Senja yang dianggap sebagai investasi oleh papanya, dijual papanya dengan seorang lelaki tua kaya raya untuk membayar hutang-hutangnya judi.
Di tengah persembunyian Senja tak sengaja bertemu dengan Noah dalam sebuah insiden di mana dirinya berakhir memiliki hutang 186 juta pada lelaki itu. Harga dari sebuah kalung berlian yang bentuknya saja Senja tak tahu seperti apa.
Dapatkah Senja mendapatkan uang untuk mengganti kalung berlian milik Noah yang hilang? Apakah Senja harus rela menerima tantangan dari lelaki itu untuk membayar hutangnya. Menjadi orang ke tiga dalam hubungan percintaan saudaranya?
Sebuah tawaran gila yang sedikit pun tak pernah terlintas dalam benak gadis itu.
#Disarankan untuk membaca 'istri 108kg Tuan Bara' terlebih dahulu.🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Peony, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai rencana.
Sepanjang perjalanan menuju kantor Noah terus diliputi amarah. Rasa cemburu di hatinya bagai api yang terus membakar. Hingga tak satupun dari karyawan kantor yang berani menyapanya. Beberapa orang lebih memilih untuk menghindar daripada ketiban sial menjadi samsak Noah pagi ini.
Sesampainya di ruang kerjanya. Noah menjatuhkan dirinya di kursi kebesarannya. Asistennya yang sedari tadi datang tak sedikitpun dia hiraukan.
Noah masih larut dalam emosinya sendiri. Lemparan miniatur yang terbuat dati kaca yang biasa menghiasi meja kerjanya menjadi luapan amarah Noah. Kaca yang berderai di lantai cukup melepaskan sedikit rasa sesak di dada.
Andrew yang merupakan asisten Noah pun terpaku di tempat. Jantung lelaki berambut keriting itu berdegup kencang.
Pagi-pagi lelaki berambut keriting itu sudah di hadapkan dengan kemarahan bos yang tengah memuncak. Andrew ingin pamit mundur kembali ke ruangannya, sepertinya saat ini adalah waktu yang tak tepat untuknya datang, apalagi menyodorkan setumpuk pekerjaan pada bosnya.
"Pergi ambilkan aku kopi, seperti biasa!" titah Noah yang membuat beban di puncak kepala Andrew hilang seketika. Mungkin Tuhan sedang berbaik hati padanya, hingga memberikan pertolongan padanya.
Dengan langkah cepat Andrew langsung pamit ke luar dari ruangan tersebut, meminta office boy mengantarkan pesanan Noah. Biar saja office boy itu yang menggantikannya untuk menerima omelan Noah. Pikirnya.
Noah mengambil ponselnya, dia menekan sejumlah angka untuk menghubungi seseorang.
"Hallo." Suara lembut di sebelah sana menyapa. Terdengar renyah tanpa beban.
"Aku memberikanmu uang bukan untuk bersantai. Tepati janjimu padaku seakarang juga. Jangan mengulur-ulur waktuku!" ujar Noah geram. Dia sudah cukup sabar menunggu hingga keadaan orang tua wanita itu sembuh. Tetapi kini dia tak mampu lagi bersabar setelah melihat kedekatan Bryan dan Cecilia yang membakar hatinya.
"Baiklah, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya wanita itu. Wanita itu tak lain adalah Senja.
Senja pasrah saat Noah menagihkan janjinya, karena sejak awal dia memnag sudah menyetujuinya.
"Dua hari lagi adalah acara pernikahan kolega bisnisku dan juga teman mereka. Jadi persiapkan dirimu untuk temaniku datang ke acara itu. Sekaligus aku akan mengenalkanmu padanya!" jelas Noah.
"Baiklah, aku mengerti," jawab Senja singkat. Tak ada yang perlu dia diapkan selain mental dan hati.
"Bagus! Aku akan mengirimkan orang untuk mengantarkan apa yang kamu butuhkan!"
Tit!
Tanpa menunggu jawaban dari Senja. Noah sudah mematikan sambungan telponnya lenih dulu. Lalu meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Dia mengangkat gagang telpon untuk menelpon asistennya yang baru saja menarik napas lega di ruangannya.
Andrew yang tengah asik curi-curi kesempatan menonton vidio wanita seksi di layar ponselnya pun tersentak kaget. Hampir saja lelaki itu menjatuhkan ponselnya sendiri.
Sontak Andrew langsung mematikan layar ponsel dan langsung mengangkat telpon. Matanya terbelalak mendengar perintah tuannya yang terkadang menguras emosinya. Bagaimana tidak, pagi-pagi begini dia sudah di suruh cari gaun untuk seorang wanita yang dia sendiri tak tahu siapa orangnya dan berapa ukurannya tubuhnya.
