NovelToon NovelToon
Chaotic Destiny

Chaotic Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Fantasi / Epik Petualangan / Perperangan / Light Novel
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kyukasho

Kedamaian yang seharusnya bertahan kini mulai redup. Entitas asing yang disebut Absolute Being kini menjajah bumi dan ingin menguasai nya, manusia biasa tak punya kekuatan untuk melawan. Namun terdapat manusia yang menjadi puncak yaitu High Human. High Human adalah manusia yang diberkahi oleh kekuatan konstelasi kuno dan memakai otoritas mereka untuk melawan Absolute Being. Mampukah manusia mengembalikan kedamaian? ataukah manusia dikalahkan?. Tidak ada yang tahu jawaban nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyukasho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 32: Pengkhianatan

Tiga hari telah berlalu sejak pertarungan Sho melawan Irene di padang tandus Zafrel. Reruntuhan sunyi itu kini hanya menyisakan jejak racun yang masih menempel samar di angin, dan luka yang belum sempat sembuh di dada semua yang menyaksikannya.

Sho, Aria, Yara Liora, dan Kieran dijemput oleh Griffon jinak milik kerajaan, melintasi hamparan langit keemasan menuju ibu kota Vixen. Matahari sore menyapu atap-atap menara dan jalanan yang ramai, menyambut mereka dengan hangat yang bertolak belakang dari kegelapan yang baru saja mereka hadapi. Namun, tak ada senyum di antara mereka.

Sho duduk paling depan, jubahnya koyak, dan mata merahnya tampak kosong menatap awan. Di sampingnya, Aria terus melirik khawatir. Ia telah mencoba berkali-kali berbicara, namun Sho hanya menjawab singkat atau diam.

"Apakah kau benar-benar tidak apa-apa? tidak biasanya kau diam seperti ini..." Bisik Aria lembut, salah satu tangan nya memegang pergelangan tangan Sho.

Di belakang, Yara menunduk dengan napas berat. Kieran memegang pundaknya, mencoba memberi ketenangan, meski dirinya sendiri masih bergulat dengan bayangan pertempuran itu. Sementara Liora, yang sejak awal tampak paling lemah, justru duduk paling tegak. Wajahnya muram, tapi matanya bersinar dengan tekad.

"Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Zenith... misi rahasia kita berhasil... menurut kalian apa yang akan diucapkan ayah ku nanti nya ya..." Ucap Liora tiba-tiba. Semua menoleh padanya.

Sho tidak menanggapi, tapi genggamannya di pegangan griffon mengencang.

Sesampainya Ibukota Vixen. Istana Vixen berdiri megah seperti biasa, tetapi hari itu terasa lebih sunyi. Para prajurit membuka jalan, dan tak lama mereka tiba di ruang rahasia di bawah perpustakaan kerajaan—ruang tempat Zenith menanti.

Zenith, dengan jubah hitam dan konstelasi Morrigan yang bersinar samar di matanya, berdiri di depan peta besar dunia. Ia menoleh saat kelima anak muda masuk, matanya langsung tertuju pada Sho.

"Selamat datang kembali, bagaimana dengan misi kalian? apakah kalian berhasil...." Tanya Zenith dengan datar, namun nadanya mengandung rasa lega yang nyaris tak terdengar.

Sho melangkah maju. Suaranya pelan, namun tegas, "Ya... kami berhasil, bahkan kami sudah melenyapkan ketiga entitas tersebut." Jawab Sho dengan suara bergetar.

Zenith menatap peta sejenak, lalu berbalik, matanya tajam. "Kerja bagus... jika kalian tidak menyelesaikan misi rahasia ini, bisa saja dunia akan hancur." Ucap Zenith dengan nada datar.

Sho mengepalkan tangan. Luka di tubuhnya terasa ringan dibanding beban yang mulai menggantung di pundaknya.

"Apa yang harus kami lakukan sekarang?" tanya Kieran akhirnya, memecah keheningan.

Zenith menatap mereka semua, "Kalian akan beristirahat. boleh beristirahat sekarang." Jawab Zenith pelan.

