NovelToon NovelToon
Di Ujung Sesal

Di Ujung Sesal

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami
Popularitas:32.7k
Nilai: 5
Nama Author: Linda Pransiska Manalu

Setelah sepuluh tahun, suamiku kembali pulang ke rumah. Dia ingin kembali hidup bersama denganku, padahal dia yang telah pergi selama sepuluh tahun dan menikah lagi karena menuduhku mandul.

Namun, setelah Petra pergi aku justru hamil. Aku merahasiakan kehamilanku hingga putriku lahir. Selama sepuluh tahun aku merawat Bella seorang diri.

Apa yang akan terjadi bila Petra mengetahui kalau Bella adalah darah dagingnya. Apakah aku harus menerima kembali kehadirannnya setelah sepuluh tahun.

Yuk! ikuti kisah dan perjuangan Kayla dalam cerita, Di Ujung Sesal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Pertemuan tak terduga.

"Ma, boleh Bella, beli es krim di sana?" ucap Bella menunjuk ke arah penjual es krim di sudut mall. Aku dan Bella tengah jalan-jalan di mall sekalian mencari peralatan sekolahnya. Biasanya dia kalau mau jajan es krim kami nongkrong di tempat langganan kesukaannya. Entah kenapa dia mau jajan di sana. Mungkin karena penjualnya masih baru. Atau gerai es krim itu menarik perhatiannya.

"Gak ke tempat langganan kita." Aku sekedar mengingatkannya.

"Kesana aja Ma, kata kawan Bella es krimnya enak. Jadi pengen nyoba." Ungkapnya penuh rasa ingin tahu.

"Oh, iyalah." Bella menarik lenganku menuju pejual es krim itu.

"Bang es krimnya dua ya." seruku diantara pembeli yang lain."

"Rasa apa, Bu."

"Coklat sama vanila." Aku menyebut dua jenis rasa kesukaanku dan Bella. Bella suka rasa vanila.

"Silakan duduk dan antri di sana, Bu." Bella langsung menyeretku ke sebuah tempat duduk agak di pojok. Aku kaget, dan protes.

"Kita tungguin di sini aja kenapa?" ucapku heran.

"Ih, Mama, bikin malu aja. Es krimnya gak bisa dibawa pulang. Menikmatinya harus di sini. Tuh, mama liat pada nongkrong juga." unjuk Bella.

Ya, ampun karena penjual es krimnya dekat penjual bakso, kirain mereka itu menikmati bakso.

"Masak gak boleh bawa pulang," celetukku heran. Biasanya es krimnya pake cup, jadi bisa makannya sambil jalan. Aku jadi penasaran sambil ngelirik meja disampingku. Kok penampakan es krimnya gak seperti biasanya. Aku seakan diingatkan pada jajanan es krim masa kecil dulu. Teksturnya yang khas berserat tidak seperti sekarang lebih lembut.

Pesanan kami datang, Bella sangat antusias menikmati es krimnya. Benar seperti dugaanku, es krimnya era jadul. Aroma santannya begitu memikat seleraku dan pas di lidah.

Tidak seperti es krim sekarang yang lebih dominan memakai perasa buatan.

"Nikmat 'kan, Ma. Seperti kata kawanku. Ini es krim tempo dulu." ucapnya. Aku terbahak mendengar ocehan Bella. Rasa tempo dulu katanya. Emang dia udah pernah ngalamin masa tempo dulu. Hadeh, lagaknya itu seolah dia lahir karena reinkarnasi.

"Eh, Mama. Kasihan sekali ya nenek yang duduk di kursi roda sana." Bella menunjuk kearah belakangku.

"Kenapa emang ?" aku menoleh ke arah yang ditunjuk Bella. Aku melihat seorang wanita paruh baya sedang duduk di kursi roda. Tapi aku tidak bisa melihat wajahnya karena karena duduk membelakang kami.

"Bella kok kasihan, nenek itu 'kan lagi disuapin cucunya."

"Bella kasihan karena neneknya gak bisa jalan, Ma."

"Namanya orang tua, udah sakit-sakitan. Yuk, diabisin es krimnya biar kita lanjut cari buku sekolahmu." Aku mengingatkan Bella kalau kami harus belanja lagi. Masih banyak peralatan sekolahnya yang belum dibeli.

