Ayura Kazumi Aditama seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA kabur dari acara pertunangannya sendiri karena tidak mau di jodohkan.
Namum sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya. Karena baru beberapa jam pelariannya dia justru terpaksa menikah dengan pria yang sama sekali tidak di kenalnya.
"What? NIKAH?" pekik Ayura dan Ello bersamaan.
"Iya nikah. Daripada kalian berbuat zina lebih baik di nikahkan saja," sahut bapak Polisi dengan santainya.
"Yang benar saja dong pak. Saya aja gak kenal dia sama sekali. Gimana bisa nikah?" Ayura menunjuk Ello yang wajahnya masih terlihat syok setelah mendengar ucapan bapak Polisi.
Apakah Ayura dan Ello akhirnya menikah?
Baca kisah selengkapnya di "PERNIKAHAN RAHASIA SEPASANG ANAK SMA".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isthiizty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tampil Berbeda
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa saat yang lalu namun Bu Astri sang guru matematika masih sibuk mencoret-coret papan tulis seraya memberi penjelasan.
"Bu, udah bel."
"Iya bu, udah waktunya pulang."
"Lanjutin besok lagi napa bu."
"Pulang bu, pulang."
Begitulah kira-kira rengekan teman-teman sekelas Ayura yang sudah tak sabar ingin segera pulang. Apalagi berakhirnya jam matematika adalah hal yang mereka tunggu sejak tadi.
Bu Astri mendengus kesal mendengar rengekan murid-muridnya. "Ckk.. Kalian ini harusnya berterimakasih sama ibu. Ibu udah ngasih gratis extra jam pelajaran matematika hanya buat kalian," ujar bu Astri menatap kesal ke arah murid-muridnya.
"Lagian ibu kan cuma minta waktu sebentar buat selesaiin penjelasan tentang materi ini. Biar gak gantung. Kayak perasaan ibu ke pak Bima," sambung ibu guru berusia tiga puluh tahun itu dan sontak saja langsung disambut dengan sorakan dari seluruh murid di kelas itu, bahkan termasuk Ayura.
Seluruh murid di sekolah memang sudah mengetahui jika Bu Astri guru matematika mereka menyukai pak Bima guru olah raga yang sudah dua tahun belakangan ini menyandang status duda anak satu.
Dan semua murid Darmawangsa juga tahu kalau pak Bima tak pernah menganggap serius perasaan bu Astri padanya.
"Yah ibu malah curhat," sahut salah satu siswa di kelas Ayura.
"Bukan curhat, ibu cuma mau ngasih tahu kalau di gantung itu rasanya gak enak," ujar Bu Astri yang kini sudah mulai menata buku paket di mejanya. Dan diikuti anak didiknya yang juga memasukan buku mereka ke dalam tas masing-masing.
"Kalau begitu sampai disini dulu pelajaran kita hari ini. Sampai berjumpa lagi di lain waktu. Dan hati-hati di jalan," ujar Bu Astri sebelum akhirnya meninggalkan kelas lebih dulu.
Ayura bersiap pulang. Dia melirik sekilas Laura yang sejak dari kantin mejadi cuek dan terlihat tak suka padanya.
Namun Ayura tak mau ambil pusing. Dia tahu Laura pasti marah karena Ello yang tadi memberinya sekotak susu coklat saat di kantin. Tapi bukankah itu bukan salah Ayura? Bukan salah dia juga kan kalau Ello tak menyukai Laura? Karena perasaan seseorang memang tak bisa di paksakan.
Dan dari sini Ayura bisa melihat, seperti apa sosok Laura yang sebenarnya. Karena jika Laura memang berniat berteman dengannya, gadis itu tak akan marah hanya karena berebut seorang pria.
Ayura bangkit dari duduknya. Basa basi mengajak Laura berjalan bersamaan keluar kelas. Namun jangankan menjawab, Laura bahkan tak mengubris ucapannya. Hingga Ayura memilih tak ambil pusing dan berjalan lebih dulu meninggalkan Laura. Apalagi tadi dia sempat menerima pesan dari Ello yang mengajaknya bertemu di warung kopi sepulang sekolah.
Ayura berjalan cepat menuju gerbang. Pandangan matanya sempat menyusuri parkiran. Dia tak melihat motor Ello. Itu artinya suaminya mungkin sudah menunggunya di warung kopi.
Saat keluar gerbang, dari kejauhan Ayura melihat seorang pria tampan yang sangat dia kenal sedang berdiri menyender di kap mobil Ferrari Portofino berwarna dark grey. Siapa lagi kalau bukan Fano. Supir pribadinya yang di utus papi Genta mengantar jemput dirinya.
