Cerita ini merupakan penggabungan dua novel othor yang ketiga dan ke empat. Cinta dalam nestapa dan janda kembang. Mana yang belum tau silahkan mampir!
Ziara Puteri Hariawan
Gadis cantik mirip sang Ummi yang berdarah keturunan Aceh asli seolah dirinya selalu dipermainkan oleh Takdir.
Bagaimana tidak, setiap laki-laki yang berniat ingin menikahinya pasti berulah disaat mereka akan melangsungkan pernikahannya.
Ziara sering ditinggal begitu saja tanpa ada kabar ketupusan apapun dari pemuda itu hingga ia harus menahan kecewa berulang kali.
Hingga pada akhirnya Ziara pasrah akan keputusan sang Nenek yang menjodohkannya dengan salah satu kenalannya.
Zidan Putera Ar Reza
Kehidupannya pun sama seperti Ziara selalu di permainksn oleh Takdir. Akankah mereka sanggup bertahan dalam ikatan takdir yang membelenggu mereka menjadi sepasang suami istri?
Ataukah keduanya memilih mundur?
Inilah Kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita sederhana tapi elegan
Melihat Zee berlalu, Zidan mengikutinya dari belakang. Kedua masuk ke kamar mandi dengan Zidan mengikutinya.
Zee tidak sadar jika Zidan mengikutinya dan saat ini berdiri di belakangnya. Zee di keranjang kotor dengan segera membuka tas milik Zidan yang bersikan pakaian kotornya selama dirumah sakit.
Zee mengambil sebuah remote dan menekannya. Terdengar seperti suara pintu terbuka. Dinding dihadapan Zee dan Zidan saat ini terbuka dan menunjukkan balkon khusus untuk menjemur pakaian dan juga sebuah pondok yang terbuat dari papan dan juga beratapkan rumbia.
Di setiap gantungan atap itu bertuliskan Al Asma'ul Husna dalam bahasa arab. Huruf arab itu berjumlah 99. Sesuai dengan Asma'ul Husna itu sendiri.
Zee berjalan kesana dan mulai menjemur pakaiannya yang sudah ia cuci kemarin saat pulang tetapi tidak ia jemur karena sedang hujan.
Jadi terpaksa ia letakkan di dalam pengering mesin cuci yang tereletak diluar balkon kamar mandi miliknya.
Zidan menganga melihat kamar mandi Zee yang sangat ajaib. Bagaimana tidak ajaib jika terlihat jelas bagaimana bisa kamar mandi bisa ada balkon dan juga sebuah pondok.
Belum lagi banyak bunga bertumbuhan disana berbagai warna. Salah satunya bunga mawar merah jambu yang tumbuh begitu subur dan begitu banyak bunga nya yang bermekaran di setiap tangkainya.
Tanpa sadar, Zidan melangkahkan kakinya menuju pondok milik Zee. Sedang Zee saat masih sibuk menjemur cucian nya.
Ia menjemur pakaiannya tanpa sadar jika Zidan sudah berdiri tepat di belakangnya saat ini hanya berjarak satu jengkal saja.
Zidan melihat sekitar. Ia menarik senyum tipis karena menyadari arah balkon Zee yang ternyata mengarah perkebunan milik keluarga nya sendiri. Kebun yang begitu banyak di tumbuhi dengan sayur serta buah-buhan yang hampir matang.
"Masyaallah cantiknya..."
Deg!
Zee terjingkat kaget saat mendengar suara Zidan kini ada di belakangnya. Reflek saja tubuh itu berbalik dan menubruk tubuh Zidan.
Zee melotot saat tangan Zidan menyentuh pinggang dan juga dapur miliknya. Zidan tersenyum nakal dengan memainkan alisnya naik turun menggoda Zee.
"Wooaahh.. Istri Abang ini montok juga ya? Sangat terasa dari dapur nya yang lumayan padat dan berisi." Ucap Zidan nakal yang membuat pipi Zee seketika merah merona.
Zidan tergelak keras saat melihat wajah merona Zee. Ia yang malu langsung memeluk tubuh hangat sang suami yang sudah tiga malam ini ia peluk saat tidur bersama dirumah sakit.
Suara tertawa keras Zidan hingga terdengar ke bawah sana dimana keluarga sedang berkumpul di taman belakang rumah Zee.
Taman yang merupakan kebun Ummi Ira dan Abi Raga. Kedua orang itu menurun sifat dari Mak dan Ummi nya yang saat ini sedang berada di Singapura dan juga di Aceh.
Setelah puas melihat Zee merona malu, kini Zidan mngangkat wajah Zee untuk melihatnya. Di tatap lama-lama wajah Zee yang membuat sesuatu di dalam dirinya menginginkan hal lain.
Zidan mengecup kening Zee saat merasakan hawa panas menerpa tubuhnya. Dan memeluknya kembali.
"Abang sangat beruntung memeiliki istri sederhana tapi elegan seperti kamu, sayang. Abang menyukai kesederhanaan. Sedari dulu memang yang seperti inilah yang Abang cari. Dan Alhamdulillahnya Abang sudah mendapatkannya. Ikatan takdir kita berdua begitu indah ya sayang?" Zee mengangguk, "Dulu kita sering bersama saat kamu berumur lima tahun. Kamu sering mengejar Abang aja hingga menangis jika Abang tidak mau menggendong mu." Ucap Zidan mengingatkan tentang masa dulu bersama Zee masih berusia lima tahun.
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِى خَيْرٍ
“Semoga Allah memberkahimu ketika bahagia dan ketika susah dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” (HR. Abu Daud, no. 2130; Tirmidzi, no. 1091. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).