NovelToon NovelToon
Sumpah Setia Di Ujung Senapan

Sumpah Setia Di Ujung Senapan

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa
Popularitas:3.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

"Menjadi prajurit butuh perjuangan, butuh pengorbanan. Berjuang untuk bumi tempat berpijak, demi setiap tarikan udara yang kita hirup dan demi orang-orang tercinta beserta kedaulatan. Berkorban, mengorbankan segala yang kita miliki sekalipun sebuah sumpah setia di ujung senapan."

~Teuku Al-Fath Ananta~

"Aku tak akan membuat pilihan antara aku atau bumi pertiwi, karena jelas keduanya memiliki tempat tersendiri di hatimu. Jadilah sang garuda meski sumpah setia kau pertaruhkan diujung senapan."

~Faranisa Danita~

Gimana jadinya kalo si sarjana desain grafis yang urakan dan tak suka pada setiap jengkal tanah yang ia pijaki bertemu dengan seorang prajurit komando pasukan khusus nan patriotisme dalam sebuah insiden tak terduga, apakah mereka akan seirama dan saling memahami satu sama lain, dalam menjejaki setiap jalanan yang akan mereka lalui ke depannya di belahan bumi pertiwi ini? Ikuti kisahnya disini yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AJANG PERPISAHAN

"Hey boy! Tolong ini di pasang,"

Tak ada lampu-lampu LED mahal ataupun corvetti dan hiasan memakan budget sampai berjuta-juta. Fara mau, semuanya bermanfaat dan yang penting happy.

Duarr!

Sekali lagi Andre menekan pompaan terlalu bersemangat tanpa perasaan, sudah balon ke sekian yang ia letuskan. Bukannya merasa bersalah ia malah tertawa, karena mendadak mereka yang ada disana kompakan jantungan, sungguh masa kecil kurang bahagia.

"Kamvrett lu bang, jangan gede-gede bang!" Dilar mengelus dadanya. Definisi tentara yang jauh dari kelembutan ya begini nih, mompa balon saja kaya mompa ban Reo.

"Yah, meletus balon hijau. Darr!" tawanya, tanpa rasa bersalah.

"Ndre, sekali lagi lu pecahin balon gua giles pake si maung!" ancam bang Yosef, setiap ia meledakkan balon, pria tangguh yang biasa berhadapan dengan granat ini tersentak pula karena terkejut.

"Berasa denger meriam ya bang, berasa dilemparin granat!" ujar Gentra terkekeh seraya memasang perintilan hiasan di atas podium. Sesorean ini mandat terakhir Al Fath untuk unitnya adalah membantu persiapan untuk acara besok, bukan tugas formal tapi tugas khusus, Sementara persit lain sibuk di rumah masing-masing menyiapkan penganan yang akan mereka jual esok. Acara yang direncanakan oleh Fara membawa dampak positif untuk semuanya.

"Liat tuh penganten baru! Nempel terus mirip daki!" tunjuk Yosef pada Al Fath dan Fara yang sedang cengengesan bersama, entah apa yang mereka tertawakan.

"Ngga ada perumpamaan lain gitu bang, daki banget?!" sahut Dilar terkekeh.

"Biar satu rasa lah kalo daki sama kulit. Sama-sama asin!" balasnya tak berbudi.

"Si abang sirik aja sama penganten baru, pengen lagi jadi pengantin baru," imbuh Gentra yang sudah selesai merapikan podium dan bergabung dengan para seniornya.

"Gua juga kaya gitu waktu mantenan lagi anget-angetnya. Tunggu beberapa bulan, pas dikasih tugas jauh terus bini hamil, lu balik dilemparin piring!" obrolan yang menjelma menjadi sesi curhat ini membuat para bujang tertawa tergelak.

"Ah masa iya bang, sekejam itu?!" tanya Dilar.

"Bang Yosef baliknya sambil gandeng cewek kali!" tembak Gentra.

"Enak aja, gua balik bawa roti bakar malahan!" sergahnya membela diri.