"Kak Fano kenapa disini?" tanya Ayura menatap Fano dari atas hingga bawah. Pria tampan yang seusia kakak sulungnya itu hari ini terlihat berbeda. Hanya memakai kaos putih polos yang di padukan dengan celana jeans berwarna biru dongker dan sepasang sepatu sneakers dengan motif tiga garis berwarna hitam.
"Tentu saja menjemputmu," jawab Fano tersenyum menatap Ayura yang selalu saja terlihat sangat cantik.
"Biasanya kakak sibuk meeting," ucap Ayura. Karena memang baru kali ini Fano menjemputnya saat pulang sekolah. Karena biasanya pria itu hanya mengantarnya sekolah dan selalu sibuk meeting saat seharusnya menjemput Ayura.
"Kak Fano hari ini pulang cepet. Sengaja mau jemput kamu. Soalnya besok kakak harus ke luar kota tiga hari," ujar Fano menjelaskan. Dia berharap sebelum berangkat ke luar kota, dia bisa menghabiskan sedikit waktu saja bersama Ayura.
Fano sadar jika dia harus memperjuangkan perasaannya pada Ayura. Tidak hanya duduk diam dan mengandalkan perjodohan mereka.
"Ya udah ayok masuk," ajak Fano seraya membuka pintu depan untuk Ayura.
Setelah memastikan Ayura masuk, Fano mulai mecondongkan tubuhnya ke arah Ayura.
"Kak Fano mau ngapain?" pekiki Ayura yang kaget saat wajahnya dan wajah Fano yang kini berjarak cukup dekat.
"Kakak cuma mau masangin seatbelt buat kamu," ujar Fano tersenyum dan mulai memasangkan sabuk pengaman untuk Ayura.
Setelah memastikan sabuk pengaman terpasang sempurna, Fano mengacak gemas rambut Ayura sebelum akhirnya menutup pintu penumpang.
"Kak Fano ihhh...." Dari luar terdengar rengekan Ayura yang justru membuat Fano terkekeh.
Dan tanpa Ayura dan Fano sadari, ada seseorang yang menyaksikan bahkan memotret apa yang mereka lakukan sejak tadi.
Mobil yang di kendarai Fano sudah melaju menembus jalan raya. Tergambar jelas di wajah Fano jika saat ini dia sangat bahagia. Bisa memandang Ayura sedekat ini saja sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Fano tak akan memaksa Ayura untuk melanjutkan pertunangan mereka. Cukup sekali saja Ayura kabur dari acara pertunagan mereka dan Fano tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi. Dia akan menunggu sampai Ayura benar-benar siap bertunangan dengannya.
"Kita mampir makan siang dulu ya," ajak Fano setelah cukup lama mereka saling diam.
"Langsung pulang aja kak. Ayura capek," tolak Ayura yang memang tak ingin memberi kesempatan Fano mendekatinya.
"Kali ini aja Ra. Besok kak Fano kan sudah harus ke luar kota. Kita gak akan ketemu sampai beberapa hari kedepan," ujar Fano.
"Tapi kak......"
"Please Ra, mau ya. Kali ini aja deh," ucap Fano memohon.
Ayura menghela nafas panjang. "Ya udah. Tapi kali ini aja ya kak," balas Ayura mengiyakan ajakan Fano.
"Iya Ra. Makasih ya udah mau makan siang sama kak Fano," ucap Fano senang. Dan Ayura hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
"Kamu mau kita makan dimana?" tanya Fano.
"Dimana aja. Terserah kak Fano," jawab Ayura yang sebenarnya malas makan siang dengan Fano.
Drt.. Drt.. Drt..
Suara dering ponsel mengalihkan pembicaraan antara Ayura dan Fano. Ayura mengambil ponselnya yang ada di dalam tas dan melihat nama Ello yang tertera di layar. Dan kini dia baru ingat jika saat ini mempunyai janji bertemu Ello di warung kopi.
Ayura melirik sekilas ke arah Fano. Lalu memutuskan untuk menolak panggilan telepon dari suaminya. Ayura tak ingin jika Fano sampai curiga padanya. Apalagi Fano bisa di bilang juga sebagai mata-mata papi Genta.
"Kok gak di angkat teleponnya?" tanya Fano menatap heran ke arah Ayura yang justru mereject panggilan telepon di ponselnya.
"Gak penting kok kak," jawab Ayura asal.
"Memang dari siapa?" tanya Fano ingin tahu.
"Temen."
"Ehh,, itu bunyi lagi lho ponsel kamu. Angkat dulu gih! Siapa tahu penting. Kalau gak penting gak mungkin kan dia nelponin mulu," ujar Fano saat ponsel Ayura kembali berdering.