Tiffany, tiba-tiba dijemput oleh kedua orang tua kandungnya. Berharap ini awal kebahagiaan darinya, dimana gadis miskin yang ternyata anak dari keluarga kaya.
Namun tidak, inilah awal dari neraka baginya. Meira yang selama ini tinggal bersama keluarganya, melakukan segala cara untuk menghancurkan Tiffany.
Membuatnya dibenci oleh keluarga kandungnya, dikhianati kekasihnya. Hingga pada akhirnya, mengalami kematian, penuh kekecewaan.
"Jika dapat mengulangi waktu, aku tidak akan mengharapkan cinta kalian lagi."
***
Waktu benar-benar terulang kembali pada masa dimana dirinya baru dijemput keluarga kandungnya.
Kali ini, dirinya tidak akan mengharapkan cinta lagi.
"Kalau kamu menolakku, aku akan bunuh diri." Ucap seorang pemuda, hal yang tidak terjadi sebelum waktu terulang. Ada seseorang yang mencintainya dan mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanpa Harapan
Wajahnya tersenyum membawa kue buatannya sendiri. Pucat pasi akibat kekurangan nutrisi, tubuh kurus di balik pakaiannya yang kebesaran. Hanya satu hal yang ada dalam hatinya, hidup bahagia bersama keluarga yang baru ditemuinya.
Ini adalah hari ulang tahunnya, sekaligus hari ulang tahun Meira.
Kakinya pincang, salah satu tangannya bahkan diamputasi sebulan lalu, akibat jatuh dari ketinggian. Mengapa wajahnya dapat sepucat ini?
Setahun yang lalu, ginjalnya diambil, hanya untuk didonorkan pada Meira yang sempat mengalami gagal ginjal.
Siapa sebenarnya anak kandung di tempat ini?
Acara ulang tahun kalangan atas untuk Meira. Yang begitu sempurna cantik, lembut, manja dan pintar. Terbalik dengan dirinya.
Memakai pakaian rumahan membawa kue, hanya berharap merayakan ulang tahun bersama keluarganya.
Namun, semua orang yang hadir menggunakan gaun serta pakaian resmi kalangan atas, memandang jijik pada Tiffany.
"Dia anak kandung keluarga Wiratmaja yang baru ditemukan dua tahun lalu bukan?"
"Satu tangannya hanya tangan palsu, bahkan kakinya pincang. Itu karena dia berusaha menyerang Meira Wiratmaja."
"Apa benar Tiffany anak kandung keluarga Wiratmaja. Bukankah Meira lebih pantas."
"Memalukan, menjijikkan, sangat berbeda dengan Meira."
Namun, Tiffany tetap berjalan, berusaha membawa kue dengan stabil menggunakan satu tangan palsu dan satu lagi tangannya yang dapat berfungsi normal. Berusaha menahan air matanya yang hendak mengalir.
Berharap cinta dari keluarganya. Dirinya tidak ingin mencelakai Meira, tapi Meira yang sengaja mendorongnya. Tidak ada yang percaya... karena Meira tinggal lebih lama dengan keluarga Wiratmaja dibandingkan dengan dirinya.
Tiffany ingin terus berharap. Gadis berambut panjang terurai itu tersenyum. Kala menatap ibu kandungnya yang mengenakan gaun berkelas, terlihat begitu cantik. Ayahnya menggenakan setelan jas bernilai tinggi, begitu tampan. Ditambah kakak laki-lakinya yang... begitu keren.
Tidak ada rasa benci atau iri. Dirinya hanya ingin bersama keluarganya. Berusaha menerima Meira yang membencinya.
"Tiffany, kamu seharusnya menggunakan gaun yang kakak sediakan." Meira mendekat tersenyum bagaikan malaikat, memegang jemari tangan Tiffany.
"Ga...gaun?" Tanya Tiffany, tidak mengerti.
Sedangkan raut wajah ibu, ayah dan kakaknya terlihat tidak suka menatap ke arahnya yang bagaikan sengaja menjatuhkan nama keluarga, dengan mengenakan pakaian rumahan.
