Kedatangan teman lama yang tiba-tiba membuat Aruna sangat terkejut. Rasa iba Aruna terhadap teman lama nya membuka kesempatan hubungan antara suami dan teman lamanya.
Bagaimana kah kisah antara Aruna, suami, dan teman lamanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karena Hujan Deras
Mobil Haikal memasuki halaman rumah Aruna. Suasana masih hujan deras.
"Jangan dulu turun, Aruna. Di luar masih hujan. Aku dulu saja yang turun, biar baju kamu gak basah kuyup."
Haikal mencegah Aruna yang hendak membuka pintu mobil untuk keluar. Pria itu mengambil payung persediaan nya, lalu keluar lebih dulu. Barulah membuka pintu samping yang terdapat Aruna.
"Ayo, Aruna!" ajak pria itu.
Aruna mengangguk. "Iya."
Aruna pun turun dari mobil, mereka berada di bawah payung yang sama. Aruna sedikit terkejut ketika tiba-tiba Haikal merengkuh bahunya.
"Maaf ya, payung nya kecil. Aku takut kamu terkena air hujan," ucap Haikal seakan mengerti apa yang di dalam pikiran Aruna sekarang.
"Iya," jawab Aruna kemudian.
Haikal membawa Aruna sampai teras rumah tersebut.
"Terima kasih sudah mengantarku, Haikal."
"Sama-sama, Aruna."
"Mau mampir dulu? Aku buatkan kopi, sebagai rasa terima kasih ku padamu."
"Lain kali saja, Aruna. Terima kasih atas tawaran nya."
"Oh, ok. Sekali lagi terima kasih, Haikal."
"Iya. Aku pergi, ya."
"Hati-hati."
Haikal berlalu dari hadapan Aruna untuk kembali ke mobil. Sementara Aruna mematung di sana sampai mobil Haikal benar-benar pergi. Pria itu membunyikan klakson, lalu di balas lambaian tangan oleh Aruna.
"Untung saja ada Haikal. Kalau tidak, mungkin aku masih sibuk memilih menunggu hujan reda atau terpaksa naik taksi online dengan ongkos lima kali lipat dari biasanya."
Aruna menghela napas.
"Ah ya, aku harus segera jemput Elona di rumah ibu Zahrana," ujar nya kemudian.
Aruna masuk ke dalam rumah guna mengambil payung.
Di tempat lain, seorang wanita tengah berteduh di halte bus. Dia tampak kedinginan, dan wajahnya sedikit pucat.
"Sejak kemarin aku makan, belum mandi, dan harus tidur di depan ruko. Aku tidak jauh berbeda dengan gelandangan. Sial. Huhuhuh .. Huhuhuhuh .." Ziva menahan dingin.
Bajunya yang sangat terbuka membuat nya semakin kedinginan.
"Andai aku masih tinggal di rumah Aruna, mungkin aku tidak akan kedinginan seperti ini. Abian pasti akan memberiku kehangatan. Huhuhuh .. Huhuhuh ..."
"Abian, aku harus menemukan mu. Karena hanya kau satu-satunya orang yang saat ini bisa ku andalkan. Aku akan terus mencarimu sampai ketemu."
Saat ia merasa sedang dingin-dingin nya, sebuah mobil melintas dengan sangat kencang, yang membuat genangan air hujan menciprat ke tubuh nya.
"Aarrghh .."
Mulut Ziva terbuka lebar, ia melihat pakaian nya basah dan kotor.
"Sial," umpat nya.
Ziva bangkit berdiri dan melihat ke arah pergi nya mobil tersebut. Kedua matanya menangkap plat nomer mobil tersebut.
"Hei .. Berhentiiii ... Kau harus ganti rugi ... "
Sekeras apapun berteriak, rasanya percuma. Selain suara hujan deras yang mendominasi, mobil itu sudah jauh melesat.
"Malang sekali nasib ku," desis nya kesal.
Ziva kembali duduk di tempat tadi. Namun ia di kejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba ada di sana.
"Aaaaaaa ..." Ziva kembali bangun dari duduk nya begitu melihat pria dengan stelan gelandangan. Rambutnya panjang tidak pernah keramas, badan nya kotor, gigi kuning yang ompong bagian tengah depan memberi senyuman padanya.
"Hus hus ... Pergi sana! Pergi! Hus .." Ziva berusaha mengusirnya.
Alih-alih pergi, pria tersebut malah merentangkan tangan nya dan bersiap untuk memeluk Ziva.
"Aaaaaaa ..."
Ziva kabur dari sana, lari terbirit-birit, tidak perduli dengan hujan yang mengguyur deras. Pria itu justru mengejar nya.
_Bersambung_