Seorang gadis bernama Alisya putri yang kini masih duduk di kelas satu sekolah menengah atas, terpaksa harus menikah dengan pria yang di jodohkan dengan kakaknya. Alisya rela berkorban demi kakaknya yang bercita cita menjadi dokter. apakah Alisya mampu menjalani kehidupannya sebagai seorang istri di usia yang terbilang sangat muda, karena umurnya memang belum genap berusia tujuh belas tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arya kecelakaan.
Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, Tiara yang juga tengah sarapan bersama sang bunda merasa kesepian sejak adiknya pindah dari rumah mengikuti sang suami, apalagi saat ini ayahnya juga tengah keluar kota guna mengecek perusahaan anak cabang.hal itu semakin membuat Tiara merindukan sosok adiknya yang selalu bersama sebelum menikah dengan Kheano.
"Kenapa nggak di makan sarapannya sayang??" tanya bundanya saat Tiara hanya mengaduk aduk nasi goreng kesukaannya.
"Bun, Ica udah sarapan belum ya??? Tiara kangen sarapan bareng Ica Bun" melihat wajah sendu putrinya, nyonya Sarah segera berdiri dari duduknya menghampiri putri sulungnya lalu mengusap punggung Tiara.
"Ara...bunda juga sama kangennya sama Ara, tapi sekarang kan Ica sudah menjadi istri Kheano, jadi sudah sepantasnya Ica tinggal bersama dengan Kheano. nanti kalau Ara juga sudah menikah, Ara juga pasti akan pergi ninggalin bunda dan dan ayah untuk ikut bersama suami Ara kelak." terang bundanya agar putrinya tersebut tidak sedih.
"Ya udah sekarang sebaiknya Ara segera sarapan, takut telat ke sekolah lagian pagi ini kan Ara hanya naik taksi Online ke sekolah." lanjut bundanya.
"Baik Bun" Ara pun segera memakan sarapannya walau hanya beberapa sendok, kemudian berpamitan pada bundanya mengingat ia akan segera memesan taksi Online dari aplikasi di ponselnya.
Hari ini Ara sengaja memesan taksi online melalui aplikasi di ponsel miliknya, mengingat sopir pribadi yang sering mengantar jemput dirinya tengah mengantar sang ayah ke Bandung.
Saat tengah menunggu kedatangan taksi Online pesanannya, Ara yang kini tengah berdiri di tepi jalan itupun terkejut, saat sebuah mobil yang tidak asing baginya berhenti tepat di depannya.
"Kenapa belum berangkat sekolah Ara??" ucap pria tersebut usai menurunkan setengah kaca mobilnya.
"Ini lagi nunggu taksi online dok" jawab Tiara pada pria yang ternyata adalah dokter Ferdi yang merupakan tetangganya.
Tanpa di sangka Tiara sebelumnya, mendengar ucapannya barusan dokter Ferdi segera turun dari mobilnya, lalu membukakan pintu mobil kemudian meminta Tiara untuk segera masuk ke mobilnya.
"Biar saya antar sekalian, lagi pula sekolah kamu sama tempat saya kerja kan satu arah" ucap dokter Ferdi setelah membuka pintu mobil.
"Tapi dok, saya sudah pesan taksi online." jawab Tiara yang masih enggan masuk ke mobil dokter Ferdi.
"Sebaiknya di cancel saja pesanannya!!" tidak enak terus menolak akhirnya Tiara menerima tawaran dokter Ferdi, sebelum melakukan cancel pada pemesanan taksi online pada aplikasi di ponselnya.
"Baik dok" Tiara pun masuk ke mobil dokter Ferdi, sementara dokter Ferdi menghitari mobil kemudian masuk ke mobil.
Tidak banyak obrolan keduanya selama berada di mobil yang sama, hanya lirikan sesekali di arahkan dokter Ferdi ke arah Ara, itupun tanpa sepengetahuan empunya. dokter Ferdi juga tahu tentang pernikahan Alisya mengingat mereka adalah tetangga, itulah mengapa dokter Ferdi tidak banyak bertanya, apalagi menanyakan mengapa ia dan Alisya tidak berangkat bersama ke sekolah, takut menyinggung perasaan Tiara.
Beberapa saat lagi hampir tiba di sekolah Tiara, dokter Ferdi melayangkan pertanyaan yang membuat Jantung Tiara berdegup kencang.
"Apa Tiara sudah punya pacar??" tanya dokter Ferdi tanpa menoleh ke arah Tiara yang kini duduk di kemudi. dokter Ferdi bertanya demikian sebab beberapa Minggu yang lalu ia yang hendak mampir ke rumah tetangganya tersebut, tiba tiba mengurungkan niatnya saat mendengar obrolan keluarga yang terdengar serius. dokter Ferdi tidak berniat menguping namun pada saat ia hendak meninggalkan rumah tersebut, ia tidak sengaja mendengar obrolan jika Tiara sengaja menolak di jodohkan itu sebabnya Alisya yang menggantikan posisinya.
