S 2
"Aku Punya Papa." Tiga kata yang selalu diucapkan Farzan bocah berusia 6 tahun itu, ketika teman-teman seusianya mengolok dirinya tidak punya papa.
Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya yang selalu diolok, namun Zana hanya bisa diam karena dia tidak bisa menunjukkan siapa ayah dari anaknya.
Hingga ketika Farzan dinyatakan mengidap Pneumonia, penyakit yang bisa mengancam nyawanya, membuat dunia Zana seakan runtuh. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk pengobatan putranya, namun hasilnya selalu nihil bahkan semua yang ia punya telah habis terjual. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Zana kembali ke kota kelahirannya untuk mencari sosok ayah biologis putranya, yaitu laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya 7 tahun lalu, dengan harapan laki-laki itu bisa menolong putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34. DIA ADALAH PUTRIKU
Wiliam menjatuhkan tubuhnya bersimpuh dihadapan Farzan, kedua tangannya terangkat menyentuh pipi cucunya itu. Bibirnya bergetar. Tenggorokannya serasa tercekik tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Air matanya tak dapat ia tahan lagi.
"Jangan menangis, Kakek." Dengan tangan mungilnya, Farzan mengusap air mata yang membasahi pipi Wiliam. Ia dapat merasakan getaran pada kedua tangan sang kakek yang menyentuh pipinya.
"Maafkan Kakek, Farzan," ucap Wiliam dengan terbata-bata, hanya itu yang mampu diucapkannya. Sungguh demi apapun ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika waktu itu sampai berhasil mencelakai bocah yang ternyata adalah cucunya sendiri.
"Kakek tidak perlu meminta maaf. Aku tahu Kakek tidak akan setega itu mencelakai anak kecil. Dan aku juga tahu kalau Kakek hanya menjalankan perintah seseorang." Ujar Farzan sambil tersenyum. Ia menggenggam tangan Wiliam yang masih bertengger di pipinya, lalu menyatukan kedua tangan sang kakak kedalam genggamnya.
"Sekarang Kakek sudah menemukan Putri Kakek yang hilang sejak bayi, dan hari ini adalah hari pernikahannya. Tapi kenapa kakek malah mau pergi?" Tanya Farzan.
"Karena Mamamu tidak menginginkan keberadaan Kakek disini, jadi sebaiknya Kakek pergi saja." Ujar Wiliam dengan terisak.
Farzan menggelengkan kepalanya, "Itu tidak benar, Kek. Mama bukannya tidak menginginkan keberadaan Kakek disini, tapi Mama hanya merasa asing saja. Jika sudah terbiasa bersama Kakek, Mama juga akan menyayangi Kakek seperti Mama menyayangi aku. Jadi Kakek harus tetap disini. Kakek tidak boleh pergi!" Ujarnya menegaskan.
Dengan masih berderai air mata, Wiliam terkekeh melihat gaya bicara Farzan yang sudah seperti orang dewasa saja. Hatinya yang terasa sakit sedikit terobati mendengar ucapan cucunya.
"Kau sangat pandai menenangkan hati Kakek." Wiliam pun tersenyum sembari mengusap air matanya. Ia yakin kecerdasan yang dimiliki cucunya ini adalah hasil didikan Zana, putrinya. Seperti mendiang istrinya dulu, yang selalu bisa menenangkan hatinya bila ia sedang banyak masalah.
"Sekarang kau masuklah kedalam, Mamamu pasti mencarimu. Kakek akan pulang untuk berganti pakaian, dan Kakek janji akan kembali kesini nanti malam."
"Janji?" Farzan mengacungkan jari kelingkingnya.
"Iya, Kakek janji!" Ucap Wiliam seraya menautkan jari kelingkingnya dijari kelingking Farzan.
