NovelToon NovelToon
DRAMA SI SANGKURIANG

DRAMA SI SANGKURIANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: gilangboalang

Di tengah hiruk pikuk kota Bandung yang modern, seorang pemuda terjebak dalam cinta yang tidak seharusnya. Ia tak tahu, bahwa wanita yang ia cintai menyimpan masa lalu yang kelam — dan hubungan mereka bukan sekadar kisah cinta biasa, melainkan takdir yang berulang dari masa lampau...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gilangboalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BABAK III: METAMORFOSIS NAHKODA (LANJUTAN) ​ADIEGAN 12: KEPEMIMPINAN DALAM DISIP

​Beberapa minggu setelah kedatangannya di Menteng, Reza memulai babak barunya. Arya, menepati janjinya, tidak membuang waktu. Ia mendaftarkan Reza ke sekolah pelayaran prestisius di Marunda, tempat di mana disiplin militer dan ilmu kelautan ditempa menjadi satu. Lingkungan baru ini adalah antitesis dari kehidupan bebas dan urakan yang Reza jalani di Bandung.

​Pagi pertamanya di sana terasa seperti kejutan listrik. Reza, yang terbiasa bangun siang dan bermalas-malasan, kini harus bangun sebelum subuh. Di dalam barak, ia berdiri tegap bersama ratusan calon pelaut lain, mengenakan seragam taruna yang kaku dan rapi, yang terasa asing di kulitnya.

​Di Bawah Bimbingan Arya

​Arya memastikan Reza tidak menggunakan privilese ayahnya. Arya berpesan keras:

​"Di sini, Ayah adalah Chief Officer, dan kamu adalah Taruna. Kamu harus disiplin. Laut tidak mengenal anak manja, Reza. Kamu harus melawan kebiasaan burukmu dengan tekun. Jangan pernah membiarkan masa lalumu sebagai anak berandal menodai seragam ini."

​Kata-kata itu tertanam dalam benak Reza. Ia teringat wajah ibunya yang kecewa saat mengusirnya. Reza tahu, inilah jalan satu-satunya untuk memenangkan kembali harga dirinya dan membuktikan ia layak dicintai. Tekadnya kini membara, didorong oleh kombinasi ambisi, penyesalan, dan keinginan buta untuk membahagiakan dua orang tuanya.

​Fokus dan Ketekunan

​Reza menunjukkan transformasi yang luar biasa. Anak yang dulu malas belajar dan suka membolos, kini menjadi salah satu taruna paling rajin dan tekun.

​Di kelas, ia menghafal setiap istilah navigasi, mempelajari hukum-hukum kelautan yang rumit, dan menyerap pelajaran tentang mesin kapal. Ia menghabiskan jam istirahatnya bukan untuk merokok atau berkelahi (kebiasaan lama yang kini ia jijikkan), melainkan untuk membaca buku di perpustakaan atau berlatih simpul tali di luar barak.

​Pendidikan pelayaran bukan hanya tentang teori. Ada pelajaran fisik yang keras. Di lapangan, Reza dipaksa melakukan push-up hingga lengannya gemetar, berlari maraton dalam seragam lengkap, dan berjemur di bawah terik matahari. Fisiknya yang dulu lemah karena mabuk kini mengeras, otot-ototnya terbentuk, dan postur tubuhnya menjadi tegap—seperti Arya.

​Disiplin yang keras justru menyembuhkan jiwa pemberontak Reza. Ia menemukan kedamaian dalam rutinitas yang terstruktur. Ia belajar bahwa otoritas bukan untuk dilawan, tetapi untuk dihormati, karena di tengah lautan, otoritas adalah keselamatan.

​Ujian Pertama di Laut

​Tiga tahun berlalu. Reza bukan lagi remaja 15 tahun yang ketakutan di halte. Ia adalah seorang pemuda matang, disiplin, dan terampil, dengan usia menjelang dewasa. Waktu yang ia habiskan di Menteng bersama Arya hanya memperkuat tekadnya. Mereka sering berdiskusi tentang kapal, pelabuhan, dan peta laut—obrolan yang tidak pernah ia dapatkan di Bandung.

​Pendidikan puncaknya adalah program praktik di atas kapal (prala). Reza dikirim berlayar selama berbulan-bulan, melintasi perairan Indonesia dan Asia.

​Saat berada di anjungan, berdiri tegak di tengah guncangan ombak, Reza merasakan koneksi yang kuat dengan laut. Di sana, di bawah langit luas tanpa batas daratan, ia merasa bebas dari masa lalunya yang memalukan. Ia tidak lagi terbebani oleh bayangan Nawangsih yang kecewa. Ia fokus pada kompas, navigasi bintang, dan tugasnya sebagai calon perwira.

​Pada salah satu malam hening di tengah Samudra Hindia, Reza berdiri sendirian di geladak. Ia membuka dompetnya yang kini berisi kartu identitas, bukan uang jajan curian. Di balik kartu identitas, ia masih menyimpan satu-satunya foto Nawangsih.

​Ia menatap wajah cantik ibunya yang awet muda.

​"Mama," bisiknya pada angin laut. "Aku sudah tidak nakal lagi. Aku sudah mengerti arti hidup yang Mama maksud. Aku akan segera kembali. Sebagai Nahkoda. Sebagai pria yang layak kamu banggakan."

​Tekadnya bukan lagi sekadar impian anak kecil. Itu adalah sumpah. Sumpah yang ia buat untuk membuktikan diri kepada cinta pertamanya, cinta yang ia salah artikan.

​Setelah menyelesaikan pendidikan dan praktik, Reza kembali ke Jakarta, kini dengan gelar yang layak dan pengalaman berlayar yang cukup. Dengan bantuan Arya, Reza segera menapaki karir di perusahaan pelayaran internasional.

​Dalam beberapa tahun berikutnya, Reza melejit cepat. Etos kerja, kecerdasan, dan ketekunan yang ia dapatkan di sekolah pelayaran Marunda membuatnya unggul. Ia naik pangkat dengan cepat, dari perwira tiga hingga perwira dua.

​Hingga tiba saatnya, di usia yang matang, ia menerima surat penempatan pertamanya sebagai NAHKODA kapal kargo besar, sebuah pencapaian yang sangat langka di usia semuda itu. Reza telah menepati janjinya. Ia telah menjadi Nahkoda yang ia impikan sejak usia 5 tahun.

​Ia kembali ke Menteng, bukan lagi sebagai anak berandal yang diusir, melainkan sebagai pria sukses, gagah, dan berwibawa, mengenakan seragam putih bersih dengan lencana emas—persis seperti Arya di malam pertemuan mereka.

​Kini, ia siap kembali ke Bandung. Siap menghadapi Nawangsih, yang tetap menjadi satu-satunya wanita dalam hidupnya.

1
Agustina Fauzan
baguuus
gilangsaputra
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!