Wanita Pilihan Ceo

Ia tidak ingin memberi harapan palsu pada Malvin dan menyia - nyiakan waktu Malvin untuk menunggu Renatta. Ia tahu, Rena tidak mau di paksa untuk menikah muda. Anak gadisnya itu mempunyai cita - cita dan keinginan untuk melanjutkan kuliah dan Alfaro akan membiarkan anaknya itu untuk menikmati masa mudanya.

"Maksud Om, saya tidak sesuai untuk Renatta?" tanya Malvin dengan emosi.

"Bukan begitu Malvin. Malvin jangan salah paham. Maksud Om baik, untuk kebaikan Malvin sendiri. Dari pada Malvin menunggu Renatta dan menyia - nyiakan waktu Malvin, lebih baik Malvin bertemu dengan wanita yang lebih sesuai dan sudah siap untuk berumah tangga." ujar Alfaro mencoba menenangkannya dengan cara yang baik - baik.

Malvin yang mendengarkan penuturan Alfaro pun merasa marah, karena Alfaro tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk memenangkan hati Renatta!

Hati Malvin pun terluka, dan ia pun bersumpah akan mendapatkan Rena dengan cara apapun, termasuk dengan menghancurkan bisnis Alfaro yang di anggapnya telah melecehkannya dan menganggapnya tidak sesuai dengan Renatta Azaria.

Malvin merencanakan niat jahatnya untuk menghancurkan bisnis kerajaan Alfaro di kota itu.

Alfaro tidak pernah menduga bahwa Malvin akan menjadi penyebab kebangkrutan perusahaan yang telah di bangunnya dengan susah payah. Ia tidak tahu bahwa Malvin menyimpan dendam padanya.

Hingga kejatuhan itu terjadi dan Malvin mendatanginya.

Saat itu, perusahaan Alfaro sudah jatuh oleh ulah Malvin yang menggagalkan tender besar yang awalnya di menangkan oleh Alfaro. Belum lagi Malvin telah menanamkan orang - orangnya untuk merongrong di dalam perusahaan Alfaro, sehingga terjadi korupsi dan kerugian besar - besaran di dalam perusahaan Alfaro Enterprise. Dan Alfaro harus menjual semua aset - asetnya demi menyelamatkan satu - satunya anak perusahaanya yang masih berjalan, PT. Dua Pilar Alfaro.

"Mau apa kau datang kesini Malvin?!" Seru Alfaro pada Malvin saat melihatnya sore itu, di kediamannya.

"Om, jangan marah seperti itu. Aku datang dengan niat baik. Aku bisa membantu Om untuk mendapatkan kembali perusahaan Om," ujar Malvin pada Alfaro yang saat itu dalam kondisi yang tidak sehat, karena memikirkan perusahaannya yang sudah bangkrut.

"Kamu yang menyebabkan ini semua Malvin! Apa maumu?" tanya Alfaro dengan murka. Ia telah mengetahui kelakuan Malvin, namun belum bisa ia buktikan secara hukum.

"Mauku? Om sudah tahu sendiri kan apa mauku..." ujar Malvin sambil duduk di dekat kursi Alfaro.

"Tidak, Malvin! Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menyerahkan Renatta padamu! Kamu itu monster Malvin! Kamu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginanmu!" Ujar Alfaro tetap tidak ingin Renatta untuk menikah dengan Malvin!

"Om... kenapa seperti itu? Menikahkan saya dengan Renatta tidak hanya akan membuat Renatta bahagia dan mendapatkan semua keinginannya, tetapi Om juga bisa mendapatkan perusahaan Om kembali!" Ujar Malvin tersenyum licik.

"Keluar kamu!" Teriak Alfaro, namun tiba - tiba ia memegang dadanya. Ia merasakan sakit yang sangat pada dada sebelah kirinya, terasa seperti di tusuk - tusuk.

"Mas, ada apa?" tanya Syahnaz, Istri Alfaro yang masuk ke ruang tamu, saat mendengar Alfaro berteriak.

Alfaro menahan sakitnya sambil memegang dadanya.

"Keluar kamu!!" Teriak Alfaro lagi pada Malvin.

"Baiklah, tapi asal Om tahu, Renatta tidak akan punya pilihan lain lagi dan aku akan pastikan Renatta akan menjadi Istriku." ujar Malvin.

Malvin pun berdiri tanpa berusaha untuk menolong Alfaro yang sedang kesakitan dan ia pun meninggalkan Alfaro dan Syahnaz dengan tertawa sinis.

Sore itu, Alfaro di nyatakan meninggal karena serangan jantung.