"Apa tak sebaiknya saya jemput saja orangnya lebih dulu, Pak. Biar bisa diukur bajunya yang pas untuk wanita itu seperti apa?" tawar Andrew memberikan tawaran yang akan meringankan pekerjaannya.
"Tak perlu! Kamu kira-kira saja ukuran gadis Indonesia. Awas jika tak bagus, tak hanya gajimu yang akan aku potong!" ancam Noah. Andrew meneguk ludahnya susah payah.
Sambungan telpon itu kembali terputus sepihak. Andrew mengusar rambutnya kasar.
"Dia pikir aku ini canayang yang bisa menerka dengan tepat ukuran tubuh wanita. Yang biasa aku pegang saja aku tak tahu ukurannya, bagaimana yang belum?" rutuk Andrew kesal. Namun sebagai bawahan dia bisa apa? Selain patuh pada perintah.
~ ~ ~
"Ada apa, Nak?" tanya Darsih mengagetkan Senja yang tengah berdiri di pinggir jendela kamarnya. Setelah menerima telpon dari Noah barusan, gadis itu melamun seorang diri.
"Tidak ada apa-apa, Ma. Mama kenapa nggak istirahat, kok malah ke kamarku. Apa Mama butuh sesuatu?" tanya Senja. Dia membimbing Darsih untuk duduk di pinggir ranjangnya.
"Kenapa kursi rodanya tidak Mama pakai?" tanya Senja kembali.
"Mama bosan kemana-mana pakai kursi roda. Sudah seperti orang cacat saja," jawab Darsih mengeluh dengan benda yang baru beberapa hari dia kenakan.
Darsih sadar jika putrinya itu sedang menjaganya dengan baik. Akan tetapi sebagai seorang ibu, dia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan Senja darinya.
"Senja, ada yang ingin Mama tanyakan padamu."
"Mama mau menanyakan apa?" Senja ikut duduk di sebelah Mamanya. Dua wanita yang berbeda generasi itu slaing menatap untuk menyelami isi hati masing-masing.
"Katakan pada Mama dengan jujur, dari mana kamu mendapatkan semua fasilitas ini? Dan juga uang untuk membayar operasi Mama di rumah sakit. Itu tidak murah, Nak. Katakan dari mana uangnya?" tanya Darsih menyelidik.
Senja menghela napas panjang. "Ma, uang itu aku pinjam dari seseorang dan harus aku bayar dengan cara bekerja padanya," jelas Senja. Dia tidak berbohong karena kenyataan yang terjadi dirinya memang harus bekerja pada Noah. Namun bekerja dalam tanda kutip yang tak perlu dia jelaskan.
"Bekerja apa?" cecar Darsih. Wanita tua itu tak mudah percaya dengan perkataan putrinya.
"Jangan bohongi Mama, Senja. Tak mungkin ada seseorang yang mau membayar anak buahnya di muka dengan nominal yang cukup besar," lanjut Darsih bertanya kembali.
Hatinya masih belum puas dengan jawaban dari putrinya yang terasa tak masuk akal saja.
Senja diam sejenak untuk memutar otak. Mencari-cari alasan yang pas agar Darsih tidak terus menerus menyelidikinya. Bukannya tak suka jika mamanya sedikit lebih perhatian padanya. Hanya saja, hidupnya yang cukup rumit saat ini tak mau menjadi beban pikiran Darsih kembali.
"Mama nggak perlu khawatir. Bos aku itu memang orang yang baik, dia juga kaya. Jadi uang segitu tidak ada artinya baginya. Yang terpenting bagi bosku itu adalah kepercayaan."
Senja mengusap punggung Darsih lembut. Senyum tipis yang terukir di bibir Senja seperti obat yang menenangkan bagi Darsih.
"Mama harap kamu tidak berbohong, Nak."
"Mama jangan khawatir. Aku bukan anak kecil lagi dan aku bisa menjaga diriku dengan baik juga," jawab Senja lembut. Begitulah orang tua, sebesar apa pun anaknya saat ini terapi di hati dan pikiran orang tua mereka tetaplah anak kecil yang harus di jaga dengan baik.
"Mama percaya padamu. Andai saja papamu ada, dia pasti senang melihat kamu yang sudah mandiri seperti ini."
Senyum di bibir Senja seketika lenyap tergantikan raut dingin. Tatapan matanya yang tajam cukup membuat Darsih terdiam.
"Ada apa? Kenapa kamu menatap Mama seperti itu? Apa terjadi sesuatu dengan papamu?" tanya Darsih khawatir yang bikin Senja semakin geram.
bakalan ada yg jeles ini...
😀😀😀❤❤❤❤
koq udah ada orang ketiga Thor.....
buat Senja dan Noah saling menyayangi dong
semoga dapat jodoh lelaki baik sam setia seperti Bryan..
❤❤❤❤❤