Pandangan pertama seorang Aditya Pratama dengan model cantik bernama Kimberly Edelina Agatha membawa Aditya ke dalam perasaan yang tak dapat dijelaskan. Ketertarikan, obsesi ingin memiliki, atau mungkin jatuh cinta yang sesungguhnya. Pesona Kimberly membuat Aditya tak mampu melepaskan pandangan darinya. Hingga akhirnya, Kimberly luluh oleh karisma, segala perhatian, dan sikap manis Aditya padanya.
Kimberly harus menerima kenyataan getir setelah hatinya telanjur terpaut. Mengetahui Aditya ternyata pria beristri dan beranak satu, Kimberly mulai dilema.
Akankah Kimberly memilih bertahan dengan statusnya sebagai selingkuhan alias orang ketiga? Siapa yang jadi prioritas Aditya dalam hidupnya? Bisakah Aditya menolak pesona sang selingkuhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon viaviana97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemani Putri Kesayangannya
Aditya tiba di rumahnya. Tanpa banyak bicara, ia naik ke kamarnya lalu mandi. Dalam guyuran air shower di kamar mandi, pria itu masih memikirkan paras kekasihnya yang baru saja mengusirnya pergi.
“Kamu kenapa begini, Sayang? Padahal, malem ini mas sangat ingin bersama kamu. Mas harap, kamu bisa kumpulkan keyakinan kamu. Biar besok-besok kita bisa selalu menikmati waktu bersama tanpa keraguan kamu lagi. Aahh, Kim. Mas menginginkan kamu, Sayang,” gerutu Aditya sendiri.
Setelah mengeringkan tubuhnya, pria itu mengenakan celana pendek dan kaos santai. Begitu ia keluar kamar, ia justru berpapasan dengan Sasa.
“Adit, udah selesai mandi? Kamu dah makan malem? Kalo belum, biar aku masakin buat kamu dulu. Kebetulan aku sama Naya udah makan duluan tadi. Aku pikir kamu gak pulang lagi malem ini,” ujar Sasa.
“Aku udah makan di luar. Gak perlu repot.”
“Em, oke.”
“Naya mana?”
“Dia di kamar. Lagi belajar.”
“Kamu gak nemenin dia belajar?”
“Dari tadi aku juga nemenin dia, Dit. Aku baru aja turun, mau ke dapur, mau bikinin susu buat Naya.”
“O. Ya udah, biar aku aja yang nemenin dia.”
Aditya pergi ke kamar putrinya. Sementara Sasa tersenyum. Entahlah, istri Aditya itu begitu senang sebab suaminya malam ini ada di rumah dan memilih menemani putri mereka.
“Coba kamu sering-sering kayak gini, Dit,” gumamnya.
Aditya menyapa putrinya yang tengah sibuk dengan beberapa krayon dan kertas gambarnya.
“Hello, anak papa lagi belajar apa, nih? Sini biar papa temenin.”
“Papa... yey, ada Papa di sini temenin aku. Baru pulang dari kantor, Pa?” Naya meninggalkan gambarnya sejenak dan memeluk manja ayahnya.
“Ya. Oke, dilanjut lagi gambarnya, Cantik. Hm, princess papa lagi gambar apa ini?”
“Gambar Papa, dong.”
“Really? Yang ini papa, yah? Nay, apa papa segendut ini?”
“Ehehe. Ini Papa yang habis kebanyakan makan.”
“OMG. Okelah, gapapa. Bagus, kok, gambar Naya. Lanjut aja.”
“Iya, dong. Ini bagus.”
“Terus, em... yang ini siapa?”
“Ini mama, terus nanti di sebelah sini ada gambar Naya. Jadi, Naya pengin Papa selalu ada di deket mama sama Naya.”
“Hmm, ya, Cantik. Papa gak akan jauh-jauh dari Naya, kok.” Aditya mengecup pipi putrinya.
“Dari mama juga, dong.”
“Hmm, ya,” jawab Aditya singkat. Mau tak mau, ia mesti berkata iya demi menyenangkan putri semata wayangnya.
Tak lama, Sasa datang dengan membawa segelas susu di tangannya.
“Sayang, udah selesai gambarnya?” tanya Sasa pada Naya.
“Belum, Ma. Dikit lagi, nih. Kurang gambar Naya-nya.”
“Okey, ini susu buat Naya, ya. Nanti sebelum Naya bobok, diminum dulu.”
“Siapp! Makasih, Mama.”
Sebenarnya, Sasa masih ingin berada di sana menemani putrinya bersama suaminya. Namun, Aditya seperti enggan satu ruangan dengan Sasa. Pria itu berkilah, yang sebenarnya Sasa paham itu adalah pengusiran baginya secara tak langsung.
“Kamu bisa tidur duluan. Aku aja yang nemenin Naya. Malem ini, aku mau tidur sama dia di sini. Aku akan pastiin dia minum susunya,” gumam Aditya pada Sasa.
“Papa nanti mau bobok sama Naya?” tukas Naya.
“Iyaa, Sayang.”
