"Sekarang kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kamu berhak atas diriku! Semua ini aku lakukan atas kemauan kakek dan Putri ku. Karena bagiku kau tetaplah baby sitter putri ku! Camkan itu!" ucap Revan dingin.
Deg
Sakit itulah yang di rasakan oleh Anin, mendengar ucapan mantan majikannya barusan yang sekarang sudah menjadi suaminya itu. Kalau memang tidak suka dengan perjodohan ini kenapa lelaki itu harus menerimanya.
"Saya tahu tuan, saya sadar diri siapa saya." balas Anin.
Bagaimana dengan kisah mereka berdua? jangan lupa mampir ya ke novel baru Author.. hanya di Novel Toon 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Ziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34
Tepat pukul jam 9 malam Anin masuk kedalam kamar, setelah selesai menemani Yuna tidur di kamarnya. Di dalam kamar Anin melihat Revan lagi duduk di atas kasur sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya. Mata keduanya pun bertemu beberapa saat, kemudian Anin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Anin jadi sedikit canggung jika bertemu dengan Revan karena kejadian sore tadi. Anin benar-benar malu mengingat hal itu.
Anin berdehem untuk mengurangi ke gugupan nya, lalu Anin berjalan menuju walk in closed untuk mengganti pakaian tidur. Tak berapa lama Revan beranjak dari atas kasur, dia juga masuk kedalam walk in closed untuk mengambil beberapa berkas yang dia simpan di sana. Anin yang baru saja akan membuka pakaiannya terkejut melihat Revan masuk kedalam dan dengan cepat Anin menurunkan pakaiannya kembali yang masih terangkat setengah. Tapi Revan sudah sempat melihat perut rata Anin.
"Tu-tuan apa yang anda lakukan, disini?!" tanya Anin gugup.
"Saya kesini mau ambil berkas saya di laci itu!" jawab Revan santai sambil menunjuk laci yang ada di belakang Anin. Revan pun berjalan menuju laci dan Anin langsung menggeser tubuhnya menjauh.
"Kenapa tuan tidak ketuk pintu dulu..!" ucap Anin kesal. Tapi Revan tidak menjawab pertanyaan Anin, membuat kekesalan Anin bertambah. "Apa masih lama?!" tanya Anin karena Revan lama sekali berdiri di depan laci entah apa yang di cari oleh lelaki itu.
"Memangnya kenapa?!" Revan balik tanya.
"Saya mau ganti pakaian." jawab Anin.
"Kalau mau ganti pakaian, ya ganti saja! Kenapa menyuruh saya keluar?! Ini kamar saya, jadi saya berhak ada disini atau tidak." ucap Revan. Anin menghela nafasnya.
"Tuan Revan yang terhormat.. Saya tahu ini ruangan milik anda! Tapi tidak mungkin saya mengganti pakaian di depan anda." ujar Anin. "Jadi bisa kah tuan Revan keluar sebentar..!" pinta Anin.
"Memangnya kenapa kalau kamu ganti pakaian di depan saya! Lagian kita berdua sudah menikah.. Jadi sah-sah saja dan tidak ada masalah kamu mau ganti pakaian didepan saya, malahan kamu dapat pahala." balas Revan sembari tersenyum menyeringai.
"Tap_-"
"Berpakaian saja, saya tidak akan melihatnya jika kamu malu." potong Revan menggoda Anin. Ingin rasanya Anin memukul kepala Revan saat ini karena kesal. Anin pun mengambil satu stelan pakaian tidur, lalu dia keluar dari walk in closed. Dia akan mengganti pakaian di kamar mandi. Tidak mungkinkan dia mengganti pakaian di depan Revan, masalahnya hubungan mereka belum sejauh itu.
Revan tersenyum tipis setelah melihat Anin keluar. Sebenarnya Revan hanya ingin menggoda Anin saja. Melihat Anin kesal sekaligus pipinya yang merah karena malu sangat menggemaskan ternyata.
"Loh sayang kamu kok belum tidur?!" ucap Revan ketika keluar dari walk in closed terkejut melihat putrinya sudah ada di dalam kamarnya.
"Yuna gak bisa tidur papa.." jawab Yuna. "Apa boleh Yuna tidur sama papa dan bunda?!" tanya Yuna sambil mengedipkan kedua matanya dengan lucu. Revan tersenyum melihat putrinya itu.
"Boleh."
"Bunda mana Papa.. Kok gak ada di kamar?!" Tanya Yuna melihat keseluruhan kamar papanya dan dia tidak menemukan bundanya.
"Bunda ada, dia kamar mandi." jawab Revan. "Sini kalau mau tidur sama papa." Yuna pun berjalan menuju kasur dimana Revan berdiri di samping kasur miliknya.
Tak berapa lama Anin keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai pakaian tidurnya. "Bunda.." panggil Yuna karena Anin
"Loh Yuna kok_-" ucap Anin terkejut.
'Iya bunda.." sahut Yuna tersenyum manis sambil melambaikan tangannya.
"Bukannya kamu sudah tidur tadi...?!" tanya Anin.
"Belum bunda, tadi hanya pejamkan mata aja." jawab Yuna.
"Terus..?!"
"Yuna gak bisa tidur bunda, Yuna mau tidur sama Papa dan bunda." ujar Yuna sambil tersenyum manis menatap Anin. Mendengar ucapan Yuna, Anin menghela nafasnya. Sudah pasti dirinya akan satu ranjang bertiga. "Bunda sini, ayo kita tidur." Anin tersenyum menatap Yuna, ingin menolak tapi tidak tega dengan putrinya. Dengan terpaksa Anin pun berjalan menuju kasur Revan. Sementara Revan dalam hati sangat senang, karena Anin tidak menolak. Mereka tidak tahu bahwa Yuna memang sengaja mau tidur bersama mereka agar papa dan bundanya bisa tidur berdekatan lagi. Dan kalian pasti tahu itu adalah rencana dari kakek Ray.
***
Pagi harinya tepat pukul lima pagi, Anin terbangun. Ketika Anin membuka matanya, ia terkejut jika dia tidur di atas dada Revan dan Revan sedang memeluk dirinya. Anin merasakan jantungnya langsung berdetak dengan kencang.
"Ya ampun.. kenapa aku bisa tidur di dadanya sih!" gumam Anin dalam hati. "Ya ampun, jantung aku kenapa kok rasa berdetak tidak normal." gumamnya lagi. Saat Anin akan beranjak dari dada bidang Revan, Revan malah mengencangkan pelukannya. Membuat Anin jadi susah bergerak dan Anin bingung harus gimana. Terakhirnya Anin pun hanya diam saja di atas dada Revan. Tapi lama-kelamaan Anin merasakan kenyaman berada di pelukan Revan. Anin juga bisa mendengar dengan jelas detak jantung Revan yang berdetak sangat kencang seperti jantungnya. Begitu pun juga Revan dia merasakan kenyamanan memeluk Anin. Baru kali ini dia benar-benar merasakan yang benar-benar nyaman memeluk wanita. Sangking nyamannya rasanya dia enggan melepaskan pelukannya dari Anin.