Setelah Sho, Aria, Yara, Kieran, dan Liora selesai melapor ke Zenith mengenai perkembangan misi mereka, Zenith menatap Sho dengan serius dan berkata pelan, "Sho, aku perlu berbicara denganmu secara pribadi. Ada sesuatu yang harus kau ketahui."

Dengan rasa penasaran bercampur cemas, Sho mengangguk dan mengikuti Zenith ke ruangan tertutup yang berada dibalik rak buku. Ini adalah ruangan rahasia, ruangan itu hanya dihiasi cahaya redup dari sebuah kristal ramalan di tengah meja.

Zenith berdiri di depan kristal itu, lalu menyentuhnya. Tiba-tiba, tiga jendela ramalan muncul mengambang di udara, masing-masing memperlihatkan gambaran masa depan yang berbeda.

Ramalan pertama:

Sho melihat dengan ngeri saat sosok Aria, Yara, Kieran, dan Liora berjuang melawan pasukan Absolute Being. Namun, satu per satu mereka tumbang, darah mengalir deras. Aria terjatuh dengan busurnya terlepas dari tangan, matanya kosong. Sho merasakan sakit yang menusuk hati.

Ramalan Kedua:

Adegan berubah. Kali ini, teman-teman Sho yang lain terlihat dalam pertempuran sengit yang berbeda. Kali ini, Yara dan Kieran berusaha melindungi Liora, tapi serangan dahsyat menghantam mereka. Mereka hancur tanpa ampun. Sho berdiri di kejauhan, tak mampu berbuat apa-apa, wajahnya penuh dengan kepedihan dan penyesalan.

Ramalan Ketiga:

Ramalan terakhir memperlihatkan gambaran yang lebih kelam. Sho sendiri berdiri sendirian di reruntuhan, wajahnya penuh luka dan kelelahan. Di kejauhan, sosok teman-temannya terlihat tenggelam dalam kehancuran, tak ada yang tersisa. Sementara itu, bayangan gelap Absolute Being terus menyebar, menelan segalanya.

Zenith memandang Sho dengan tatapan penuh belas kasih, "Inilah kemungkinan masa depan, Sho. Tiga jendela ini menunjukkan betapa beratnya cobaan yang akan kau dan teman-temanmu hadapi. Tidak peduli seberapa kuat kalian, kehilangan dan penderitaan akan datang." Ucap Zenith dengan suara pelan.

Sho menunduk, matanya berkaca-kaca, mental Sho mulai tidak stabil dan kacau. "Tidak... ini tidak mungkin... seharusnya takdir sudah berubah." Ucap Sho dengan suara bergetar.

"Kau terlalu muda untuk menanggung beban seberat ini..." Ucap Zenith sembari mendekat kearah Sho.

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku berpisah dengan mereka dan melakukan perjalan sendirian dan bertarung sendirian. Itu pasti akan membuat mereka berempat aman kan?" Tanya Sho.

"Aku tidak tahu tapi itu bisa saja... sekarang beristirahat lah mental mu sedang kacau... kuharap kau mengambil jalan yang menurutmu benar." Ucap Zenith.

Sho keluar dari perpustakaan kerajaan, dan saat dia keluar ia mendapati keempat teman-teman nya sudah tersenyum kembali. Bahkan Aria tersenyum saat melihat Sho sudah kembali.

"Hei Sho, apa yang Zenith bicarakan tadi?" Tanya Aria dengan suara lembut.

"Bukan apa-apa..." Jawab Sho singkat.

Yara pun mendekati mereka berdua lalu tersenyum. "Bagaimana kalau kita makan dahulu? aku ingin memasakkan kalian makanan." Ucap Yara sembari tersenyum lebar.

"Maaf... tapi untuk sekarang aku ingin sendirian dulu." Ucap Sho sembari berjalan kearah kamar tamu yang sudah disiapkan oleh Raja Noah.

Mereka berempat saling bertatapan, mereka berempat tidak percaya jika Sho bisa terlihat seperti ini.

Dimalam harinya, Bulan purnama menyinari Ibukota Vixen, bahkan tembus melewati jendela kamar Sho. "Aku tidak boleh bersama mereka lagi. Jika mereka terus berada bersama ku, nyawa mereka bisa saja direnggut kapanpun..." Gumam Sho sendirian.

