Aminah tidak pernah menyangka bahwa dia akan dijodohkan dengan anak konglomerat tapi tidak pernah mencintai nya sedikitpun bahkan dia pun juga tidak pernah mencintai pria itu.
Saat dirinya tahu bahwa calon suami konglomerat nya itu berselingkuh dengan seorang artis terkenal, dia hanya bisa menahan gejolak hati nya yang tersakiti.
Aminah sadar bahwa dia tidak pernah mencintai calon suaminya tetapi rasa sakit karena pengkhianatan cinta sang calon suami konglomerat nya membuatnya menjadi berani dan mengambil sebuah keputusan yang sangat besar dalam hidupnya.
Takdir cinta Aminah terjadi...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku bukan siapa-siapa
Selang satu jam sejak kepulangan ibu dari rumah keluarga Sheikh kembali ke hotel Hyatt Centric Janakpuri New Delhi.
Raaida membawa Aminah ke kamar yang khusus diperuntukkan buat Aminah tinggal di rumah keluarga Sheikh.
Dia dipindahkan ke lantai atas dari kamar tamu. Dan sekarang dia memiliki kamar pribadi untuknya.
"Saya mohon pamit dulu, nona Aminah..., karena sudah larut malam, sebaiknya anda beristirahat setelah jatuh pingsan tadi", ucap Raaida.
"Maaf, apa aku boleh tahu namamu ?", tanya Aminah.
"Nama saya Raaida, pelayan di rumah keluarga Sheikh", sahut Raaida.
"Raaida..., aku mengerti...", gumam Aminah. "Tapi maaf, Raaida, aku ingin bertanya sesuatu !?", sambungnya.
"Apa itu, nona Aminah ?", sahut Raaida.
"Bagaimana caranya aku membeli keperluan sehari-hariku di dekat rumah ini ? Aku juga tidak membawa pakaian ganti, Raaida", ucap Aminah.
Raaida langsung tersenyum.
Gadis belia itu lalu berjalan cepat menuju lemari yang ada di dalam kamar pribadi Aminah.
Dia membuka pintu lemari bercat putih.
Tampak deretan gaun telah berjejer rapi di dalam lemari.
"Anda bisa memakai semua gaun-gaun ini serta semua keperluan anda telah disiapkan tadi ketika tuan besar Salman menyuruhku untuk mempersiapkan kamar untuk anda, nona Aminah", ucap Raaida.
"Kapan kamu menyiapkan semua ini ?", tanya Aminah terpana kagum.
"Saat tuan besar Salman memerintahkan kepada saya tugas menyiapkan kamar ini untuk nona", sahut Raaida.
"Ya Allah... Sulit dipercaya...", ucap Aminah.
Aminah melihat ke arah lemari sambil terkagum-kagum.
"Oh, Raaida..., terimakasih atas segalanya, kamu telah menyiapkan semua ini untukku", ucap Aminah.
"Tidak masalah buat saya karena ini sudah tugasku dan saya senang melakukannya serta sangat tersanjung diberi kepercayaan sebesar ini oleh keluarga Sheikh", sahut Raaida.
"Terimakasih, Raaida...", ucap Aminah.
"Tapi, aku tidak tahu ukuran anda yang sesuai karena itu aku membelikan gaun-gaun ini dalam semua ukuran, jika kebesaran, saya akan menukarnya", ucap Raaida.
"Tidak apa-apa, aku pikir ukuran baju memang untuk semua ukuran lebih tepat tapi badanku tidak besar, mudah-mudahan akan muat", kata Aminah.
"Coba dulu, nona !", sahut Raaida.
"Mencobanya ? Semua gaun-gaun ini ?", jawab Aminah.
"Iya, saya membelikan gaun-gaun ini atas perintah tuan besar tetapi saya membelinya dalam jumlah sedikit, hanya sepuluh helai pakaian", sahut Raaida.
"Tidak apa-apa, ini sudah lebih dari cukup, aku suka sekali dengan gaun pilihanmu, Raaida", ucap Aminah.
"Syukurlah, jika anda suka, nona ! Cobalah Sharara ini ! Dan saree warna merah muda ini ! Atau... Ini, gaun panjang ungu muda yang sangat segar jika dipakai di kulit anda yang putih bersih, nona Aminah !", ucap Raaida.
Raaida sangat bersemangat kala dia mengambilkan gaun-gaun indah dari dalam lemari untuk Aminah.
"Ya Allah, Raaida ! Bagaimana aku bisa memakai semua gaun-gaun ini ? Tidak cukup jika aku mengenakan semuanya", sahut Aminah.
"Dipakainya satu per satu, nona Aminah !", ucap Raaida.
Aminah tertawa geli melihat Raaida yang lebih bersemangat ketika memberikan gaun sharara bersulam emas warna kuning muda kepada dirinya.
"Cobalah yang ini dulu, nona ! Pasti sangat cantik untuk nona", ucap Raaida.
"Mmm..., baiklah, aku akan mencobanya", sahut Aminah.
Aminah meletakkan gaun sharara di depan badannya seraya bercermin.
"Nona Aminah ! Bagaimana anda bisa mencoba gaun sharara jika seperti itu !? Cobalah anda pakai !", kata Raaida.
"Baiklah ! Baiklah ! Aku akan mencobanya !", ucap Aminah.
Aminah lalu mengenakan gaun sharara warna kuning muda itu di tubuhnya seraya mematut diri lama di depan cermin.
