Hati Seindah Bunga

"Butuh tumpangan?".

    Andika menghentikan mobilnya tepat di depan Tiara yang sedang berdiri di atas trotoar, menunggu angkutan kota.

    Tiara tersenyum.

"Bagaimana, ya?. tujuanku jauh dari sini?", Tiara membungkukan badannya menengok ke dalam mobil.

"Sejauh mana?, masih di bumi kan?. Ayolah biarkan aku mengantarmu".

"Baiklah kalau dipaksa".

    Andika membukakan pintu mobilnya dan Tiarapun duduk di sampingnya.

"Kamu mengantarku apakah tidak mengganggu jadwal kerjamu?".

"Tidak. Pagi ini tidak ada jadwal yang mendesak. Hanya ada meeting dengan pemegang saham nanti jam sebelas. Rangga apakah nggak marah kalau aku mengantarmu begini?".

"Kenapa harus marah?, kamu kan, hanya mengantarku. Kita juga tidak melakukan apa-apa".

"Kalau ada apa-apa dia berarti marah dong?".

    Tiara terdiam.

"Aku cuma nanya".

    Andika memberanikan dirinya mendekati Tiara lagi setelah dirinya mengetahui isi hati Tiara semalam.

"Aku turun di sini saja. Rumah klienku ada di dalam gang itu", Tiara menunjuk dengan telunjuknya.

"Tunggu!", cegatnya sambil menyentuh tangan Tiara yang hendak membuka pintu mobil.

"Biarkan aku mendekatimu lagi. Aku tidak mengajakmu berselingkuh darinya. Selama janur kuning kalian belum melengkung, izinkan aku bersaing dengannya untuk mendapatkan hatimu. Hatimu begitu baik bak indahnya bunga bermekaran di musim semi. Aku tidak akan merusak indahnya bunga itu.. Jadi, izinkan aku mendekatimu".

"Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tidak mahu melukai perasaannya dan perasaanmu. Berikan aku waktu untuk berpikir".

"Berapa lama?".

"Entah. Kamu orangnya baik, tidak pernah mengecewakanku. Rangga juga baik walau sedikit egois. Berikan aku waktu untuk berpikir ".

"Kamu memintaku dua kali untuk memberikanmu waktu untuk berpikir, apakah itu artinya kamu juga ada perasaan kepadaku walau hanya sedikit?".

"Aku harus pergi ".

    Kali ini Andika tidak mencegahnya. Sudah cukup jawaban terakhir yang diberikan oleh Tiara.

...****************...

  Rangga telah tiba di depan kantor PH film yang ditawarkan kepadanya. Rangga melihat beberapa orang selebriti melewati dirinya.

"Anda tidak boleh sembarangan masuk kemari", seorang wanita mengingatkan.

"Saya diminta kemari", jawab Rangga, menunjukkan kartu nama sang direktur.

"Tunggu sebentar".

📱"Halo, pak. ada seseorang membawa kartu nama bapak. Katanya bapak memintanya ke kantor?".

📱"Tanyakan namanya".

"Pak direktur menanyakan namamu".

"Katakan Rangga, pemain teater yang ditemuinya pekan lalu ".

📱"Pak, katanya namanya Rangga, pemain teater yang bapak temui pekan lalu "

📱"Antarkan dia ke ruangan saya".

📱"Baik, pak ".

"Silakan ikuti saya ", Ajak wanita itu setelah menghentikan panggilan teleponnya.

    Rangga mengikuti wanita itu ke lantai dua dengan menaiki lift. di lantai dua hanya tembok panjang dan dua ruangan bersebelahan. yakni, ruangan direktur dan ruangan manager. Wanita itu mengetuk daun pintu berwarna krem dengan papan nama yang tergantung bertuliskan nama si direktur.

"Silakan masuk. Akhirnya kamu mengambil keputusan yang tepat", sambut pak direktur sambil berjabat tangan.

"Silakan duduk", lanjutnya."Terima kasih", jawab Rangga sambil duduk di depannya sedang, si wanita kembali.

"Terima kasih".

"Kebetulan lusa kami mengadakan casting untuk FTV. Saya memiliki peran yang cocok denganmu tapi, sesuai prosedur, kamu tetap harus datang mengikuti casting tersebut".

"Maaf, ceritanya mengenai apa, pak?".

"Seperti kebanyakan FTV lainnya, bercerita tentang gadis kota yang berlibur ke desa dan berkenalan dengan pemuda setempat. Namun, kamu jangan berharap mendapatkan peran utama. Mengingat ini kali pertamamu syuting".

"Tenang saja pak, saya faham. Baiklah saya pasti akan datang lusa ".

