"Aku hamil."
Savanna yang mendengar sahabatnya hamil pun terkejut, dia menatap sahabatnya dengan tatapan tak percaya.
"Dengan Darren , maaf Savanna."
"Nadia, kalian ...." Savanna membekap mulutnya sendiri, rasanya dunianya runtuh saat itu juga. Dimana Darren merupakan kekasihnya sekaligus calon suaminya telah menghamili sahabatnya.
***
"Pergi, nikahi dia. Anggap saja kita gak pernah kenal, aku ... anggap aku gak pernah ada di hidup kalian."
Sejak saat itu, Savanna memilih pergi keluar kota. Hingga, 6 tahun kemudian Savanna kembali lagi ke kota kelahirannya dan dia bertemu dengan seorang bocah yang duduk di pinggir jalan sedang menangis sambil mengoceh.
"Daddy lupa maca cama dedek hiks ... dedek di tindal, nda betul itu hiks ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Video Nadia
Savanna memiringkan ponselnya, dia memperhatikan video yang berdurasi 60 menit itu. Netranya berkaca-kaca, saat melihat Nadia yang duduk di sebuah kursi sambil memandang ke arah kamera.
"Nadia." Lirih Savanna membekap mulutnya.
"Hai, siapapun kalian yang melihat ini. Tapi, aku berharap memori ini sampai padamu Savanna. Terkhusus untukmu, maafkan aku. Maaf jika aku menikungmu, bukan maksudku ingin menghancurkan persahabatan kita."
"Darren memang datang ke kamar hotelku, dia mengira aku adalah kamu. Dia menyentuh ku, tapi bodohnya aku mengikuti bisikan jahat itu. Aku menerima semua perlakuan Darren dengan sadar tanpa paksaan. Munafik bukan? aku benar-benar jahat padamu Savanna, maafkan aku. Aku ... telah lama mencintai Darren dan saat kami bersama saat itu aku sudah kehilangan akal sehatku. Aku menerima perlakuan nya, aku tak memikirkan perasaanmu. Yang aku pikirkan, hanyalah aku mencintai Darren."
Savanna menangis dalam diam, dia men-stop video itu. Tangisannya semakin keras, dia menutup wajahnya yang kini banjir air mata.
Sekolah sudah sepi, tinggallah Savanna di dalam kelas menangis dalam sepi. Wanita itu tidak tahu menahu tentang perasaan Nadia pada Darren.
Setelah sedikit tenang, Savanna kembali marih ponselnya dan melanjutkan video tersebut.
"Maaf Savanna, mungkin ... mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi. Aku minta maaf sebesar-besarnya padamu. Maafkan aku Sava."
"Ada satu hal yang kamu harus tahu, Darren sangat mencintaimu. Setelah kami menikah, dia tak berhenti mengucap namamu. Savanna yang terbaik, hanya Savanna wanita di hatiku, kamu tidak akan bisa menjadi seperti Savanna dan banyak lagi."
"Lelah, tentu saja. Ingin rasanya aku marah padamu, tapi aku sadar. Kesalahan ini aku yang menginginkannya."
"Sava, bukan masalah ini yang terpentingnya. Aku menyimpan satu rahasia, rahasia yang bisa merusak keluarga Atmajaya."
Savanna menghapus air matanya, netranya menatap lekat ponselnya dengan kening mengerut. Tampak Nadia mengambil sebuah map dari belakang tubuhnya, dia menunjukkan map itu di depan kamera.
"Mas Darren, bukan ...,"
Brak!!
Savanna melihat kamera tersebut jatuh, setelahnya dia hanya melihat ke empat pasang kaki yang datang mendekati kaki Nadia. Suara teriakan Nadia membuat kedua suara lain tak terdengar.
"Tidak! tidak!"
"BERIKAN! LANCANG KAMU! KAMU TIDAK BERHAK TAHU TENTANG INI NADIA!!"
Savanna tidak tahu suara siapa itu, yang dia hanya tahu kedua orang yang baru datang tersebut adalah perempuan. Nafasnya kiat tercekat, saat mendengar gumaman seseorang.
"HUMMP!! HUMMPP!!"
Brak!!
Kedua orang tadi sepertinya sudah keluar dari kamar, hanya terdengar isakan tangis Nadia yang terdengar semakin keras.
Savanna menggigit jarinya, dia seperti sedang menonton film horor. Keringat dingin telah membasahi tubuhnya, dia kini tak fokus lagi dengan yang lain.
Tak lama, kedua wanita itu keluar. Tampak Nadia berusaha berjalan menggapai kameranya yang terjatuh.
"Koperku ... koperku." Suara Nadia terdengar sangat lirih menahan tangis.
Dan rekaman itu pun mati, membuat Savanna terdiam seribu bahasa.
Savanna mulai menduga-duga, jika memori itu milik Nadia. Kedua wanita yang datang, pasti datang kembali sehingga Nadia melempar kartu memori itu ke kolong tempat tidur karena takut dua wanita tadi menemukannya.
Tangan Savanna bergetar hebat, wajahnya kian pucat pasi. Masih teringat jelas bagaimana wajah pucat Nadia menatap kamera ponsel dengan wajah pucat serta ketakutan.
"Mas Darren harus tahu, dia harus tahu." Gumam Savanna.
"Sava!"
Savanna menoleh, dirinya mendapati Reno yang berlari mendekat padanya dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Aku menunggumu di depan, karena kamu tidak keluar juga aku pikir kamu kenapa-kenapa," ujar Reno dengan nafas tersenggal-senggal.
