa si? Bukannya Kean atheis? Mana mungkin perempuan se-sholeha Tasila mau menjalin hubungan beda keyakinan. Tapi... Masa Tasila selingkuh?"

Devo tidak salah. Memang Kean tidak pernah mengumumkan keislamannya kepada seluruh klien nya. Selain terlalu banyak, juga Ia rasa agama adalah privasi.

1
Marya Dina
gak pp sila goda aja kean terus
semoga kebahgiaan menghampiri kalian .
Marya Dina
cie ciee tasila seneng kan.
mooga bisa nerima kean.. sila..
Marya Dina
yes . akhirnya biar tasila tau...
mau liat bucin nya mereka lgi.
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Marya Dina
sy udh baca sampe 7bab. tapi kyak nya d baru y thor kemren d hapus
larasatiayu: bc pnyaku jg dong
Marya Dina: eh iya yak q baca sampe rasa syukur..🤭
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!