Gimana jadinya jika Putri bangsawan kelas atas jatuh cinta pada Kesatria yang ternyata merupakan keturunan iblis.
Awalnya sang putri hanya ingin berteman dan bermain bersama. Namun disaat sedang bermain, mereka berdua diserang iblis jahat. Mereka berdua dalam bahaya, sang putri tak bisa berbuat apa apa. Untung saja si mc keturunan iblis, jadi dia bisa melindungi sang putri.
Mulai saat itu sang putri berjanji untuk membalas budi pada sang mc, bahkan berjanji untuk menjadikannya suami.
Karya ini hanya karangan belaka, segala sesuatu yang mirip hanyalah kebetula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zeyynmaloth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Komplikasi
Pagi yang cerah menyambut perjalanan Zeyynmaloth. Diatas perahu yang terus berlayar menyebrangi sungai tampak beberapa burung bernyanyi. Suasana begitu damai tetapi tidak dengan hati William.
Di negeri yang tandus, tepatnya di kota Chalinggo. Seorang Sherif penembak jitu meminta bantuan Queen Mary of Tudor untuk mengirimkan pasukan Zeyynmaloth. Pasukan Zeyynmaloth diminta agar membantu menangkap pencuri kelas kakap yang biasa mencuri barang langka, pencuri ini tak pernah tertangkap dan sangat berpengalaman.
William hanya duduk di tepi perahu, terpuruk dalam lamunan, terus saja menatap wajahnya di pantulan air dengan muka sedih. "Biarpun semesta mengatakan dialah yang terbaik untukku, berharap bisa bersama untuk selamanya adalah hal yang mustahil."
Kemarin malam adalah momen indah bagi William, disana dia bisa mengobrol banyak hal dengan Princess Guinevere. Disaat yang lain asyik merayakan pesta pernikahan Prince Henry, diam diam William dan Guinevere menyelinap keluar lalu mereka mengobrol di taman dengan pencahayaan yang redup.
King Edward berniat untuk memasangkan putrinya dengan Prince Sebastian of Wales, pangeran kaya raya yang sangat pandai dalam menggunakan sihir. King Edward berfikir untuk menjodohkan putrinya dengan Prince Sebastian di masa depan nanti, tepatnya setelah putri Guinevere lulus dari akademi. Maka dari itu disaat acara dansa, King Edward terus saja mencari putrinya, sampailah dia di luar istana mendapati putrinya sedang berduaan.
Melihat putrinya yang sangat ia sayangi berdua dengan lelaki yang kelas sosialnya lebih rendah membuat king Edward marah. Seketika ia menyuruh William Marshal untuk tidak mendekati putrinya lagi. "Kehormatan mu cukup sampai dibuatkan patung, bukan mendekati apalagi menikahi putri ku."
Keduanya langsung merasa patah hati. Tangan Princess Guinevere digenggam erat oleh sang raja lalu membawanya masuk ke dalam Istana. "Baiklah... Kita sudahi cerita Romeo dan Juliet ini. Ada Prince Sebastian yang menunggu mu nak." Ucap King Edward dengan nada tinggi.
"Apa? Ayah ingin menjodohkan ku dengan Prince Sebastian?"
"Tentu saja, hanya putri dengan selera rendahan saja yang tak suka Prince Sebastian."
"Ayahanda, aku tak sembarang memilih cowok. Jadi stop mengatur atur ku!"
"Terus menuruti kemauan mu sendiri hanya akan menjatuhkan kejayaan kerajaan kita."
"Yahh... Suka suka ayahanda deh... Yang jelas aku bakal nolak jika harus menikah dengannya." Pembicaraan panas ini terjadi dengan kondisi tangan yang terus digenggam. Princess Guinevere tampak seperti kambing yang diikat oleh majikan lalu dibawanya sesuka hati.
Princess Guinevere untuk saat ini hanya mengalah saja, dia takut diapa apain oleh ayahnya itu. Biar bagaimana hatinya tak mahu untuk dibuka bila dengan yang lain. Saat berdansa pun, Princess Guinevere tak memasang wajah senang sama sekali. Malahan dia berbisik bila ada kesempatan. "Kalau nanti di masa depan kita dijodohkan, jangan mau ya! Aku mohon padamu." Ucap Guinevere dengan nada lembut. Pangeran dari House of Wales satu ini terus saja bertanya tanya, kenapa? Namun Princess Guinevere tak menjawab sepatah kata pun.