"Woah ! Anda cantik sekali, nona Aminah ! Sungguh cantiknya !", puji Raaida.
"Oh iya !? Aku suka warnanya yang lembut. Apakah kamu yang memilihnya sendiri ?", kata Aminah.
"Iya, saya sendiri yang memilih sharara ini. Dan aku sangat bersyukur jika gaun ini cocok untuk anda", sahut Raaida.
"Tidak hanya cocok untukku tetapi aku sangat suka sharara ini", lanjut Aminah.
Ketika Aminah berbicara dengan Raaida tentang gaun sharara yang dipakainya.
Tiba-tiba masuk Jannah Sheikh ke dalam kamar.
"Hai, Aminah ! Bagaimana kamu suka kamar ini ?", sapa Jannah Sheikh.
Aminah tersentak kaget saat melihat calon ibu mertuanya datang.
"Raaida, kamu masih disini !? Apa tugas-tugas di dapur sudah selesai semuanya ?", ucap Jannah Sheikh.
Jannah Sheikh berbicara dengan sikap tegasnya kepada anak buahnya seraya menatapnya tajam.
"Sudah, nyonya Jannah. Saya sudah menyelesaikan tugas-tugas di dapur", sahut Raaida.
"Baiklah, kamu boleh beristirahat sekarang", ucap Jannah Sheikh.
"Baik, nyonya", jawab Raaida.
Raaida memandangi Aminah dengan sedikit kecewa lalu dia berbicara pada Aminah.
"Maaf, nona Aminah, saya tidak dapat menemani anda lama-lama karena saya harus kembali ke kamar saya, besok banyak pekerjaan yang harus saya lakukan", pamit Raaida.
"Iya, Raaida, tidak apa-apa. Terimakasih sudah membantuku menyiapkan semuanya", jawab Aminah.
"Sama-sama, nona Aminah", sahut Raaida.
Raaida lalu pergi dari ruangan kamar tidur Aminah, meninggalkan gadis berhijab cantik itu bersama dengan Jannah Sheikh.
"Aminah !", panggil Jannah Sheikh.
"Iya, mathair, ada apa ?", sahut Aminah.
"Apa kamu senang tinggal disini ?", tanya calon ibu mertuanya.
"Iya, mathair, aku sangat senang bisa tinggal di rumah ini dan menjadi bagian dari keluarga besar Sheikh", sahut Aminah.
"Aku senang mendengarnya dan aku berharap kamu betah tinggal di rumah ini, mungkin perbedaan akan sangat terasa disini daripada tempat tinggalmu, Aminah", lanjut Jannah Sheikh.
"Iya, mathair, aku mengerti", sahut Aminah.
"Dan aku harap kamu bisa menerimanya dan segera beradaptasi secepatnya di rumah ini", ucap Jannah Sheikh.
Jannah Sheikh melirik ke arah Aminah.
Dia melihat penampilan gadis berhijab itu sangat konservatif dan terlihat sederhana.
Jannah Sheikh menghela nafasnya kemudian melihat ke dalam lemari pakaian milik Aminah.
"Hmmm..., selera Raaida cukup bagus... Semoga kamu menyukainya, Aminah", sahut Jannah Sheikh.
"Iya, mathair", jawab Aminah singkat.
Tetap memandang ke arah lemari, Jannah Sheikh melanjutkan ucapannya.
"Mengenai sikap Shaheer Sheikh, aku harap kamu mengerti karena baginya ini juga tidaklah mudah", lanjut Jannah Sheikh.
Wanita separuh baya itu memandang ke arah Aminah.
"Banyak tekanan yang Shaheer Sheikh terima sebagai salah satu dari keluarga ini. Dan kamu tahu itu bahwa posisiku di keluarga Sheikh tidaklah kuat", ucap Jannah Sheikh.
Aminah terdiam mendengar perkataan Jannah Sheikh.
"Dan aku berharap banyak pada mu untuk bisa membantu Shaheer Sheikh memiliki posisi yang kuat di keluarga ini, Aminah", ucap Jannah Sheikh.
Ibu dari Shaheer Sheikh berbicara seolah-olah bahwa ini adalah sebuah kewajiban untuk Aminah.
Aminah menundukkan kepalanya bukan takut melainkan dia merasa bahwa ini adalah peringatan untuknya agar dirinya tidak berbuat ulah di rumah ini.
"Mengenai pernikahan kalian yang ditunda, aku juga menaruh sebuah harapan besar padamu agar kamu dapat mengambil hati Shaheer Sheikh supaya dia mau mempercepat pernikahan kalian", kata Jannah Sheikh.
Aminah tetap diam tanpa mengalihkan pandangannya ke arah calon ibu mertuanya.
"Jangan menganggap sikap Shaheer Sheikh yang tidak perduli padamu tetapi berusahalah agar dia menyukaimu", ucap Jannah Sheikh.
Setelah berkata banyak kepada Aminah, wanita yang masih cantik itu lalu pergi berlalu dari hadapan Aminah.
Aminah terduduk lemas di atas lantai kamarnya yang berhias karpet sambil bersandar di lemari.
Memejamkan kedua matanya rapat-rapat dengan menahan kesedihan di hatinya.
Ucapan Jannah Sheikh membuat Aminah sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa untuk Shaheer Sheikh. Dan dia harus menerima semuanya dengan lapang dada serta berusaha keras mengambil simpati pria tampan itu agar menyukai dirinya.
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu