Ujian datang bertubi-tubi untuk Elisa, gadis cantik putri pertama keluarga Nataprawira. Kematian sang adik yang misterius menambah penderitaan hidupnya semakin lengkap. Elisa menduga kesialannya itu berkaitan dengan perebutan hak waris dari sang kakek, Wira Natakusuma. Sayang sebelum menemukan akar masalahnya Elisa harus meregang nyawa.
Seorang pembunuh bayaran, menembak tepat di jantungnya. Elisa dinyatakan tewas, tapi keajaiban terjadi saat sebuah sistem misterius memilihnya menjadi tuan. Super Chef System, menjadikan Elisa yang buta masakan dan makanan menjadi dewi bertangan dingin yang bisa menciptakan berbagai menu baru.
Dengan kemampuan ajaib yang bersumber dari sistem, pelan tapi pasti Elisa mengambil alih perusahaan milik kedua orang tuanya.
Dapatkah Elisa mengungkapkan kematian adik lelakinya dengan bantuan sistem? Ikuti keseruan Elisa menciptakan kreasi makanan demi menjebak musuh-musuhnya hanya di Super Chef System
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona Elisa
Mobil yang ditumpangi Elisa dan Raka sudah setengah perjalanan tapi Elisa meminta pada dua pengawalnya untuk berhenti disebuah taman bermain. Raka dibuat terheran-heran dengan sikap Elisa.
"Kita ngapain kesini El!" Raka bertanya, melirik ke angka pada jam tangan.
"Kita? Makan es krim!" Elisa menjawab santai, ia mengulurkan dua lembar uang kertas pada penjual es krim di pinggir taman.
"Rapat dimulai setengah jam lagi, kau dimana?" suara Banyu terdengar khawatir diseberang sana.
"Aku? Di taman makan es krim." Elisa menjawab, menikmati es krim strawberry di tangannya.
"El … kamu bisa makan es krim sepuasnya nanti setelah semua selesai!" teriakan Banyu terdengar menahan emosinya.
"Raka! Bawa dia kemari segera!" lanjut Banyu memerintah dari ear piece.
"Aku … El?!" Raka mengusap tengkuknya bingung harus menjawab apa pada Banyu.
"Hei, B! Bisakah kau santai sedikit? Rapat baru dimulai setengah jam lagi, akan lebih menarik perhatian jika aku datang secara dramatis di detik terakhir bukan? Lagipula aku yakin Alex dan kelompoknya belum datang, iya kan?"
"Aku butuh penarik perhatian untuk memancing mereka. Bukankah kau sudah mengatur semuanya dengan baik, B?" tebakan Elisa memang tepat, tapi Banyu kurang setuju dengan pendapat Elisa.
"Tapi setidaknya kau harus bersosialisasi dengan calon lain! Lobi atau sekedar berkenalan, kau tahu pasti itu sangat berguna bukan?" Banyu mengingatkan Elisa.
Elisa tersenyum, menghabiskan es krimnya dengan santai, lalu menjawab.
"Apa aku harus melakukan sesuatu yang menjadi kebiasaan, B? Sementara aku adalah pemilik sah yang belum tergantikan dan tujuanku adalah menangkap tikus got yang menggerogoti perusahaan!"
Banyu terdiam sesaat, "Baiklah, lakukan apa yang seharusnya kau lakukan. Bu Anita sudah datang, kau sebaiknya menyusul."
"Tenang, B! Semua sudah aku pikirkan baik-baik. Apa mereka juga sudah datang?"
"Yup, itu rombongan mereka. Kau akan berhubungan dengan Raffi karena aku akan sedikit sibuk." Banyu menutup jalur komunikasi.
"Oke, ayo kita susul mereka!"
"Akhirnya, bikin kesal saja!" Raka bergumam lirih mengikuti langkah Elisa.
Rombongan Alex yang terdiri dari Istri, putra mereka Steven, dan bakal calon menantu dari grup Angkasa –Maria turun dari iringan mobil mewahnya. Jajaran karyawan senior termasuk manager dan tentu saja Banyu menyambut kedatangan mereka. Senyuman palsu tersungging di bibir Banyu untuk mengaburkan perasaannya saat ini.
Bertemu Steven membuat hatinya sakit. Kematian tragis Amelia dan terganggunya kejiwaan sang ibu kembali menyusup di memorinya.
"Apa kabar, Banyu? Lama tidak berjumpa, huh!" Steven menyapanya dan tersenyum angkuh.
"Baik, pak! Ya, lama sekali kita tidak bertemu dan … siapa ini?" Banyu mengalihkan pandangan pada sosok cantik yang bergelayut mesra di tangan Steven.
"Aah, aku lupa mengenalkannya padamu! Ini adalah Maria, calon istriku!" Steven menyahut disambut senyuman manja dari pria yang mengusap lengan kekar Steven.
"Oh, calon istri? Saya harap nona Maria bisa mendampingi Pak Steven dengan sabar. Jangan kaget kalau kekasih pak Steven diluar sana begitu banyak!" Banyu membalas pemberitahuan Steven dengan sedikit sarkas pada tunangannya.
Wajah Steven seketika memerah, apalagi Maria langsung menatapnya dengan tak suka. "Benarkah itu sayang?"
"Jangan dengarkan dia, Banyu itu jomblo permanen itu sebabnya dia nggak nikah-nikah! Lagipula wajar aku pria dengan kekayaan tanpa batas, punya satu atau dua kekasih di luar sana tidak masalah. Yang penting aku tetap mencintaimu, sayang!" Tangannya menaikkan dagu Maria dan tak sungkan memberi satu kecupan singkat di bibir Maria.
Banyu mencibir, "Ya tentu saja boleh, asal kau tak kehilangan nyawa!"
Steven menatap tajam Banyu, dendam lama kembali terpantik. Banyu mati matian menahan diri untuk tidak menghajar bajingan tengik berkedok malaikat di depannya.
Merasa tersinggung, Steven maju selangkah, merapikan setelan jas Banyu sambil berkata, "Jangan memulai hal yang tak bisa kau kendalikan, B!"
Banyu hendak membalas ucapan Steven, tapi ekor matanya menangkap kedatangan Elisa.
"Pagi pak Banyu! Apa aku terlambat? Macet dimana mana dan wah panas sekali disini! Aku hampir mati sesak nafas karena udara di Jakarta!"
Suara Elisa terdengar lantang memenuhi udara di lobby, membuat semua mata memandang ke arahnya. Tingkat pesona Elisa yang nyaris sempurna dari sistem membuat semua mata takjub terutama para lelaki.
"Hei, saya kira anda tersesat, nona Diana! Selamat datang di perusahaan kami!"
Elisa mengulas senyum terbaiknya dan memeluk Banyu dengan erat. "Thanks pak Banyu atas undangannya, aku sangat ingin bergabung disini."
"Well, itu pilihan yang tepat nona Diana. Saya harap anda mendapatkan saham sesuai yang diinginkan."
"Semoga saja pak banyu." Elisa melepaskan pelukannya dan menoleh ke arah Steven yang sedari tadi terpana melihat kecantikan Elisa.
"Dan … siapa ini? Kau tampan sekali! Apa kau juga peserta lelang?" Elisa mulai melancarkan godaan pada Steven.
Melihat tunangannya mulai tergoda Maria pun merapatkan diri pada lengan Steven. "Hei, perhatikan bicaramu! Dia Steven, putra dari pemilik perusahaan ini dan aku Maria calon istrinya!"
Elisa memperhatikan Maria dari ujung kaki ke ujung kepala, "Kau, calon istrinya? Siapa yang bertanya padamu tadi? Apa kau, pak Banyu?"
Banyu menggeleng dan menahan tawanya, wajah Maria merah padam merasa dipermalukan Elisa. "K-kau!"
"Uups, maaf bukan maksudku hanya saja … bukankah sebaiknya calon menantu keluarga Nataprawira tidak usah banyak bicara? Baru calon, bukan istri!"
"Wow, nice Mbak! Aku suka gayamu!" suara Raffi dari seberang sana terdengar memuji sikap Elisa.
"Sudahlah!" Steven mengulurkan tangan pada Elisa. "Senang bertemu dengan anda, nona Diana! Aku harap kita bisa bekerjasama kedepannya"
Elisa menyambut uluran tangan Steven memberinya tatapan menggoda pada sepupunya itu. "Tentu, dengan senang hati tuan … Steven!"
Merasa mendapat angin Steven tak ragu mencium punggung tangan Elisa. Tentu saja Maria terperanjat dan tak menyangka jika Steven bisa nekat melakukannya di depan mata, protes pun melayang, "Beib?!"
Steven tak mengindahkan protes Maria, ia membalas tatapan menggoda Elisa dengan sedikit usapan mengundang pada telapak tangan Elisa.
"Sampai bertemu di ruangan, nona Diana?"
Elisa mengangguk penuh kemenangan, "Bingo! Satu kosong?" gumam nya yang disambut gelak tawa Raffi diseberang sana.
"Good job, mbak!" suara Raffi kembali terdengar.
Banyu dan Raka dibuat terkejut dengan keberanian Elisa dihadapan semua orang termasuk Alex yang rupanya memperhatikan kedatangan Elisa sebagai Diana.
"Kau memasang jebakan dengan baik, Diana!" Raka berbisik pada Elisa setelah jarak aman antara mereka tercipta.
"Ini baru permulaan, ikan kecil belum seberapa. Kita perlu umpan yang lebih besar!"
Elisa menatap punggung Steven yang berlalu menuju lift, membalas tatapan penasaran Alex dengan senyuman terbaiknya.
"Ayo B, kita naik! Aku tak sabar untuk melihat apa rencana mereka."
"All unit standby!" perintah Banyu pada seluruh anggota tim.
"Ya Tuhan, rasanya sudah seperti dalam film action! Semoga aku tidak terkejut dengan apa yang terjadi nanti!" Raka mengeluh ringan.
Elisa menoleh pada lelaki manis di sebelahnya, mengaitkan tangan dengan mesra sambil berkata. "Ayo sayang, kita guncangkan lelang hari ini!"
Kerlingan mata Elisa membuat Raka mengusap dada. Bukan karena kecemasannya menghadapi situasi lelang tapi kerlingan Elisa membuat jantungnya semakin lepas dari sambungan pembuluh darah besar. Raka tersenyum dan mengecup pelipis Elisa cukup lama.
"Kau sangat … sangat cantik, sayang! Demi kau aku rela berbuat apa saja!"
Eeh!!
untuk sementara Elisa Hiatus dulu yaa, saya fokus di sebelah n novel horor untuk even...cerita bakal dilanjutkan lagi setelah even selesai 🙏🙏mohon maaf sudah menunggu...