"Ya iyalah gimana ngga dilempar piring, bang Yo balik bawa roti bakar lah bini ngidam pesennya kerak telor," balas Regan angkat suara, pasalnya sang istri ketika itu hamil bersamaan, jika istri Yosef hamil anak kedua, lalu bu Fani saat hamil Zidan.

"Ha-ha-ha," ketiga bujangan ini kembali menertawakan seniornya.

"Ck, sama ajalah Gan. Sama-sama makanan!" bela Yosef berdecak.

"Ya bedalah bang, ampun dah!" sahut Andre.

"Tra, nih iket! Kapan lagi yee kan, tentara megang balon. Biasanya yang dipegang pelatuk senjata," ia menyerahkan balon yang sudah terpompa untuk selanjutnya diikat, rencananya balon-balon ini akan diberikan pada pengunjung yang membawa anak kecil.

"Nah kalo si Regan, yang dipegang pan tat serda Senia, jadi Fani ngamuk!" tawa Yosef, diantara keenam orang itu, mungkin Yosef lebih sering bertugas bersama si kapten ini.

"Enggak lah bang, masa lalu itu!" sanggah Regan menghela nafas sambil menatap sekitar, untung saja istrinya tidak sedang disana, bisa-bisa mereka bertengkar nanti malam.

"Kayanya cuma bang Fath yang sholeh disini, tak tersentuh perempuan," tukas Gentra diangguki Dilar.

"Ck-- lu pikir emaknya Al Fath laki? Dari orok dicebokin emaknya sampe dimandiin juga," tandas Andre tak setuju.

"Sa ae lu bang!"

Pagi-pagi sekali Fara sudah terbangun. Jangankan terlelap, memejamkan mata saja sulit rasanya, ia takut jika acara hari ini tak sesuai rencananya, harga dirinya dan Al Fath dipertaruhkan di depan si bu ketua songong itu.

Lapangan yang biasa dipakai berolahraga kini disulap jadi tempat digelarnya acara. Podium bertenda hijau berada di ujung dekat kantor sementara di depannya sengaja lapangan dikosongkan untuk nantinya para peserta aerobik melakukan senam.

Gerbang Markas komando pasukan terbuka lebar dengan tidak menanggalkan penjagaan dan pemeriksaan.

Meja-meja stand yang sudah di siapkan para peserta market day.

"Abang sarapan di meja, Fara mau mandi dulu!" langkahnya tak menentu, harus ke kamar mandi dulu atau ambil handuk dulu, ia sampai menepuk jidatnya sambil setengah berlari, sementara Al Fath yang masih sarungan duduk santai di kursi kayu ruang makan, menyantap sarapan paginya dengan pemandangan menggelikan, Fara yang heboh sendiri.

Padahal sudah sering ia mengikuti berbagai event project, tapi acara kali ini ia merasa memiliki tanggung jawab paling besar mempertaruhkan namanya dan nama Al Fath, jangan sampai ada drama rusuh atau digagalin orang.

"Dek, kopi abang mana?" teriak Al Fath, masih sempat-sempatnya pria ini meminta kopi minggu paginya, Fara yang hampir membuka pakaiannya kembali membuka pintu kamar mandi.

"Lupa,"

Tangannya kembali terampil menyeduh kopi, Al Fath selalu mendapat kiriman kopi dari Aceh, makanya Fara belum pernah menemukan kopi sachetan di dalam lemari selain dari teh.

Al Fath menangkap tangan Fara setelah menaruh cangkir kopi, "calm down! Cuma acara kecil," ucapnya menenangkan, Fara yang langkahnya tertahan menoleh pada Al Fath, lantas ia menarik nafas dalam-dalam dan menarik kursi di sampingnya.

"Bang, yakin bakalan sukses ngga sih?"

"Absolutelly! Respon mereka positif,"

Matanya menatap nyalang Al Fath, "sekaligus perpisahan ya?" Fath mengangguk.

"Nyak juga datang, katanya dia ada bawa sesuatu buat kita nanti sebelum pergi,"

"Ya udah kamu mandi, udah jam 6."

