Arkendra Zivan Mahendra seorang laki-laki yang berhati dingin dan terkenal dengan sikapnya yang anti perempuan. Bukan tanpa alasan laki-laki sukses dan kaya raya itu di juluki anti perempuan. Hal itu karena di masalalu, dia pernah di kecewakan oleh seorang perempuan yang berstatus calon istrinya.
Di hari pernikahan Kendra harus menelan pil pahit jika calon istrinya memilih meninggalkan dirinya dengan pria lain. Hal itu menjadikan Kendra trauma akan pernikahan dan malas berdekatan dengan perempuan.
Sampai di mana dia bertemu dengan seorang seorang perempuan yang menarik hatinya. Siapakah perempuan yang berhasil membuat Kendra berani untuk mengambil hatinya?
ikuti kisahnya ...
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu?
Yunita dan juga Dimas terlihat saling pandang melihat putranya yang biasanya tidak menyukai bawang goreng, sekarang di depan mereka dengan jelas Kendra memakannya tanpa protes.
Sedangkan Gita yang melihat tingkah adiknya di buat melongo melihat adiknya yang biasanya anti bawang goreng,makan dengan lahap nasi yang di campur rawon bertabur bawang goreng.
"Tuan, jangan dimakan. Nanti tuan nggak enak perutnya.."
"Ini...ini enak kok, kamu buatkan teh hangat saja." dengan santai Kendra melahap makanan nya itu dan meminta teh hangat pada Dania.
Dania pun dengan cepat membuatkan teh hangat untuk Kendra. "Aneh banget sih, biasanya dia paling anti banget bawang goreng, kenapa sekarang jadi biasa saja si pah.." Yunita berbisik pada suaminya.
"Sudahlah ma, jangan ngomong apa-apa. Yang terpenting Kendra oke-oke saja." Dimas pun kembali membalas untuk sang istri tidak berkomentar apapun tentang apa yang terjadi pada Kendra.
Tak lupa Yunita pun memberikan isyarat pada putrinya untuk tidak berkomentar.
"Tehnya tuan.." Dania menyodorkan segelas teh hangat pada Kendra.
Kendra pun langsung meminumnya hingga hampir tandas.
"Tuan baik-baik saja?" dengan sedikit berbisik Dania menanyakan keadaan tuan mudanya.
"Ya, kenapa? Apa saya kelihatan sakit?" Dania menggelengkan kepalanya.
"Nggak juga sih tuan, cuma seperti orang tertekan." Kendra hampir menyemburkan air yang ada di mulutnya mendengar ucapan Dania.
Beruntung Kendra sudah selesai menelan air yang ada di mulutnya. Alhasil, dia pun terbatuk-batuk karena nya.
"CK..kamu tuh, ma..pa..Ken berangkat dulu." Kendra pun beranjak dari tempat duduknya dan kemudian melangkah menuju ke arah pintu depan. Di ikuti oleh Dania dengan membawa jas milik Kendra yang belum sempat pria itu pakai.
"Tuan tunggu!" Dania mencoba menghentikan langkah Kendra.
"Apa sih, Dania!" dengan wajah sedikit merah Kendra menoleh ke arah Dania yang terlihat terkejut dan spontan melangkah mundur dari posisinya.
"Maaf tuan, kalau saya salah. Saya cuma mau ngasih jas tuan." dengan senyum kecutnya Dania menyodorkan jas yang ada di tangannya ke arah Kendra.
"CK...pasangkan!" Dania yang sedari tadi menundukkan kepalanya, mendengar perintah Ken langsung menatap Ken.
Terlihat Dania menatap ke arah Ken dengan menekuk wajahnya.
"Nggak usah pasang muka jutek gitu sama saya Dania, saya mau kerja!" Dania mengerutkan keningnya mendengar ucapan Ken yang terdengar aneh menurut dirinya.
Apa hubungannya sama muka aku yang cemberut sama dia mau kerja. CK .. bener-benar aneh nih tuan Ken, bikin pusing kepalaku saja.
Dania hanya bisa membatin saja tak bisa komentar secara langsung pada Kendra.
Tak terasa sudah empat bulan Dania bekerja di kediaman keluarga Mahendra. Orang-orang melihat jelas perubahan sikap Kendra selama tiga bulan terakhir. Apalagi keluarga yang melihat kejadian demi kejadian yang membuat mereka bertanya-tanya.
Dimas pun melihat perubahan sikap putranya bisa di pastikan berkat kehadiran Dania di rumah mereka.
Saat ini, Dania berada di kamar Kendra. Dia menunggu Kendra selesai membersihkan diri.
Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Kendra yang saat ini sudah terlihat segar.
"Tuan..
"Astaghfirullah, Dania! Kamu buat kaget saja!" Kendra benar-benar terkejut melihat Dania yang masih terlihat disana.
"Maaf saya buat tuan kaget. Saya mau bicara sesuatu sama tuan. Tapi, tuan selalu sibuk." dengan wajah yang tertunduk Dania pun meminta maaf karena sempat membuat Kendra terkejut.