Kebahagiaan memang didapat saat pesta kemarin, namun kesedihan juga terus menyelimuti hati William. Kini dia terjatuh pada lamunannya tanpa bisa bercerita pada siapapun. Melihat sahabatnya terus saja melamun, Dante pun bertanya. "Apa yang sedang kau pikirkan kawan?" Tangannya bergerak merangkul William.
"Aku hanya... Eehhh..."
"Kau ini ya... Kenapa kau selalu tak mau jujur pada sahabat mu ini?"
"Aku tak kenapa napa."
"Kau ini malah selalu saja memendam semuanya sendiri tanpa cerita." Wajah Dante terpancar perkataan dia gagal menjadi sahabat. "Aku yang salah. Tak seharusnya aku sedih saat menjalankan misi." William kini memaksa wajahnya untuk mengusir kesedihan.
Bertahun tahun bekerja sama dengan William, kini Dante dapat menarik sebuah kesimpulan dimana William memang lah pria yang tak suka bercerita.
"Wahh... Aku tak sabar menantikan momen dimana aku menginjak gurun pasir." Ucap Westia kegirangan.
"Kita semua memang belum pernah pergi ke gurun pasir. Aku harap misi kali ini bisa selesai dengan cepat." Balas Wesker, tangannya menyilang di dada.
Pagi itu, murid murid berada di kelas sedang belajar. Tampak guru terus saja menerangkan materi di depan. Walau begitu, fokus dan pikiran Guinevere tertuju pada momen kemarin malam. Dia flashback pada saat selesai berdansa dengan Sebastian.
"Kau kelihatan sangat tidak menikmati dansanya. Awas saja kalau kau menutup hati serapat rapatnya pada Prince Sebastian." Perkataannya sangat mengancam. "Ayah, Aku tak suka diatur atur dalam masalah perjodohan ku seperti ini." Bela Guinevere.
"Kau itu seorang putri, kau tak punya kehendak bebas dalam menentukan pasangan mu." Mata King Edward menusuk tajam.
"Ayah hanya belum mengerti... " "Kau yang tak mengerti wahai putriku. Aku harap dalam waktu 1 tahun lagi kau bisa merubah pikiran rendahan mu itu." Belum sempat Guinevere menyelesaikan ucapannya, tiba tiba saja dipotong lalu King Edward pergi begitu saja.
"Ppshh..."
"Ppshh..."
"Ppsshhh..."
"Guinyy..." Bisik Henny, teman yang ada disamping kirinya.
"Ehh... Apa?" Tanya Guinevere baru connect dengan panggilan Henny. "Kau ini kenapa malah bengong? Fokus lahh... Kau bisa saja tak paham materi ini." Balas Henny. Kemudian Guinevere pun hanya mengangguk.
Tak lama, jam istirahat pun tiba. Semua berbondong bondong ke kantin, namun tidak dengan Princess Guinevere dan teman temannya. Mereka malah pergi ke kamar Guinevere lalu mengunci pintu.
"Girls... Ada beberapa hal yang ingin aku ceritakan pada kalian."
Setelah perjalanan panjang naik perahu, mereka harus naik kereta api untuk sampai ke Chalinggo City. Betapa bedanya pengalaman yang dirasa Zeyynmaloth. Mereka melihat lihat sekitar lewat jendela kereta, banyak pohon kaktus tumbuh disana.
"Orang orang disini tapak beda ya?" Tanya Dante, posisinya sangat santai di tempat duduk.
"Apa maksud mu?" William sebenarnya paham maksud Dante, namun hanya memastikan saja.
"Ehh... Bisa dibilang sih orang orang disini."
"Aku mendengar nada ejekan mu Dante."
"Ya bukan begitu, hehe."
"Aku tak punya waktu untuk obrolan seperti ini."
Setelah perjalanan di kereta, mereka akhirnya benar benar sampai di Chalinggo City. Tepat di hadapan mereka ada Sherif yang berdiri tegak dengan menggenggam pistol di tangannya. Sherif itu berdiri dengan gagahnya. "Halo pasukan Zeyynmaloth, perkenalkan aku Cody."