Bukan Salahku Mendua
BSM Bab. 1
Tring
Bunyi pesan masuk itu menarik langkah Laura untuk mendekat. Ponselnya yang tergeletak di meja berdekatan dengan mixer itu menyala terang, menampilkan sebuah pesan masuk dari Theo sebagai pengirimnya.
Hanya sebuah pesan singkat, yang isinya bahkan terkesan datar. Namun mampu menerbitkan senyum di wajah Laura begitu ia membaca pesannya.
Menaruh kembali ponsel itu ke tempat semula, Laura lalu melepas apron yang dikenakannya. Kemudian bergegas mencuci tangannya. Memperbaiki riasannya sebentar di depan cermin, menyisir rambut panjangnya dengan jemari lentiknya, ia lantas mengambil ponsel dan tas kecilnya.
Bergegas ia mengayunkan langkahnya hendak keluar dari LaRisa Bakery, tempatnya mengisi hari-harinya selama ini, sekaligus tempatnya mengais rejeki.
“Baru saja aku mau menelepon kamu,” kata Laura ketika Rere datang. Gadis itu sedang menenteng kantong belanjaan yang berisi bahan-bahan kue.
Rere Reisa adalah sahabat Laura. Bersama Rere, berangkat dari hobi yang sama, mereka berdua akhirnya memutuskan bekerja sama membuka toko kue. Toko kue yang mereka beri nama LaRisa, yaitu gabungan antara nama Laura dan Reisa.
Hanya toko kue kecil-kecilan, namun soal kualitas dan rasa cukup bisa bersaing di pasaran. Sudah dua tahun ini mereka mengelola toko kue itu bersama-sama.
“Mau ke mana sih?” tanya Rere mengernyitkan dahinya.
Ditanya seperti itu, Laura malah mengulum senyuman.
“Aku tahu nih.” Rere ikut tersenyum melihat gelagat malu-malunya Laura sambil mengayunkan telunjuknya di udara. Ia sudah bisa menebak penyebab Laura terlihat senang seperti itu.
“Ya sudah. Hari ini biar aku yang jaga toko. Udah, sana, sambut dengan meriah pangeran kamu itu.” Mengibaskan tangan kanannya, Rere kemudian meninggalkan Laura. Melanjutkan pekerjaan Laura yang tidak diselesaikannya.
Sedangkan Laura, bergegas meninggalkan LaRisa Bakery. Dengan mengendarai sepeda motor matic kesayangannya, tujuan Laura adalah pusat perbelanjaan terdekat.
****
Laura Adriana, wanita 26 tahun dan berparas manis itu memarkirkan sepeda motornya di pelataran parkir sebuah pusat perbelanjaan. Ia berjalan penuh percaya diri memasuki sebuah gerai yang menjual pakaian khusus wanita.
Rencananya, malam nanti ia akan berdandan cantik untuk menyambut kepulangan Theo Bagaskara, suaminya. Theo adalah seorang reporter di salah satu stasiun televisi swasta di kotanya.
Beberapa hari lalu Theo berangkat ke luar kota untuk mewawancarai seorang pengusaha furniture ternama di kota tersebut, Antonio Gonzales.
Antonio Gonzales sangat susah untuk ditemui. Theo terpaksa harus menyusul Antonio ke luar kota, karena dari kabar yang terdengar, Antonio saat ini sedang berada di kota tersebut. Sudah beberapa bulan belakangan ini, Antonio menjadi incaran Theo untuk diwawancarai tentang bisnisnya yang sedang berkembang pesat saat ini.
Sudah hampir seminggu Theo berada di luar kota, membuat Laura merindukannya siang dan malam. Laura pun tak bisa menahan luapan bahagianya ketika ia mendapat kabar jika pria uang dirindukannya itu akan pulang malam ini.
Demi menyambut Theo, Laura ingin tampil cantik malam ini. Hal itulah yang kini membawa Laura kini berada di depan deretan lingerie-lingerie cantik di salah satu gerai khusus pakaian wanita.
Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian Laura tiba-tiba. Seorang perempuan familiar yang juga tengah memilih-milih lingerie di sebelahnya itu sudah tak asing lagi di matanya.
“Feli?” sapa Laura memberanikan diri. Walau sebetulnya ada sesuatu yang terasa ganjal baginya.
Perempuan muda dan cantik yang disapa Feli itu pun menoleh. Ia memperlihatkan ekspresi terkejut, seperti tak menyangka bertemu Laura di tempat itu.
“Laura?” Wajah Feli terlihat tegang. Tetapi kemudian ia bersikap biasa-biasa saja.
“Kamu sedang apa di tempat ini?” Sebetulnya tak perlu Laura tanyakan lagi. Akan tetapi bagi Laura hal itu terasa aneh saja. Pasalnya, Feli masih melajang sampai hari ini. Jadi, wajar saja jika ia merasa heran melihat Feli membeli lingerie.
Felina Andini, perempuan cantik berusia 25 tahun itu menyunggingkan senyum manisnya. Namun raut wajahnya tampak seolah dia sedang berpikir.
“Emm ... Aku sedang mencari hadiah anniversary pernikahan temanku,” kata Feli dengan ekspresi meyakinkan.
“Ooh ... Aku pikir ...” Laura tak melanjutkan ucapannya karena sungkan. Ia merasa tak enak enak hati jika menyinggung status Feli yang masih melajang di usianya saat ini. Ia hanya tak ingin membuat Feli tersinggung saja.
“Oh ya, kamu sendiri? Sedang apa di tempat ini? Oh maaf, aku lupa. Sudah pasti kamu mau membeli ...” Feli menunjuk deretan lingerie itu dengan wajah malu-malu.