"Hahh...ini sudah malam, kenapa nggak kembali tidur. Kan masih ada besok." Dania mendongakan kepalanya menatap Kendra.
"Kalau besok mana sempat, tuan kan mau pergi keluar kota. Waktu kemarin-kemarin juga tuan lebih sering keluar kota sama luar negeri, jadi saya nggak bisa sampaikan ini sama tuan."
"Mau ngomong apa?" Ken akhirnya memberikan waktu untuk Dania bicara.
Dania merogoh sakunya dan mengambil sesuatu dari sana. Lalu, dia pun menyodorkannya ke arah Kendra. Melihat benda yang ada di tangan Dania pria itu mengangkat sebelah alisnya.
"Apa ini?"
" Kartu ATM." dengan polos Dania menjawab tanpa beban.
Kendra menghela nafas panjang.Lalu dia pun beranjak dari duduk nya dan berdiri di depan Dania dengan melipat kedua tangannya "Saya tahu itu ATM Nia, maksud saya buat apa? Kenapa kamu tunjukkan ke saya?" dengan menahan kesal Kendra mencoba untuk mengendalikan emosi nya.
"Buat tuan lah, saya kan punya utang sama tuan waktu almarhumah ibu operasi, makanya saya kasih ATM saya sama tuan. Ini gaji saya selama empat bulan. Memang masih sedikit tapi, itu untuk cicilan utang saya sama tuan."
Mendengar penjelasan Dania, Kendra pun mengulum senyum dan dan menggelengkan kepalanya pelan. " Kamu kira saya semiskin itu?" Dania mendengar ucapan Kendra langsung menelan ludah nya dengan susah payah.
"Bu_bukan begitu tuan, tapi saya kan memang hutang sama tuan makanya saya cicil buat bayar nya."
Kendra langsung membalikkan tubuhnya dan melangkah ke arah tempat tidur. "Nggak perlu." Kendra menjawab dengan singkat dengan menaikkan tubuhnya ke atas tempat tidur.
"Tapi tuan..
"Dania, keluar dari kamar saya! Saya mau tidur!!"
"Tuan saya belum selesai bicara, jangan...
"Dania, saya lelah. Besok kita bahas lagi." Kendra merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dengan menutup tubuhnya dengan selimut tebal nya.
Dania hanya bisa membuang nafas kasarnya. Gadis itu pun membalikkan tubuhnya dan melangkah gontai menuju pintu kamar Kendra.
"Dania!!"
"Iya tuan, ada..
"Jangan lupa tutup pintunya. Sekalian matikan lampu nya juga!!"
Dania wajah kesal Dania pun langsung menutup pintu kamar Kendra dengan sedikit kasar membuat Kendra tersentak. Kendra hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah asistennya itu.
Pagi hari, seperti biasa, Dania menyiapkan semua keperluan Kendra.Hari ini Kendra akan pergi ke luar kota. Terlihat Dania mengantarkan Kendra sampai teras rumah.
"Kopernya tuan.." Kendra menoleh sejenak ke arah Dania.
Dania menyodorkan koper ke arah Gading. "Mas Gading,nih.. koper tuan." terlihat Dania tersenyum ramah pad asisten bosnya itu.
"Baik cantik, Dania..kamu kayaknya semakin cantik saja.." dengan sengaja Gading pun menggoda Dania, membuat gadis itu tersenyum malu.
Mendengar percakapan Dania dan Gading membuat Kendra melebarkan matanya. Apalagi melihat reaksi malu-malu Dania yang di goda Gading.
"Tadi apa kamu panggil dia? Mas, nggak ada panggilan lain, hah!!" Kendra menatap tajam ke arah Dania.
Dania menatap Kendra heran. "Apa salahnya, kan memang mas Gading lebih tua dari saya tuan."
"Pokoknya jangan panggil dia seperti itu, ini perintah! Kamu juga, nggak usah keganjenan jadi orang!!" Gading memutar bola matanya dengan jengah mendengar ucapan Kendra.
"Sebaiknya kamu masuk, kerja yang benar. Awas,kalau ada laporan kamu kerja nya nggak benar, saya hukum kamu!" mendengar ancaman Kendra, Dania pun di buat ketar ketir.
Dania pun langsung kabur dari tempat itu. Sementara Gading yang melihat tingkah aneh sahabatnya itu pun hanya bisa tersenyum miring.
"Kenapa Lo senyum-senyum sendiri, sint*ng!!"
Hahaha...
Bukannya tersinggung atau marah dengan ucapan Kendra, Gading bahkan tertawa lepas melihat tingkah sahabatnya itu.
"CK...tenang bro, gue nggak bakal mau tikung lo, ternyata lo bisa cemburu juga sama gue, cuma karena Dania."
Mendengar ucapan Gading yang mengatakan jika dia cemburu, Kendra pun langsung diam tak menjawab ucapan Gading. Bahkan dia terlihat memikirkan perkataan sahabat nya itu.
Bersambung
Tunduk deh...