Fara setuju dengan ucapan Al Fath, ia segera beranjak dan masuk kamar mandi.

"Abang, nanti abang duluan aja! Fara mau bantuin bu Fani dulu," jeritnya dari dalam kamar mandi.

Bukan hanya sepuluh dua puluh orang yang datang, antusias masyarakat ternyata di luar dugaan. Entah tertarik dengan acaranya atau memang penasaran dengan markas komando pasukan khusus, bahkan undangan yang tadinya hanya ditujukan untuk warga sekitar nyatanya menarik minat banyak orang.

Para ibu persatuan tak kalah semangat, memang sudah nalurinya perempuan jika ada acara senam begini so pasti paling depan, terkadang menjadi ajang adu gengsi antar emak. Seperti sekarang, mereka berlomba-lomba memakai pakaian senam terbaik, agar terlihat singset, langsing nan elok.

Fara bersama yang lain, disana ada bu Fani, bu Nasya, bu Susi dan bu Gina, kelima istri perwira ini berjalan berbarengan.

"Sini sama Fara aja bu Fan," Fara meraih termos nasi kuning dan berjalan menggandeng Kirani.

"Aduh ngerepotin, Ra!" ia meringis.

"Ngga apa-apa bu," jawab Fara.

"Kak Fara kok ngga ikut jualan kaya mama?" Fara menoleh pada si bocil.

"Engga ah, om abang ngga ijinin! Katanya takut kak Fara capek," balasnya manja, bukan Kirani yang terkikik tapi bu Nasya dan bu Gina.

"Ah, alesan! Bilang aja kamu males, Ra!" kekeh Gina.

"Tull! Kata abang, Fara mah duduk manis aja di rumah sambil nunggu abang pulang!" tawanya sok iyehh.

"Nanti kerasa kalo udah punya anak, gaji suami ngga cukup kamu kelabakan," sahut Susi. Fara melengkungkan bibirnya, yakin uang Al Fath tak cukup? Bahkan buat biayain Fara dan warga sekampung saja mungkin Al Fath mampu, tapi pastinya bukan uang gaji.

"Iya, gimana ntar aja kak Sus.. punya anaknya aja belum!" jawab Fara enteng.

"Bu Fara!" mereka menoleh ke arah suara, Fara sampai melongo dibuatnya.

"Subhanallah!"

.

.

.

1
laelatul qomar
Luar biasa
laelatul qomar
bacanya sampe tahan napas thor..hohoho
laelatul qomar
aku syuka banget karya othor yg bergenre militer lho..rasa nasionalisme dapet,romantis jg ad kocaknya jg ada..keren bget karya2 nya..entah ini sdh novel othor yg keberapa ak baca..syuka smua mua nya
Anonymous
o
Susilawati
mungkin utk saat ini Fara emang belum cinta tapi kalo bang Fath udah jatuh cinta pada pandangan pertama 🤭🤭🤭
Isra Nariah
mau atuh lihat tentara bawa baskom, aslina ngakak/Grin/
Susilawati
cinta pertama dan idolanya bang Fath itu umi Salwa, jadi ketika ketemu sama cewek yg 11 12 sama umi nya langsung jatuh cinta deh 🤭🤭🤭
Anita Choirun Nisa
seru pol
Yatie Amoya
bagus ceritanya
Yatie Amoya
suka ceritanya
maaaaaciii Thor 🥰
Ani
karya karya keren kok kak aku baru baca 2 cerita Kapt. Rayyan dan lanjut Letkol Al Fath.. bener bener amazing 👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Ani
dua duanya sudah saya coba rasanya mantul. menurutku yang paling manis matoa papeda
Nur Halima
Luar biasa
dwigar maja
shangri-la..
inget sama Dj amber kan jadi nya 😁
dwigar maja
ceritanya bagus, udah baca 3x.. hahahha gak bosen
As Ngadah
FARANISA kita bestie😃😃😃😃
As Ngadah
Sagara otewe
As Ngadah
oalah ra fara
Attaya Zahro
Ikut terharu Q kak 🥺🥺🥺
Nana Niez
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!