Untuk beberapa saat Tiara tertegun mendengar pertanyaan pria tersebut, sebelum beberapa menit kemudian Tiara pun menggeleng.
Sementara dokter Ferdi yang melihat gadis itu menggeleng pun mengeryit heran.
"Jika belum memiliki kekasih, lalu mengapa saat itu Tiara menolak perjodohan dari orang tuanya." batin Dokter Ferdi yang awalnya berpikir, jika Tiara sudah memiliki kekasih makanya menolak perjodohan yang telah di rencanakan orang tuanya.
Usai mendengar sendiri jawaban dari gadis itu, dokter Ferdi tak lagi melanjutkan obrolan di antara keduanya, berhubung saat ini mobil yang di kemudikan olehnya telah sampai di depan gerbang sekolah Tiara.
"Terimakasih atas tumpangannya dok." ucap Tiara sopan sebelum turun dari mobil dokter Ferdi.
"Sama sama" ucap dokter Ferdi.
"Tunggu." ucap dokter Ferdi saat Tiara hendak membuka handle pintu.
"Iya dok" Tiara pun menoleh.
"Maaf jika pertanyaan saya tadi terlalu privasi, saya sama sekali tidak punya maksud_" lanjut terang dokter Ferdi yang tidak ingin Tiara berpikir negatif tentang dirinya, namun belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya Tiara pun menyela.
"Nggak papa dok" sela Tiara sebelum benar benar berlalu pergi meninggalkan mobil dokter Ferdi.
Setelah melihat Tiara yang sudah memasuki gerbang sekolah, dokter Ferdi pun segera melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit tempat ia bekerja.
"Ada apa nih.... nggak ada angin nggak ada hujan tumben kamu datang ke tempat kerja abang??" ucap dokter Ferdi saat melihat ada seorang gadis yang tengah duduk santai di sofa yang berada di ruang kerjanya.
"Emangnya hari ini kamu nggak kerja??" lanjut tanya dokter Ferdi sembari menyampirkan jas kebanggaannya yang berwarna putih pada kursi kebesarannya.
"enggak bang,,,,hari ini sengaja minta izin, soalnya siang nanti aku ada keperluan di kampus." jawab gadis yang ternyata adalah Mirna.
"Abang mau sarapan soalnya nggak sempat sarapan tadi di rumah, mau Abang pesan sekalian nggak buat kamu??" tawar Dokter Ferdi yang kini hendak melakukan panggilan di ponselnya.
"Boleh deh bang, kebetulan aku juga belum sempat sarapan." jawab Mirna sembari membuka tasnya hendak mengambil telepon genggam miliknya yang berdering.
"Halo" ucap Mirna saat menerima panggilan dari nomor yang tidak di ketahui.
"Halo...maaf apakah benar ini dengan ibu Mirna??" ucap seseorang di seberang telepon.
"Iya benar,,,maaf kalau boleh tahu dengan siapa saat ini saya bicara???" Tanya Mirna penasaran dengan penelepon tersebut.
"Kami dari pihak rumah sakit, ingin mengabarkan kepada anda jika saat ada salah satu pasien yang mengaku siswa anda yang mengalami kecelakaan. tapi anda tidak perlu khawatir sebab kondisi pasien tidak parah, kami hanya menghubungi anda guna menyelesaikan administrasi rumah sakit." terang seseorang dari seberang telepon.
"Kalau boleh tahu di rumah sakit mana saat ini pasien di rawat." tanya Mirna kemudian.
"Di rumah sakit Budi pekerti" mendengar nama rumah sakit tersebut membuat Mirna menyadari jika rumah sakit itu adalah rumah sakit yang sama dengan yang ia datangi pagi ini, rumah sakit tempat Abang sepupunya bertugas.
Setelah memutuskan sambungan telepon Mirna meminta Abang sepupunya tersebut mengantarkan dirinya ke ruang IGD.
"Antar aku ke ruang IGD bang, salah satu siswaku mengalami kecelakaan!!! ucap Mirna, kemudian di iyakan oleh dokter Ferdi.
Keduanya pun segera berjalan melintasi koridor rumah sakit menuju ruang instalasi gawat darurat.
Saat berada di ambang pintu ruang IGD, Mirna menyapu pandangan ke seisi ruangan, kemudian pandangan Mirna terhenti pada seseorang yang tidak asing baginya.
"Arya" ucap Mirna ketika melihat dari kejauhan, pria tersebut di kelilingi oleh dokter serta tiga perawat yang tengah mengobati luka gores di kaki serta tangannya.