Savanna menatap Reno dengan air mata yang membasahi pipinya. Melihat itu pun Reno menjadi khawatir, netranya melihat arah tunjuk tangan Savanna.
Peka, Reno pun mengambil ponsel Savanna dan memeriksa video yang baru saja Savanna lihat. Betapa terkejutnya Reno setelah melihat video Nadia, pantas saja Savanna menjadi pucat seperti ini.
"Bagaimana ini Ren, bagaimana ini? si kembar tidak salah apapun, bagaimana kalau mereka ... mereka hiks ...,"
"Syutt, jangan berpikiran seperti itu. Semuanya akan baik-baik saja," ujar Reno.
Reno memeluk kepala Savanna, dia merasakan Savanna yang bergetar ketakutan. Tanpa mereka sadari, Darren baru saja menghentikan langkahnya saat melihat Reno yang memeluk Savanna.
"Ekhem!"
Reno melepas pelukannya, dia berbalik dan terkejut saat melihat Darren yang memergoki mereka berdua. Begitu pun dengan Savanna, dia berusaha menetralkan ekspresinya kembali.
"Maaf, buku Gabriel ketinggalan. Dia memaksa agar aku mengambilnya, takut hilang katanya." Ujar Darren di sertai kecanggungan.
"Ya, ambil saja kak." Ujar Savanna sambil membuang wajahnya takut Darren melihat mata sembabnya.
Darren menundukkan kepalanya, dia berjalan cepat ke arah meja putranya dan mengambil buku Gabriel yang berada di bawah meja.
Setelah dapat, Darren pun langsung memutuskan keluar. Namun, dirinya berhenti sejenak di ambang pintu untuk menolehkan kepalanya.
Dia melihat Reno yang membantu Savanna membereskan barang, keduanya saling melempar senyum yang mana membuat hati Darren sakit di buatnya.
"Cukup Darren, jangan berharap lagi." Batin Darren sebelum dirinya melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan sekolah.
***
Orang tua Darren datang bersama dengan Xander, ayah dari Nadira. Tentu saja Nadira ikut bersamanya, Darren sedari mereka masuk dia merasakan firasat yang buruk.
"Darren jadi begini, mommy dan tuan Xander berniat ingin menjodohkanmu dengan Nadira,"
Darren terbelalak kaget, berbeda dengan Nadira yang tersenyum manis. Wanita itu berhasil membujuk ayahnya agar di jodohkan dengan Darren. Berbagai cara Nadira lakukan, demu menjadi istri Darren.
"Dad, mom. Darren udah bilang kan, kalau Darren gak mau di jodohin!" Sentak Darren dengan wajah kesal.
"Mommy tahu, tapi si kembar butuh ibu. Apa kamu tidak memikirkan perasaan mereka?"
Recky menatap putranya, setelah sang istri memaksanya. Recky tak bisa berdebat lagi, dia paham bagaimana sifat istrinya yang keras kepala itu. Recky pun tak menghalangi Delia, sebab dirinya tahu jika Darren akan menolaknya.
"Sudahlah Delia, mas bilang kan tadi. Jika Darren tidak mau, maka kamu berjanji tidak akan memaksanya bukan? tepati janjimu!" Tegas Recky.
"Biarkan anaknya memikirkan dulu, ini kesempatan emas." Bisik Delia.
Recky menghela nafas kasar, keluarga Atmajaya dan Sanjaya jika di gabungkan maka akan membuat keuntungan yang sangat besar. Terlebih, Sanjaya yang memiliki kendali penuh terhadap 50% saham di perusahaan Atmajaya.
"Darren, aku memang tak sebaik Nadia. Tapi, aku bisa menggantikannya untuk si kembar. Mereka masih kecil, butuh sosok ibu yang akan menyayangi mereka. Aku bibinya, tentu saja kasih sayangku lebih besar untuk mereka dari kada orang asing. Tolong pikirkan lagi, setidaknya kamu mengenaliku. Jika kamu mencari yang lain, belum tentu mereka menyayangi si kembar," ujar Nadira dengan penuh kelembutan.
Darren hanya diam, pikirannya kini hanya di penuhi dengan Savanna. Bagaimana saat tadi dirinya melihat Savanna yang berpelukan bersama Reno, membuat hati Darren kembali berdenyut sakit.
Haruskah dia menerima Nadira? dirinya paham, jika si kembar pasti butuh sosok ibu yang mengasihi mereka. Darren tak bisa selalu bersama kedua buah hatinya, di sisi lain dirinya juga tak bisa lagi mengharap Savanna.
"Darren bagaimana? Kamu menerima putri saya? si kembar akan memiliki seorang ibu, Nadira tante mereka. Pasti mereka akan lebih cepat akrab," ujar Xander saat melihat raut wajah Darren yang terlihat murung.
Darren mengepalkan tangannya erat, dia harus memutuskan hal yang dia benci. Tapi, bukan hanya dirinya saja yang ia pikirkan saat ini. Semua yang ia putuskan, akan berdampak pada kedua buah hatinya.
"Apakah saat nya, labuhan hatiku berakhir?"
____
Cuman mau ingetin aja yah, adegan ini hanya fiktif. gak boleh pelukan dengan yang bukan mahrom. Jadi, ini hanya fiktif aja yah🤗🤗🤗
Takut oada salah tangkap nanti🤭🤭🤭