**** Flashback Off ****

"Malvin! Malvin!" Panggil Mira beberapa kali. Memecah lamunan Malvin akan masa lalunya.

Malvin tersadar dan beranjak dari ranjang, kemudian masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Mira yang memanggilnya dengan kesal.

Dia pasti memikirkan wanita ****** itu lagi! Geram Mira saat mendapati Malvin melamun.

Mira harus mengakui bahwa Malvin belum bisa melupakan Renatta, bahkan selama 7 tahun Renatta menghilang dan tidak ada yang tahu dimana rimbanya. Selain sering memergoki Malvin melamun, ia pun sering mendengar Malvin mengucapkan nama Renatta, saat mereka sedang berhubungan intim, dan hal itu sangat menyakitkan perasaannya, mengetahui bahwa calon suaminya, orang yang di cintainya. Mencintai wanita lain. Wanita yang ia lihat kemarin.

"Ya, Renatta telah kembali dan Malvin tidak boleh tahu! Aku harus menemukan dan menyingkirkan Renatta sebelum Malvin tahu, bahwa Renatta telah kembali!" Batin Mira.

Malvin keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit pinggangnya dan ia pun mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai.

"Kamu mau kemana? Kamu tidak menginap di sini?" tanya Mira beranjak dari ranjang dan mendekati Malvin tanpa sehelai benang pun.

Malvin melepas handuknya dan memakai pakainnya. Ia sama sekali tidak melirik tubuh tanpa busana Mira.

"Aku harus pergi, masih banyak pekerjaan." jawab Malvin sambil mengancingkan kemejanya.

"Tapi ini malam sabtu, Malvin. Tidak bisakah menunggu sampai hari senin? Aku masih kangen sama kamu..." rajuk Mira sambil mengelus lengan Malvin dan menaruh dagunya di bahu Malvin.

Mira ingin Malvin tinggal dan menemaninya di apartemen, sesuatu yang jarang sekali Malvin lakukan. Karena Malvin selalu meninggalkan Mira setelah mereka selesai berhubungan intim.

"Mungkin lain kali. Aku pergi!" Ujar Malvin mengecup pipi Mira sekilas kemudian mengambil jas dan tas kerjanya, sebelum ia membuka pintu apartemen dan berjalan keluar.

Mira menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia sangat kesal, karena apapun yang ia lakukan untuk memenangkan hati Malvin, tampaknya tidak pernah berhasil. Malvin hanya akan menemuinya hanya saat ingin melampiaskan gairahnya, setelah itu ia akan meninggalkannya.

Pertunangannya dengan Malvin pun bisa terjadi karena Mira meminta Papanya untuk melamarnya. Dan Malvin memang melamarnya namun, saat itu Malvin pernah mengatakan pada Mira bahwa, ia akan menikahinya tapi bukan mencintainya.

Namun, Mira tetap beraharap bahwa hubungan mereka akan menjadi lebih baik setelah bertunangan dan menikah. Pernikahan mereka rencananya akan di langsungkan bulan depan secara meriah. Oleh sebab itu, Mira harus segera menyingkirkan Renatta jauh - jauh dari kota itu.

Mira masuk kedalam kamar mandi dan menyalakan shower air panas. Ia membilas dan membersihkan dirinya dari peluh bekas sesi panasnya bersama Malvin.

Sedang asyik membersihakan diri, ia mendengar suara dari luar kamar mandi.

"Malvin?" panggilnya.

Apa Malvin kembali? Pikir Mira.

Ia pun menggunakan bathrobenya dan berjalan keluar dari kamar mandi. Ruangan kamarnya tampak gelap dan ia tidak bisa melihat apapun.

"Malvin?" panggilnya lagi namun tidak ada jawaban.

Samar - samar dalam gelap ia melihat seseorang duduk di atas sofa di kamarnya.

"Malvin?" panggilnya lagi, namun saat itu detak jantungnya berdebar sangat kencang dan ia di hinggapi rasa takut.

Pria itu menyalakan lampu baca di dekat sofa tempatnya duduk dan Mira dapat melihat pria itu dengan samar. Pria itu menggunakan celana dan kemeja hitam yang di gulung sebatas siku, dan menggunakan kaca mata hitam. Segaris senyum terlihat di wajah tampan pria itu.

"Siapa kamu?" tanya Mira dengan waspada.

"Mira Handono?" tanya pria itu sambil beranjak dari duduknya.

"Jangan mendekat! Siapa kamu dan mau apa kamu?!" Tanya Mira dengan bergetar.

Bersambung..

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Jangan lupa untuk selalu like, komen, vote dan hadiahnya.