Mirna pun melanjutkan langkah ke arah brankar Arya dengan di ikuti dokter Ferdi.
"Apa terjadi sesuatu yang serius pada pasien??" tanya Dokter Ferdi pada dokter serta beberapa perawat yang menangani Arya.
"Tidak ada hal yang serius dok, ini hanya luka lecet akibat tergores aspal" jelas salah satu dokter yang bertugas di IGD, sementara Arya yang melihat kedatangan Bu Mirna bersama pria yang disangkanya adalah kekasih wanita itu, hanya diam karena merasa tidak enak telah merepotkan.
Sementara Mirna yang mendengar obrolan Abang sepupunya serta dokter yang bertugas di IGD, merasa sedikit tenang karena tidak terjadi hal yang serius pada salah satu siswanya tersebut.
"Pasien tidak memerlukan perawatan lebih karena pasien hanya mengalami luka ringan, jadi pasien sudah boleh pulang usai menyelesaikan administrasi." timpal perawat yang tadi mengobati luka Arya.
"Baiklah suster,,,,kalau begitu saya akan segera menyelesaikan administrasinya." jawab Mirna sebelum meninggalkan Dokter Ferdi bersama Arya di ruangan tersebut, sebab dokter serta beberapa perawat yang tadi memberikan pelayanan pada Arya telah kembali ke meja staf perawat.
Suasana hening baik dokter Ferdi maupun Arya tidak membuka obrolan, sampai beberapa saat kemudian Mirna kembali usai menyelesaikan administrasi rumah sakit.
Mirna dan Dokter Ferdi merupakan saudara sepupu, Ayah dokter Ferdi adalah kakak kandung dari tuan Handoko yang tak lain adalah ayah kandung Mirna.
"Maaf ya bang, nggak bisa sarapan bareng Abang, soalnya Mirna harus mengantar siswa Mirna kembali kerumahnya." ucap Mirna sebelum meninggalkan rumah sakit bersama Arya. Mirna sengaja mengantarkan Arya menggunakan mobilnya, mengingat motor Arya saat ini berada di kantor polisi setempat.
"Maaf ya Bu sudah merepotkan ibu, BTW terima kasih karena ibu juga sudah menyelesaikan administrasi rumah sakit." ucap Arya yang saat ini duduk di samping Mirna yang tengah fokus mengemudi.
"Kamu tidak perlu berterima kasih, karena saya melakukan itu tidak gratis, saya ingin kamu segera menggantinya jika kamu sudah punya uang!!." Mata Arya membulat sempurna mendengar ucapan gurunya tersebut.
"Tapi Bu, bagaimana saya bisa punya uang kalau saya saja belum bekerja." protes Arya.
"Maka gantilah suatu saat nanti,jika kamu sudah memiliki pekerjaan!!" lanjut gadis cantik yang akrab di sapa Arya Bu Mirna tersebut.
"Baiklah Bu..." jawab Arya pasrah.
"Saya juga mau minta maaf sama ibu, karena saya ibu harus membatalkan acara sarapan bersama calon suami ibu" lanjut Arya yang menyangka dokter Ferdi adalah calon suami Mirna, sementara Mirna hanya tersenyum tanpa menjawab ucapan siswanya tersebut.
Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, akhirnya mobil yang di kendarai Mirna memasuki gerbang sebuah rumah yang berada di kawasan elite. melihat kondisi rumah orang tua Arya, Mirna bisa memastikan jika orang tua dari anak itu bukanlah orang yang tak mampu bahkan hanya sekedar membayar administrasi rumah sakit putranya. namun yang membuat Mirna masih bingung mengapa Arya tidak menghubungi orang tuanya, malah memutuskan menghubungi dirinya yang notabennya hanyalah seorang guru di sekolahnya.
Saat mengantarkan Arya kembali ke rumah Bu Mirna sama sekali tidak bertemu dengan orang tua Arya, ia hanya bertemu dengan beberapa ART yang bekerja di kediaman tersebut. setelah memberikan sebuah kresek yang berisi antibiotik milik Arya, Bu Mirna pun segera meninggalkan kediaman orang tua Arya.
Sebenarnya Mirna tidak bersungguh sungguh ketika meminta Arya untuk mengganti uangnya, namun sebagai pendidik Mirna merasa harus mengajarkan pria tersebut bagaimana harus bertanggung jawab.
AKIBAT SUKA BANGET MENDAM PERASAAN,DAN PENGECUT,UNTUNG DI GREBEK, COBA SAAT PERJODOHAN DENGAN KHEANO,TIARA SETUJU, PASTI KAMU AKAN NYESEL SEUMUR HIDUP..