"A...aku..." Kalimat Tiffany terhenti, kala Meira dengan sengaja menggerakkan tangan Tiffany yang memegang kue.
Membuat seolah-olah Tiffany mendorong Meira, kemudian sengaja menjatuhkan kue ke gaun Meira.
"Tiffany, ini hari ulang tahunku..." Meira menitikan air matanya, terjatuh di atas lantai. Dengan gaun yang kotor. Bagaikan menyembunyikan kenyataan ini juga hari ulang tahun Tiffany.
"Aku tidak mendorongmu. Kamu menjatuhkan---" Kalimat Tiffany disela.
"Anak sial! Kamu cuma mempermalukan namaku!" Yahya Wiratmaja melangkah mendekati putri kandungnya. Mencengkeram pipinya erat."18 tahun kamu hidup di panti asuhan. Ketika pulang malah menjadi liar dan berusaha mencelakai kakakmu! Anak tidak ada etika!"
"Ayah...aku... sakit." Pekiknya, namun Yahya Wiratmaja mendorongnya hingga tersungkur cukup keras di lantai. Rasa sakit akibat operasi setahun lalu masih terasa. Menahan segalanya dalam diam, hanya berharap untuk dicintai.
"Aku menyesal melahirkanmu! Meira, walaupun dia tertukar denganmu dulu, walaupun dia bukan anak kandungku. Tapi dia lebih bisa menghargai orang tuanya. Kamu hanya anak liar tidak berguna! Seharusnya aku tidak membawamu kembali dari panti asuhan!" Sang ibu (Savira Wiratmaja) memaki putrinya.
Tidakkah ada sedikit saja, rasa kasih dan percaya dari ibunya? Berusaha mendengarkan penjelasannya sedikit saja.
"Aku tidak mendorong Meira. Dia jatuh sendiri." Tiffany masih berusaha menjelaskan.
"Br*ngsek!" Sang kakak, Roy Wiratmaja mencengkeram pergelangan tangan adik kandungnya. Menyeretnya paksa untuk keluar dari rumah.
"Dia anak kandung? Apa gunanya hubungan darah. Jika anak kandung adalah orang tidak berguna."
"Benar-benar mengesankan. Anak kandung tapi seperti pengemis liar. Berbeda dengan Meira yang bahkan menjadi selebriti terkenal."
"Benar-benar anak pembawa sial!"
Beberapa hujatan didengarkan samar olehnya. Mereka tetaplah keluarganya, bahkan ginjal telah diberikannya pada Meira. Hanya berharap ayah, ibu dan kakak kandungnya tidak membencinya. Apa hubungan darah sedangkal itu.
Brak!
Dirinya didorong di depan rumah oleh Roy Wiratmaja. Menatap dingin pada adiknya."Aku bahkan jijik melihat seorang adik yang berhubungan dengan pelayan. Kamu bukan adikku lagi."
"Kakak..." Lirihnya, berusaha memegang jemari tangan kakaknya.
Tapi jemari tangannya dihempaskan. Sang kakak berjalan hendak kembali pergi ke ruang pesta.
Namun, Meira tiba-tiba keluar bersama ibu dan ayah mereka. Mendekati Tiffany, kemudian kembali menariknya untuk masuk ke dalam rumah.
"Ini hanya salah paham. Ayo kita masuk ke dalam." Ucap Meira.
"Meira! Kamu terlalu baik, jangan---" Kalimat sang ibu terhenti.
Kala Tiffany menghempaskan tangan Meira. Tidak ingin kembali ke rumah yang tidak mencintainya lagi. Meira berpura-pura jatuh terhuyung, membenturkan dirinya dengan sengaja. Berpura-pura tidak sadarkan diri.
"Meira!" Savira Wiratmaja terlihat panik, mendekati putri angkatnya.
"Kamu! Kamu bukan putriku lagi! Aku menyesal memiliki anak sepertimu." Yahya Wiratmaja, menarik rambut Tiffany, menyeretnya keluar gerbang.
"Ayah, ibu sakit...aku tidak mendorongnya keras." Lirih Tiffany menangis.
"Kamu bukan anakku lagi." Teriakan sang ibu membuat harapan putrinya pupus.