"Saya suka semangatmu. Selamat bergabung. Oh, ya, setelah casting, kamu harus menandatangani kontrak untuk FTV-FTV berikutnya, sudah siap?".

"sangat siap".

...****************...

"Kemana Sarah?", tanya Andi kepada seorang karyawan yang duduk tidak jauh dari meja kerja Sarah.

"Sedang mengikuti meeting pemegang saham".

"Meeting pemegang saham?!. Apa tidak salah?", Andi tidak percaya.

"Tentu tidak. Dia kan, putri pemilik perusahaan ini".

"Berapa sahamnya?", jiwa matre Andi hidup kembali.

"Mana saya tahu. Di tangan anda itu berkas apa?".

"Ini untuk pak Andika. Saya ke ruangan pak Andika dahulu ".

"wah!, hebat Sarah. Jika aku berhasil menikahinya, aku bisa kaya mendadak", batinnya.

"Tidak!. Aku harus meluruskan niatku. Aku harus berhasil menyembuhkan sakit hatinya karena ulahku bukannya menabur garam di lukanya", lanjutnya.

"Ini berkas yang harus ditandatangani oleh pak Andika ", Andi menyerahkan beberapa lembar berkas kepada sekretaris Andika.

"Di, kamu mahu ke kantin?".

"Sebentar lagi. kenapa memangnya?".

"Aku mahu titip nasi campur. Banyak berkas yang harus aku periksa sebelum diberikan kepada pak Dika. Aku tidak bisa meninggalkan meja".

"Ok, berikan uangmu".

"Pakai uangmu dahulu, ya".

"Ngutang lagi?. Hutangmu sudah banyak padaku'.

"Aku ingat tenang, gajian aku ganti".

"Karena hatiku sedang happy, kali ini nggak usah diganti"

"Terima kasih ".

...****************...

Di ruangan rapat.

    Andika memberikan kode kepada Sarah agar tidak meninggalkan ruangan. Setelah semua orang keluar, Sarah bangkit dari kursinya dan menghampiri Andika dan duduk di sampingnya.

"Ada apa?", tanya Sarah tidak bersemangat.

"Tiara mahu memikirkan untuk membuka hatinya untukku. Tapi, bukan untuk berselingkuh tapi, untuk mempertimbangkan siapa sebenarnya yang benar-benar dia sukai", cerita Andika bersemangat.

"Lalu?".

"Aku mahu bertanya apa saja yang tidak disukainya dan disukainya".

"Tiara tidak suka kebohongan, hatinya tulus dalam menjalin hubungan apapun itu. Tapi, dia paling takut dengan ruangan gelap. Dia pernah cerita kalau saat usianya tujuh tahun, dia bermain di rumah pamannya, main petak umpet dengan sepupunya dan Tiara bersembunyi di dalam lemari pakaian. Mereka ada sekitar lima orang, salah satu dari mereka iseng dan menguncinya dari luar. Tiara ketakutan dan berteriak meminta tolong. Mulai saat itu dia mengalami trauma hingga lama bisa berbicara lagi. sehingga dia dimasukkan ke SLB".

"Kamu tahu darimana cerita itu? Sedang, setahuku orang yang mengalami trauma, tidak bisa melupakan peristiwa yang membuatnya trauma. Jadi, mustahil kalau dia menceritakannya".

"Beberapa bulan lalu ketika Tiara menginap di rumah. Karena, papa saat itu sedang menemui kakak di Amerika, tiba-tiba lampu di kamarku putus. Kakak bayangkan gelapnya kamarku yang besar itu?. Dia langsung histeris dan menceritakan traumanya. Dari situlah aku tahu".

"Kamu juga aneh-aneh saja. Setahuku, paman selalu menyediakan bohlam lampu di setiap kamar tidur jika bibi telah melapor kalau bohlam lampu sudah mulai memerah".

"Mana pernah aku memperhatikan hal-hal sekecil itu. Masih ada hal yang ingin kakak tahu mengenainya?".

"Tidak. Biar seiring waktu saja biar hubungan kami penuh kejutan".

"Yakin banget ".

"Kamu yang dengar sendiri kan, semalam?".

"Aku nggak dengar apapun ".

"Kamu mahu kemana?".

"Kembali ke ruanganku kemudian ke kantin, makan".

"Aku ikut".

Baru saja memasuki pintu kantin, kedua mata Andika menangkap sosok Andi sedang makan.

"Kamu yang ngantri, kakak yang cari tempat duduk".

"Kakak saja yang ngantri ".

"Kamu melawan?".

"Ok..ok..".

Selagi Sarah mengantri pesanannya, Andi terkejut hingga makanannya dilepehnya.

Bersambung. ...