Sho melepas cincin tunangan nya lalu menatap kearah cincin tersebut. "Persephone, menurut mu bagaimana caraku agar dibenci oleh rekan-rekan ku?" Tanya Sho kepada Persephone.

"Sho... apakah kau yakin dengan pilihan ini?" Tanya Persephone dengan suara lembut.

"Aku yakin..." Jawab Sho singkat sembari menyimpan cincin tunangan nya kedalam sakunya lalu berdiri tegap.

Udara malam terasa hangat, namun suasana hati Aria, Yara, Liora, dan Kieran jauh dari tenang. Mereka berjalan bersama, tangan masing-masing membawa bungkusan hadiah—beberapa makanan kesukaan Sho, sebuah jubah baru yang dipesan khusus oleh Aria, serta gelang pelindung yang ditawarkan Liora setelah meraciknya sendiri.

"Kalau Sho melihat semua ini, aku yakin dia akan kembali tersenyum" Ucap Lipra pelan, mencoba menyemangati yang lain.

Namun langkah mereka terhenti ketika memasuki Guild.

Ruangan itu semarak. Tawa, suara minuman dituangkan, dan denting musik dari alat dawai terdengar di pojok ruangan. Namun pusat perhatian semua orang malam itu bukanlah musik... melainkan Sho.

Ia duduk santai di sofa tengah ruangan, mengenakan kemeja longgar dengan kerah terbuka, rambut sedikit berantakan. Di sekelilingnya, lima gadis duduk dengan manja. Salah satu dari mereka duduk di pangkuannya, tangannya melingkar di leher Sho. Gadis lain menyuapinya dengan buah dari piring emas.

Aria terpaku. Jantungnya seperti diremas. Yara melangkah maju, matanya membelalak. "Itu... itu Sho, kan...?" Ucap Yara dengan suara bergetar seolah-olah ia tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Sho melirik mereka. Tatapannya kosong—seolah tak mengenal mereka. Bahkan, seolah mereka hanya orang asing baginya.

"Apa yang kau lakukan... Sho?" Tanya Aria pelan, suaranya nyaris tidak terdengar.

Sho hanya terkekeh. "Oh, kalian datang? Sayang sekali, aku sedang sibuk. Kalian bisa pergi kalau cuma mau menatapku seperti hantu." Ucap Sho dengan nada merendahkan.

"Apa maksudmu bicara seperti itu?!" bentak Kieran, maju satu langkah.

Gadis di pangkuan Sho mencubit pipinya manja. "Sho sayang, mereka siapa?" Tanya gadis itu.

Sho menoleh pelan pada gadis itu. Tanpa berkata apa-apa, ia mencium bibir gadis tersebut—di hadapan semua orang. Ciuman itu lama, panas, dan disengaja. Semua yang melihat langsung membeku.

Aria mematung. Matanya bergetar, mulutnya terbuka, tapi tak ada suara yang keluar. Detik berikutnya, air matanya mengalir, dan dengan gemetar, ia melangkah maju—lalu menampar pipi Sho sekuat tenaga hingga suara kerasnya menggema di seluruh ruangan.

"Kau bukan Sho yang kukenal!" Teriak Aria, dia merasa terkhianati.

Sho tidak bereaksi. Ia hanya menatap Aria dengan dingin, seolah tamparan itu bukan apa-apa.

"Mulai sekarang… jangan pernah bicara padaku lagi." Aria berbalik, dan pergi dengan langkah cepat, pundaknya berguncang.

Yara menatap Sho dengan luka yang sama dalam tatapannya. "Kenapa kau berubah seperti ini?" Tanya Yara, namun Sho tidak menjawab. Ia hanya mengambil gelas anggur dari meja dan meneguknya sambil tersenyum sinis.

Kieran mengepalkan tinju, lalu memalingkan wajah dengan ekspresi penuh amarah. "Kau bajingan Sho..." Ucap Kieran dengan suara penuh amarah.

Liora, yang paling muda, berdiri terpaku, tak mampu berkata-kata. Matanya berkaca-kaca, lalu ia pun berlari menyusul Aria tanpa sepatah kata pun.

Satu per satu dari mereka keluar meninggalkan Guild.