Benar-benar tidak ada cinta untuknya dari awal. Semuanya untuk Meira, orang yang menggantikannya hidup bahagia selama 18 tahun. Bahkan kala dirinya ditemukan tetap tidak ada cinta.
Dirinya dijatuhkan di atas aspal. Benar-benar terasa panas, ada luka lecet di tubuhnya. Seorang anak yang belum makan selama 3 hari akibat dikurung dalam gudang oleh orang tuanya.
Terakhir kali dirinya bertanya dalam senyuman pada ayahnya.
"Ayah, dari hari pertama aku sampai ke rumah, apa ayah menyimpan perasaan cinta untukku?" Tanyanya berurai air mata.
"Tidak, putriku hanya Meira." Sang ayah melangkah berbalik meninggalkannya.
Air matanya mengalir. Berusaha bangkit dengan kaki pincang dan satu tangannya hanya tangan palsu. Tubuhnya lemah akibat salah satu ginjalnya telah diambil. Diperparah karena tidak minum dengan benar 3 hari ini.
Air matanya mengalir, kehidupan di panti asuhan lebih indah. Ada Mars yang menemani, ibu panti serta anak-anak. Terkadang dirinya berfikir apa makna keluarga yang sebenarnya? Apa hanya sekedar hubungan darah?
Perutnya terasa sakit, tubuhnya lemas. Sebuah ambulance melaju melawatinya, sudah pasti ambulance yang akan menjemputmu Meira.
Selalu seperti ini bukan? Anak yang dibesarkan ibu dan ayahnya lebih dapat dipercaya.
Hingga sebuah lilin kehidupan padam. Kala hujan mulai turun, hujan di tengah cuaca panas. Seorang pria tiba-tiba menghampiri kemudian menikam perutnya menggunakan pisau.
Apa orang suruhan Meira? Bahkan dirinya tidak pantas hidup.
Karena itu.
"Aku telah membayar kehidupan yang kalian berikan. Jika ada kehidupan kedua, maka aku tidak akan mengharapkan cinta kalian lagi..." Gumamnya, dengan air mata mengalir. Matanya masih terbuka, meninggalkan dunia yang begitu menyakitkan kala menyadari kenyataan.
Tapi, hujan bagaikan naik ke permukaan, jam bergerak mundur. Segalanya kembali, dalam kegelapan tiba-tiba saja dunia terasa terang.
Napas Tiffany tidak teratur. Dirinya menatap ke arah sekitar, bukankah ini kediaman Wiratmaja? Kenapa bisa? Banyak pertanyaan dalam otaknya.
"Tiffany! Apa yang kamu lakukan?" Bentakan dari sang ibu yang menampar wajahnya cukup kencang.
"I...ibu, Tiffany pasti tidak sengaja merobek gaunku. Jangan memarahi nya..." Meira yang masih memakai seragam SMU tertunduk.
"Tanganku utuh, kakiku juga tidak pincang. Apa aku kembali ke masa lalu?" Batinnya memeriksa tubuhnya.
"A...aku kembali. Benar-benar kembali." Gumam Tiffany menitikan air matanya.
"Berlutut! Minta maaf pada Meira!" Perintah sang ibu.
Tiffany menghela napas kasar, tersenyum mengejek.
"Minta maaf!" Bentak sang ibu.
Tiffany tersenyum, menjambak, kemudian menendang Meira yang bahkan tidak memiliki hubungan darah dengannya.
"Kamu!" Bentak Silvia pada putri kandungnya.
Tiba-tiba saja Tiffany berlutut."Aku minta maaf karena sudah menendang dan menjambak Meira. Itu kesalahanku."
Tidak peduli jika dibenci oleh ibu kandungnya. Lagipula apapun yang dilakukan olehnya akan dibenci. Yang ada di otak Tiffany saat ini hanya mencari cara dikeluarkan dari kartu keluarga.
bener kata Tiara, Tiffany keren calon istri siapa dulu dong 😁
ternyata Meira blm kapok juga
si author memang psikopat, selalu buat cerita yg buat emosi Naik Turun..
aku suka Thor...
lope Lope lah pokok nya