Di hari pertama masuk kerja di sebuah perusahaan besar tanpa sengaja di tengah jalan menuju perusahaan Safira menabrak sebuah mobil mewah. Karena terburu-buru Safira hanya bisa meminta maaf dan memberikan nomor ponselnya agar dia bisa ganti rugi.
Dan ketika Safira tiba di rumah pria tampan pemilik mobil itu, Safira tidak mampu membayar biaya perbaikan mobil yang terbilang sangat mahal baginya.
"Kebetulan saat ini saya sedang kekurangan pembantu. Jika kamu mau saya bisa membayarmu 10 juta perbulan."
Tawaran seperti itu, bisakah Safira menolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Mexico
Sisi lain.
Di dalam sebuah ruangan kecil dan remang-remang terdapat lima orang wanita dengan tampang putus asa di wajah mereka, ada yang terisak pelan, dan hanya satu orang yang bersandar di dinding dengan mata yang terpejam.
Wanita itu tidak lain adalah Safira yang telah di cari Amar dengan cemas. Dia sepertinya masih pingsan saat ini di pengaruhi oleh obat bius.
Beberapa saat kemudian, Safira lalu membuka matanya dan menatap sekeliling dengan bingung. “Di mana ini?” gumamnya.
Safira menatap ruang yang gelap itu dan merasa sedikit takut. Dia mengamati ruangan itu dan ternyata bukan hanya dia yang ada di sana melainkan masih ada wanita asing lain bersamanya.
“Who are you? Why can I be here? (Siapa kalian? Kenapa aku bisa ada di sini?)” tanya Safira waspada melihat para wanita di ruangan itu.
Safira merasa sedikit takut dan khawatir berada tempat aneh seperti ini. Dia ingat sepertinya ada orang yang membekap nya dari belakang saat dia meninggalkan toilet.
Dia mengamati sekeliling ruangan yang agak gelap dan keempat wanita yang ada di dalam ruangan itu bersamanya mencoba mencari tahu di mana ini. Dan kenapa dia bisa ada di sini? Bagaimana dengan Amar? Amar pasti mencarinya.
“You don’t know why you’re brought here? (Kamu tidak tahu kenapa kamu di bawa ke sini?)” wanita berambut pirang sebahu yang tadi terisak mengangkat kepalanya melirik Safira.
Safira menggeleng, dia benar-benar tidak tahu. Apa dia telah di culik? Safira langsung gugup memikirkan hal ini.
”This place is in the dark market area. I heard them before. They will sell us as a item at a auction (Tempat ini berada di daerah pasar gelap. Aku mendengar mereka tadi. Mereka akan menjual kita sebagai barang di sebuah pelelangan),“ jelas wanita itu merasa putus asa.
Orang-orang itu adalah pedagang manusia, mereka hanya bisa pasrah menghadapi nasib mereka yang tidak beruntung. Karena tidak akan ada yang akan menyelamatkan mereka. Mau tidak mau mereka akan dijual seperti barang dan menjadi mainan pembeli.
Safira merasa panik setelah mendengar penjelasan wanita itu. Pantas saja tidak ada cahaya di mata mereka. Siapa yang tidak akan takut dan putus asa jika tahu dirinya akan dijual?
Safira mencoba tetap tenang dan tidak panik. Dia berdiri dan berjalan ke arah pintu. ”Then we have to get out of here as soon as possible. We can’t let them succeed (Kalau begitu kita harus keluar dari sini secepat mungkin. Kita tidak bisa membiarkan mereka berhasil),“ ujar Safira mencoba menyemangati.
Dia tidak bisa hanya diam saja dan menunggu para penculik itu menjual mereka.
Safira mencoba membuka pintu, tapi tidak berhasil, pintunya terkunci. Dia pun mulai mengetuk pintu dan berteriak. “Hey! Open the door! (Hei! Buka pintunya!)”
“There’s no point in shouting like that. They will not open the door for you (Tidak ada gunanya kamu berteriak seperti itu. Mereka tidak akan membukakan pintu untukmu),” kata wanita berambut pirang.
“I’ve tried it (Aku sudah pernah mencobanya),” tambahnya.
“I will not give up. I will try to find another way to get out of here (Aku tidak akan menyerah. Aku akan mencoba mencari cara lain untuk keluar dari sini),” tekad Safira.
”Usually trying to escape. They will still be able to catch you and bring you back. I’ve tried to blur before and they tortured me when they managed to catch me
(Percuma mencoba melarikan diri. Mereka akan tetap bisa menangkap kamu dan membawa kamu kembali. Aku sudah mencoba untuk kabur sebelumnya dan mereka menyiksaku saat mereka berhasil menangkapku),“ cemooh salah satu wanita yang memiliki luka di pipinya.
Perkataan wanita itu membuat Safira berhenti mencoba berteriak dan memukul pintu lagi. Dia tidak bisa seperti ini terus, dia harus tetap mencoba untuk kabur dari tempat ini. Dia tidak ingin dijual seperti kata wanita itu, dia harus tenang dulu.
Safira hanya bisa kembali duduk dan memikirkan cara lain untuk keluar dari tempat ini. Amar pasti akan khawatir dia tidak kembali. Apa Amar akan mencarinya? Bisakah dia menemukannya di sini?
‘Krack’ suara kunci terbuka terdengar.
Pintu ruangan terbuka dan seorang pria asing berkulit gelap masuk sambil membawa kantong di tangannya.
”It’s food for you today (Ini makanan untuk kalian hari ini)!“ teriak pria itu melemparkan kantong plastik berisi makanan di tangannya ke depan para tahanan.
Safira melihat keempat wanita itu langsung berebut mengambil makanan dan botol air di lantai dan mulai makan dengan cepat. Safira hanya diam, bingung melihat tingkah mereka yang seperti orang yang kelaparan.
Pria itu mendengus, lalu ke luar dan mengunci pintu kembali.
”Take it. They will only give us food once a day. If you don’t eat, you will starve (Ambillah. Mereka hanya akan memberi kita makanan sekali sehari. Jika kamu tidak makan, kamu akan kelaparan),“ kata wanita yang berbicara dengan Safira tadi sambil meletakkan sebungkus makanan dan sebotol air di depan Safira.
”Thank you (Terima kasih),“ balas Safira mengambil makanan dan air di lantai. Lagi pula dia juga merasa lapar. Berapa lama sebenarnya dia telah menghilang?
Dia membuka bungkusan dan melihat dua potong roti yang terlihat kasar di dalamnya tanpa tambahan apapun. Mengambil salah satu roti dan mencoba menggigitnya, agak keras dan kering, juga hambar.
Safira harus berusaha keras untuk menelan sepotong roti di mulutnya. Dia merasa roti itu tersangkut di tenggorokannya, dia harus minum air barulah roti itu bisa turun.
Sementara itu, Amar sekarang sedang berkendara menuju bandara. Tiba di bandara sudah ada Ferry yang menunggunya di depan pintu masuk. Amar segera keluar dari mobil dan mengeluarkan kopernya dari bagasi, lalu berjalan menuju Ferry.
“What did you bring? (Apa yang kamu bawa?)” tanya Ferry melihat koper besar yang di bawa oleh Amar. Ferry hanya membawa sebuah tas kecil yang berisi pakaiannya.
“Don’t ask. Let’s enter! Jangan tanya. Ayo masuk!” ujar Amar.
“Okey.” Ferry berjalan mengikuti Amar masuk ke dalam.
“I’ve contacted the police there. They said they had investigated the problem of the smuggling like that, but they never managed to catch it. They also send some material to me that might be useful for us to find your wife. I’ve sent the material to your email. And they are ready to help us if necessary
(Aku sudah menghubungi kepolisian di sana. Mereka berkata telah menyelidiki masalah penyeludup seperti itu, tapi mereka tidak pernah berhasil menangkapnya. Mereka juga mengirimkan beberapa materi kepadaku yang mungkin akan berguna untuk kita menemukan istrimu. Aku sudah mengirimkan materinya ke emailmu. Dan mereka siap membantu kita jika perlu),” kata Ferry serius.
°°°°°
kasian itu
♥️♥️♥️♥️
Suka banget cerita kayak gini, tentang CEO konglomerat yang baik hati dan nggak angkuh.
ayo ajukan kontrak...
agar mkn bnyak pembaca..