"Ma, kok Om Piet gak pernah Bella liat lagi. Kesekolah Bella juga gak pernah lagi datang." ucap Bella tiba-tiba. Aku menghentikan langkahku sejenak. Memandang Bella dengan perasaan tidak menentu.

Disaat seperti ini, Bella masih mempertanyakan papanya. Tidakkah dia merasa kalau papanya nyaris membunuhnya. Ah, aku melenguh dalam, Bella 'kan tidak tau kalau kecelakaan itu akibat ulah papanya sendiri. Aku dan Bram memang telah sepakat untuk tidak membicarakan masalah itu dihadapan anak-anak. Biarlah itu menjadi rahasia kami.

"Bella merindukan Om Piet, ya?" risih juga aku menyebut Petra seperti Bella, yang menyebut papanya dengan sebutan Om Piet. Padahal Bella sudah tau kalau Om Piet itu adalah papanya sendiri. Tapi masih saja dia panggil Om. Apakah karena dia tidak merasakan ikatan batin dengan papanya?

"Gak, ah. Bella lebih rindu sama Om Bram." Mata Bella mengerling nakal menggodaku. Astaga, anak daraku ini sudah pandai menggoda mamanya. Bisa-bisanya dia bicata seperti itu. Mimik wajahnya sangat menggemaskan begitu.

"Bella mulai nakal ya. Baru juga kemarin Om Bram datang ke rumah kita. Masa sudah segitu rindunya."

"Iya, Ma. Bella juga kangen sama Alicia. Kan, klo Om Bram datang ke rumah berarti Bella punya teman. Trus Mama juga bisa ngobrol sama Om. Rumah kita gak sepi lagi. Bella udah bosan Ma, cuma kita aja di rumah berdua terus."

"Ya ampun, Bella. Jadi maunya Bella, apa?" kutatap wajah oval itu serius. Baru kali ini Bella mau bicara soal Bram. Ngobrolnya juga sambil jalan.

"Kita tinggal serumah dengan Alicia," Bella menahan tanganku saat berbicara. Sementara jantungku detaknya tidak normal mendengar ucapannya. Kami saling menatap. Bella tengadah menatapku dengan pandangan polosnya. Dia memang masih terlalu kecil untuk mengerti apa arti ucapannya itu.

"Boleh tidak, Ma?" guncangnya.

"Eh, maksud Bella tinggal bagaimana. Om Bram pasti tidak setuju dong."

"Kenapa? Kalau Mama dan Om Bram menikah, pasti Om Bram setuju. Iya, 'kan?" Duh, benarkah ucapan itu keluar dari mulut Bella putriku. Aku saja masih gamang untuk memikirkan tentang hubunganku dengan Bram. Lha, putriku ini malah ngomongin soal itu seperti mau beli donat saja.

Yah, dia 'kan bicara sesuai umurnya. Belum ngerti apa-apa. Taunya dia suka dan nyaman sudah, tidak ada perkara. Sentil hatiku di bilik sebelah. Kamu aja memang yang kelewat mikir, Kay. Bram bukan Petra. Masak kamu belum bisa melihat kesungguhannya. Sudah sedari dulu dia suka kamu, masih juga ragu. Payah amat sih kamu.

Gelitik hatiku yang sebelah lagi. Pertarungan antar hatiku berkecamuk.

"Ih, Mama kok malah bengong. Ntar kita kesambet maling, Ma." ucap Bella.

"Copet ...." teriak seseorang dari arah depanku. Seorang lelaki berlari ke arahku dengan sebuah dompet di tangannya. Panik, aku menarik Bella kebelakang tubuhku untuk melindunginya. Pria itu merasa terperogok saat melihatku. Dia semakin mendekat ke arahku dan melintasiku. Iseng aku menjulurkan kakiku sehingga langkah pria pencopet itu terhenti dan jatuh. Dompet ditangannya terpelanting tepat di kakiku. Aku segera memungut dompet itu.

Beberapa orang yang mengejarnya langsung menyergap pria pencopet itu. Kalau saja satpam tidak segera muncul, pria itu akan babak belur diamuk massa.