“Yey... em, tapi, sebelum bobok, Papa dongengin dulu, yah.”
“Oke. Siap, tuan putri! Makanya, cepetan selesaiin gambarnya, dong.”
“Iyah Papa.”
Sasa menuruti kemauan Aditya. Suaminya mau tidur dengan putri mereka pun Sasa sudah senang. Ketimbang Aditya terus memilih tidur di luar.
“Oke, Dit. Aku ke kamar dulu. Kalo Naya butuh apa-apa, tinggal panggil aku aja.”
“Aku juga bisa urus dia, kok. Kamu bisa tidur dengan nyenyak.”
“Baiklah. Naya, mama bobok duluan, ya. Naya sama papa.”
“Okey, Ma. Good night.”
Sasa pergi ke kamarnya. Aditya cukup lega karena tak perlu berlama-lama melihat wajah istrinya. Ia terus menemani putrinya sampai tiba waktunya Naya tidur.
Setelah Naya meminum susunya, Aditya membacakan buku dongeng untuk Naya. Jika dipikir-pikir, sudah lama ia tak mendongeng untuk putrinya atau sekadar menemaninya tidur. Terlebih akhir-akhir ini. Itu karena ia lebih sering menghabiskan malamnya di apartemen Kimy.
Belum sampai dongengnya selesai, Naya malah sudah tertidur. Aditya lantas mencium puncak kepala putrinya, mengelusnya, lalu membenarkan selimut Naya. Pria itu kemudian ikut berbaring di samping putrinya.
Meski sudah hampir larut malam, mata sang CEO tak kunjung bisa terpejam. Di benaknya masih berlalu-lalang semua tentang Kimy—kekasihnya.
“Kim, mas gak bisa tidur. Mas kepikiran kamu terus. Apa sekarang Kimy udah tidur, ya?” monolog Aditya.
CEO itu meraih ponselnya. Ia ingin mencoba mengirim pesan pada gadisnya untuk memastikan apakah ia sudah tidur atau belum.
>> Aditya: [ Kim? Sayang? Kamu udah tidur? Mas masih gak bisa tidur. ]
Pesannya pun terkirim. Beberapa menit menunggu, tetapi tak kunjung ada tanda dibaca dari pesan itu. Aditya menyimpulkan, kekasihnya pasti sudah tidur saat ini.
“Gak di-read. Kayaknya Kim memang udah tidur. Dia gak on. Good night, Sayang.”
***
Pagi harinya, sang model terbangun. Memang masih terlalu pagi. Bahkan belum ada pukul enam. Setelah semalaman merenung, Kimy sudah mendapatkan jawaban atas kegelisahannya. Kali ini, keputusan yang akan ia ambil harus benar-benar matang. Hidupnya takkan tenang bila ia tak segera memutuskan. Apalagi, ia sudah membuat seorang pria menunggu dan terlalu berharap.
Begitu gadis itu mengecek ponselnya, tampak ada notifikasi pesan masuk dari Aditya. Itu chat Aditya semalam. Kimy baru mengetahuinya karena baru saja membuka ponselnya.
“Dari Mas Ditya,” gumam Kimy sambil membaca chatnya. “Maaf, Mas. Em, kira-kira Mas Ditya semalem bener-bener pulang ke rumah, tidur di kantor, atau ke tempat lain, ya?” Ada sedikit penasaran dalam benak Kimy.
Gadis itu hanya membaca chat Aditya, tanpa ingin membalasnya sama sekali. Ia pikir, mungkin sekarang ini sang pria masih tidur.
Di lain tempat, sang CEO yang baru bisa tertidur lewat larut malam menjelang pagi, bahkan sudah terbangun lagi saat ini. Di sampingnya, terlihat sang putri masih tertidur lelap. Aditya teringat dengan chat yang ia kirim ke Kimy semalam. Ia pun langsung menyambar ponselnya. Begitu dicek, pesan itu tampak sudah terbaca oleh Kimy.
“Jadi, Kimy udah bangun. Tapi, kenapa cuma dibaca? Dia gak mau bales? Apa dia masih gak mau bicara sama aku? Astaga, kenapa kamu giniin mas, Sayang?” batin Aditya.
Tanpa basa-basi, Aditya mencoba menelepon gadisnya. Hampir satu menit berdering, tetapi Kimy tak kunjung menjawabnya. Aditya makin frustrasi.
“Dia kenapa? Kim, angkat, Sayang. Plis. Apa ini keputusan yang udah kamu ambil? Mas gak mau sampe kamu jauhin mas lagi.”
Aditya mencoba dan terus mencoba, menghubungi Kimy berkali-kali. Namun, hasilnya tetap nihil. Kimy tak menjawab panggilan Aditya sekalipun.
lalu menikahi Kim,anak orang dibuat mainan
ish ish ish ish lebih baik Kim sama Albert aja yg jelas2 masih sendiri 😜
tar adit nih nyesel lo... istri pergi.. selingkuhan jg pergi.. soalnya gk ada kpastian... anak yg mnderita..😭😭😭🤸