Feli adalah rekan kerja Theo. Kata Theo, Feli juga merupakan adik tingkat Theo semasa kuliah. Laura sudah mengenal Feli, karena Feli baru beberapa bulan ini bekerja di tempat yang sama dengan Theo.
“Oh ya, ngomong-ngomong, kamu tidak ikut Theo ke luar kota?” tanya Laura mengalihkan topik tentang lingerie.
“Tidak. Kebetulan cuma Kak Theo yang mendapat tugas mewawancarai Tuan Antonio Gonzales. Aku sebagai pegawai baru masih harus banyak belajar.”
“Ooh ... Begitu ya.” Padahal usia Laura dan Feli hanya berselang satu tahun saja. Tapi terasa aneh di telinga Laura ketika mendengar Feli memanggil Theo dengan sebutan 'Kak'.
Dari pertemuannya tak sengaja dengan Feli, akhirnya Laura membeli sebuah lingerie berwarna merah seperti yang disarankan Feli. Yang kata Feli, warna merah terlihat lebih menggoda dan lebih seksi.
Hari sudah malam. Laura menunggu kepulangan Theo dengan hati riang gembira. Ia sudah menyiapkan makanan kesukaan Theo. Lengkap dengan lilin yang menyala terang di tengah-tengah meja makan.
Berdiri di depan cermin kamar, Laura mencoba lingerie berwarna merah itu. Ia berharap bisa merebut perhatian Theo dengan penampilannya malam ini. Ia akan berdandan cantik, memakai wangi-wangian, juga akan memberanikan diri merayu Theo lebih dulu.
Laura melakukan hal ini bukan tanpa alasan. Lima tahun pernikahannya dengan Theo, mereka belum diberi keturunan. Laura sudah jengah terus dituduh mandul oleh ibu mertuanya. Untuk itulah, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini untuk merayu Theo, agar mereka lekas diberi momongan. Ia ingin membuktikan kepada mertuanya jika ia tidak mandul.
Theo sangat disibukkan dengan pekerjaannya belakangan ini. Sehingga mereka sangat jarang memiliki waktu untuk berdua. Dengan memanfaatkan kesempatan ini, Laura berharap akan membuahkan hasil. Sehingga ia bisa membungkam mulut pedas Lely, ibu mertuanya.
Namun, agaknya Laura harus kecewa malam ini. Baru saja wajahnya terlihat sumringah, membayangkan hal-hal indah dan romantis malam ini bersama Theo. Tetapi kini, wajah sumringah itu telah berganti dengan wajah suram, bermuram durja. Melalui pesan chat, Theo memberi kabar bahwa dia batal pulang malam ini. Karena sesuatu hal mendadak berkaitan dengan pekerjaannya.
Laura kecewa. Ia tak bisa berbuat apa-apa selain menerima saja alasan Theo. Kendati hatinya terasa perih. Karena lagi-lagi, ia tak memiliki kesempatan untuk bisa menghabiskan malam bersama Theo.
****
Di lain tempat. Berdiri di depan jendela kamar hotel, Theo meniupkan napasnya panjang usai mengirim sebuah pesan kepada Laura. Ia kemudian memijit kedua pelipisnya setelah melempar ponsel ke atas tempat tidur di sampingnya.
Theo hendak memutar tubuhnya saat sepasang lengan berkulit seputih susu tiba-tiba melingkari pinggangnya. Seorang gadis berambut panjang kecokelatan memeluk Theo erat dari belakang.
“Sayang, aku sangat merindukanmu,” ucap si gadis sembari mengeratkan pelukan.
Gadis mudah berparas cantik itu mengenakan lingerie berwarna lembut. Yang sangat kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Warna yang disukai Theo.
Theo mengulum senyum, kemudian memutar tubuhnya begitu si gadis mulai melepas pelukan. Sudah beberapa jam lalu Theo kembali dari luar kota, tapi ia tidak langsung pulang ke rumah. Ia memutuskan menginap semalam di hotel demi mengurai rindunya bersama gadis cantik yang tengah tersenyum di hadapannya saat ini. Gadis yang sudah beberapa bulan ini dekat dengannya.
“Aku juga sangat merindukanmu, sayang,” kata Theo sembari menyentil gemas hidung lancip si gadis.
“Oh ya, kamu cantik sekali malam ini,” sambungnya dengan sorot mata berbinar.
“Spesial untuk kamu malam ini.”
“Kamu selalu saja bisa menyenangkan aku. Berbeda dengan Laura.”
“Kamu mau berdiri saja atau ...” Gadis itu melirik ke arah tempat tidur dengan lirikan menggoda.
Baru saja Theo hendak menjawab, si gadis telah lebih dulu menarik Theo, mendorong tubuh Theo sampai terbaring di atas tempat tidur.
Lihai dan seperti sudah berpengalaman, si gadis lekas melakukan aksinya. Aksi yang tak terduga, yang membuat Theo sampai merem melek oleh kenikmatan yang tiada tara. Kenikmatan yang tak kuasa ditolak oleh Theo.
Sementara di lain tempat, masih di malam yang sama. Laura tengah dirundung pilu. Seminggu lamanya ia menanti momen ini. Momen yang ia harap akan membuat hubungannya dengan Theo kembali hangat seperti dulu. Namun nyatanya, hanya perih yang ia dapatkan.
★
Assalamu alaikum. Senang berjumpa kalian lagi di karya receh terbaru author abal² ini. Jika kalian suka silahkan tap ♥️, like, dan juga komennya ya☺️. Aku ucapkan terima kasih banyak buat kalian yang sudah mampir🙏🙏
So happy reading ya guys 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ikbal Syaputra Rafky
visual nya mana thor 😊😊
2024-10-21
0
Anonymous
k
2024-10-14
0
Araaa
nkkn
2024-10-06
0