"Mbak terima kasih, ya." ucap perempuan korban copet. Aku menoleh, "Kak Kayla!" seru perempuan itu kaget.

"Rena?" aku juga tak kalah kaget, karena Rena lah yang dicopet. Dompet ditanganku ternyata miliknya. Buru-buru aku menyerahkan dompet itu. Tidak jauh dibelakang Rena, seorang wanita di kursi roda mendorong kursinya mengejar Rena.

Aku segera berbalik dan menarik lengan Bella. Tapi langkahku mendadak terhenti kala wanita itu memanggil namaku. Langkah ku terhenti dan berbalik. Refleks aku menyembunyikan Bella dibelakangku.

"Kayla!" seru mantan mertuaku itu dengan kerjap mata penuh binar, " apakah dia, Bella?" ucapnya dengan terbata. Aku terkejut, bagaimana ibu tau keberadaan, Bella. Apakah Petra telah menceritakan perihal Bella? ***

1
Isabela Devi
mamanya lupa plg
Isabela Devi
istri muda pergi cari lagi istri pertama, emang laki laki ga tau diri
Astrid valleria.s.
horas thor
Linda pransiska manalu: horas, apa khabar eda.
total 1 replies
Erni Kusumawati
Andai kata maaf itu mudah utk di lakukan.. bahagia sekali
Erni Kusumawati: sama-sama kk Author. ttp semangat dalam berkarya dan semoga sehat selalu.. amin
Linda pransiska manalu: makasih ya atas dukungannya.
total 4 replies
Suci Dava
Akhirnya damai semua yaa kak
Linda pransiska manalu: iya berdamai dengan luka lebih baik untuk diri sendiri.
total 1 replies
Erni Kusumawati
ya setiap perbuatan pasti akan ada akibatnya.. semoga setelah ini Rena menjadi sadar akan kesalahannya dan menjadi Rena yg lebih baik lagi
Suci Dava
turut berbelasungkawa atas meninggalnya mertua kak Author, semoga di terima di sisi Tuhan Yang Maha Esa Amien
Linda pransiska manalu: makasih doanya bun.
total 1 replies
Erni Kusumawati
turut berduka cita ya kk.. dan semoga kk dan keluarga dalam keadaan sehat amin
Erni Kusumawati: sama-sama kk
Linda pransiska manalu: makasih doanya ya dek.
total 2 replies
lindsey
bagus
lindsey
welcome back thor 👋👋 kemane aje ?
lindsey: pujiTuhan 🙏
Linda pransiska manalu: Mertua kakak meninggal sehari lebaran trus ada acara pernikahan anak kakak ipar, lanjut sakit karena kecapean. Puji Tuhan sudah pulih. sehat" kita semua dan terimakasih dukungannya.
total 2 replies
Hana Roichati
tetap semangat kak, terimakasih mulai up lagi, sukses selalu 👍👍❤❤
Linda pransiska manalu: makasih dukungsnnya bu.
total 1 replies
Erni Kusumawati
lah kenapa orang2 masa lalu Kay pada bermunculan ya☺
Erni Kusumawati
beginilah kalo orang tua jauh dr ilmu Agama dan ilmu2 lainnya.. dan msh relate sih di jaman skr.,
Erni Kusumawati
beginilah kalo punya mertua yg berfikiran kalo dia berjuang demi anaknya karena pamrih.. semua perjuangan di ungkit.. pdhl perjuangan orang tua adalah kewajiban krn diberikan amanah titipan anak..
Erni Kusumawati
najis lebih baik kau cerita ke bella kau ttg kelakuan bapaknya yg gila.. gemes aku rasanya
Cidaha (Ig @Dwie.author)
Horas, Mak. 😍😍😍
uswatun hasanah
Luar biasa
Suci Dava
Turut berbela sungkawa atas meninggalnya mertuanya kak Author 🙏, semoga di lancarkan proses pemakamannya Aamiin 🤲
Linda pransiska manalu: makasih doanya bun/Pray//Pray/
total 1 replies
Cidaha (Ig @Dwie.author)
Siapakah itu? Jeng jeng jeng. 😄
Astrid valleria.s.
selamat keyla menjemput kebahagiaan mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!