Setelah cucunya itu kembali masuk kedalam rumah, Wiliam pun bergegas meninggalkan tempat itu. Seperti janjinya pada Farzan, ia akan pulang untuk berganti pakaian. Ia akan mengenakan pakaian terbaiknya di acara resepsi pernikahan putrinya.
Jika saja Farzan tidak keluar dan mencegahnya pergi, mungkin ia tidak akan kembali lagi ke acara pernikahan putrinya sendiri.
Sesampainya di rumah, Wiliam bergegas menuju kamarnya. Rasanya sudah tak sabar untuk mengenakan pakaian terbaiknya dan tampil gagah di resepsi nanti malam.
Namun, langkahnya terhenti ketika melewati ruang tengah, melihat pemandangan yang membuatnya langsung menggeleng-gelengkan kepala.
Di Sana Keyla duduk dengan santainya menikmati camilan sambil menonton televisi, kedua kakinya dinaikkan diatas meja, sedang dua asisten rumah tangganya yang seharusnya bertugas merapikan rumah malah memijat kaki keponakan itu.
"Apa-apaan ini?!"
Suara bariton Wiliam mengagetkan kedua asisten rumah tangganya, sontak mereka langsung berdiri. Sedangkan Keyla tersenyum melihat kedatangan om nya itu.
"Akhirnya Om Wili pulang juga, aku dari tadi menunggu. Om darima saja?" Tanya Keyla seraya beranjak dari tempat duduknya, menghampiri om yang katanya sangat menyayanginya.
"Om, aku dengar Farhan menikahi perempuan ****** itu. Aku tidak bisa terima ini. Pokoknya Om harus membantu aku membalas mereka." Ujar Keyla sambil bergelut manja di lengan Wiliam.
Kedua tangan Wiliam terkepal erat mendengar apa yang dikatakan Keyla. Sudah cukup ia menuruti semua permintaan keponakannya itu, dan sekarang tidak akan lagi. Dengan segala kekuatan yang ada ia mendorong tubuh Keyla menjauh darinya.
"Aww, sakit..." Keluh Keyla sambil mengusap bokongnya yang terhantam ke lantai.
"Apa yang Om lakukan, kenapa mendorongku?" Tanya Keyla dengan nada jengkel. Ia sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh om nya itu. Selama ini, tidak pernah sekalipun wiliam berkata kasar padanya apalagi berbuat kasar seperti ini.
"Om akan melakukan yang lebih daripada ini jika kau sampai berani menyakiti Zana maupun anaknya!" Ancam Wiliam sembari menunjuk tetap didepan wajah Keyla, sorot matanya begitu tajam.
Sekali lagi Keyla benar-benar dibuat terkejut. Dengan cepat ia beranjak dari atas lantai.
"Apa yang Om katakan? Om membelanya sekarang?" Tanya Keyla, tak menyangka Wiliam akan membela rivalnya itu.
"Dengar ini baik-baik Keyla, perempuan yang kau sebut ****** itu adalah putriku. Zana adalah putriku, dia adalah putriku yang hilang sejak bayi! Jadi Om peringatkan jauhi dia, jangan coba-coba menyentuhnya seujung kuku pun atau kau akan tahu akibatnya!" Ucap Wiliam dengan nada yang tinggi.
Lagi dan lagi Keyla dibuat terkejut, wajahnya seketika pias mendengarkan apa yang dikatakan Wiliam.
Belum lepas dari keterkejutannya, sekali lagi Keyla harus dibuat terkejut ketika Wiliam memerintahkan kedua asisten rumah tangganya untuk membawanya keluar dari rumah itu. Bahkan om nya itu memperingati agar ia tidak datang lagi ke rumahnya.
"Arghhhh....
Keyla menggeram marah ketika dua art om nya itu mendorongnya keluar pagar kemudian menutup pagarnya. Ia bersumpah akan tetap membalas Zana, tidak perduli jika memang benar wanita itu adalah anak om nya sendiri.
.
.
.
TBC.......✨✨✨