Begitu keempatnya menghilang dari pandangan, senyum Sho menghilang. Ia duduk kembali dengan tubuh lemas, pandangannya kosong, tangan gemetar.

Persephone berbicara dari dalam kepala Sho. "Sepertinya kau benar-benar menghancurkan kepercayaan mereka, Sho." Ucap Persephone.

"Aku tahu... Tapi ini satu-satunya cara agar mereka tetap hidup." Bisik Sho lirih, nyaris tak terdengar.

Pintu Guild tertutup dengan bunyi dentuman berat. Denting gelas, tawa, dan musik masih terdengar, tapi rasanya jauh... tak berarti.

Sho duduk diam di tengah keramaian yang tak ia rasakan lagi. Gadis-gadis di sekelilingnya mulai menyadari bahwa suasana berubah. Mereka beringsut menjauh, satu per satu, meninggalkannya sendiri di sofa panjang itu.

Tangan Sho mengepal. Di bawah mejanya, kalung hijau miliknya bergetar pelan, berpendar samar seolah ikut merasakan luka tuannya. Namun ia tak berkata apa-apa lagi.

Darah di bibirnya terasa asin—bekas tamparan Aria yang begitu kuat hingga meninggalkan luka kecil di sudut bibirnya. Tapi luka itu tak sebanding dengan perih di dalam dadanya.

"Maaf... tapi inilah satu-satunya pilihan yang bisa kupilih." Bisik Sho lirih pada bayangan di lantai.

Angin malam menyelinap masuk lewat jendela yang terbuka sebagian. Membawa pergi sisa tawa yang menggantung, dan menyelimuti Sho dalam keheningan yang dingin dan sunyi. Di luar, langit Vixen mendung. Tak ada bintang malam itu. Dan untuk pertama kalinya sejak ia kehilangan semuanya... Sho benar-benar sendirian lagi.

1
J. Elymorz
baguss/Cry//Cry/
J. Elymorz
Ga tidur sama makan selama 3 hari? Bener-bener gila!! /Skull//Skull/
J. Elymorz
lucuuu, pertemuan liora dan cresswell membawa nostalgia saat pertama kali mereka bertemu/Hey//Hey/
J. Elymorz
akhirnya liora jadi high human/Smile//Smile/
J. Elymorz: ikut senangg/Smile//Smile/
total 1 replies
J. Elymorz
bagusss, cerita mu selalu baguss/Grimace//Grimace/
J. Elymorz
HWAAAAAA ariaaa /Sob//Sob//Sob/
J. Elymorz: chapter ini bener' nyesek bagi ku, penulisannya bagus bangett sampe' aku bisa ngebayangin apa yg ada dlm ceritanya/Cry//Cry/
total 1 replies
Kyukasho
Sangat bagus dan menarik
J. Elymorz
author jangan jahat' dong, ishh
J. Elymorz: dasar/Grievance/
pukul author/Hammer//Hammer/
Kyukasho: Sesekali hehe
total 2 replies
J. Elymorz
serius.. sho?
J. Elymorz: sesek aku bacanya
total 1 replies
J. Elymorz
mau peluk ariaa/Cry//Cry/
J. Elymorz
sho? (berbicara dengan suara lirih)
J. Elymorz
kskekkskkksk sesek aku baca ini
J. Elymorz
hmm aku menantikan kelanjutan dari noir~
J. Elymorz: semoga ia tak berbuat konyol yaa
total 1 replies
J. Elymorz
sho?
J. Elymorz
WARGA ASEM, udh di tolongin bukannya bilang makasih malah di bakar, KESELLL IH
J. Elymorz: irene.. mau peluk ireneee/Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
J. Elymorz
gantung banget pls, blm ada scene sho gelud sama irene/Grievance//Grievance/
J. Elymorz
Di chapter kita tau, walaupun sho tingkahnya rada ngawur tapi dia setia kawan dan dia mau ngelidungi temen' nya dari bahaya/Smile//Smile/
J. Elymorz
Semoga 5 sekawan itu baik' aja/Frown//Frown/
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado
J. Elymorz
Bagusss tiap chapternya seruu + bikin penasaran🤩🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!