Aku tak mempunyai daya ketika Papa yang terbaring sakit mempunyai permintaan terakhir. Aku harus menikah dengan sahabat papa atas kemauan terakhir papa. Tidak mungkin aku menolak permintaan orangtuaku satu satunya.
Apakah aku akan bahagia hidup dengan sahabat papa? Jangan lupa baca novel ini,nantikan terus update cerita setiap harinya.
jangan lupa juga baca novel "Cinta dan Sahabat" Selamat membaca reader's semoga kalian suka dengan karya karyaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 // Makan Malam
Gustaf dan Vanly sudah selesai membersihkan diri sekarang. Malam ini Vanly memoleskan make up di wajahnya, tidak seperti hari-hari biasanya hanya memakai pelembab saja. Ketika Vanly hendak berdiri dari depan meja rias, Gustaf memeluknya dari belakang. Gustaf mencium aroma tubuh istrinya yang sangat Wangi itu. Vanly pun tersipu malu melihat perlakuan Gustaf padanya.
"Mas, lepaskan.. aku geli" Ucap Vanly berbohong, padahal ia sedang dihujani rasa malu akibat ulah Gustaf.
"Kalo geli kenapa wajahmu memerah? Padahal kamu tidak menggunakan blush on kan" Sahut Gustaf sembari mengencangkan pelukannya.
"Emm.. Udahlah mas, nanti temanmu menunggu, bahkan aku belum bertemu dengannya" Ucap Vanly mengalihkan pembicaraan.
"Memang yaa.. Istriku ini pandai sekali mengalihkan pembicaraan" Ucapnya sembari melepas pelukannya dan menggandeng tangan istrinya menuju lantai bawah.
---
Ternyata Ziko sudah menunggu di depan meja makan, Ziko melihat Gustaf dengan seseorang yang sangat cantik menuruni anak tangga.
"Wah.. you lama banget bro." Gerutu Ziko dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Sorry bro, tadi masih rebahan dulu soalnya masih capek" Jawab Gustaf bohong sembari melirik ke arah Vanly.
Gustaf pun menarik kan kursi untuk Vanly bak seorang Ratu, Ziko mengamati tingkah dua orang yang sedang ada di depannya.
"Ini adikmu bro? She is beautiful" Ucap Ziko tanpa melepas pandangannya pada Vanly. Sedangkan Vanly yang mendengar pernyataan sahabat suaminya itu hanya tertawa, bagaimana tidak? Memang sekarang ia lebih pantas menjadi seorang adik atau bahkan seorang anak dari Gustaf, namun siap sangka ia malah menjadi istri sahnya.
"Enak aja bro.. Dia bini gua, nyonya rumah ini. Jadi tolong jaga pandanganmu itu" Sahut Gustaf dengan sewot.
"Apa yang membuatnya mau menikah denganmu? Kau sudah tua! Seharusnya ia bisa mencari lelaki yang seumurannya bukan" Ucap Ziko sembari tertawa.
"Umur boleh tua, tampang harus muda" Jawab Gustaf dengan angkuh dibarengi tertawa yang memenuhi semua ruangan.
Gustaf, Vanly, dan Ziko pun menyantap makanan yang telah di hidangkan. Tampak sesekali Gustaf memuji masakan buatan istrinya dan bi Piah. Selama di Australi ia tidak bisa memakan makanan Indonesia, hanya makanan cepat saji saja yang ia makan.
"Oh iya sayang, mas belum mengenalkannya padamu" Ucap Gustaf sembari menunjuk Ziko.
"Dia Om Ziko, sahabat mas ketika masih kuliah sekaligus rekan bisnis perusahaan mas" Sambungnya.
"Enak saja you mengajarkan istrimu memanggil ku om, jika ia bisa memanggilmu mas, why I can't?" Jawab Ziko tanda tidak setuju.
"Terserah dong, dia bini gua, sedangkan you only sahabat" Sahut Gustaf.
Vanly pun hanya tertawa mendengar perdebatan kedua sahabat ini. Maklum jika mereka selalu berdebat, jiwa muda di antara mereka masih bergejolak, dan pertemuan yang singkatlah yang membuat mereka seperti itu.
"Sudah.. Sudah.." Lerai Vanly.
Gustaf dan Ziko pun sama-sama diam setelah mendengar Vanly melerai mereka berdua.
"Baiklah kucing dan tikus, karena sama-sama tidak ada yang mau mengalah, biar aku saja yang memutuskan. Aku akan memanggil sahabat mas Gustaf sengan sebutan Mas Ziko saja, biar tidak ada perbedaan diantara kalian, okay?"
Gustaf pun langsung membelalakkan matanya, serasa tak percaya jika istrinya berpihak pada sahabatnya dari pada dirinya sendiri.
Sedangkan Ziko pun menjulurkan lidahnya merasa puas dengan jawaban Vanly.
"Sudah jangan berdebat lagi ya.. " sambung Vanly dengan tersenyum.
Ziko pun menganggukan kepalanya tanda setuju, sedangkan Gustaf hanya diam dengan wajah datarnya.
----
Makan malam beserta perdebatannya sudah selesai, Vanly meminta bi Piah untuk membersihkan meja makan. Sedangkan Ziko berjalan memasuki kamarnya.
Ketika bi Piah sudah kembali di dapur, Vanly hendak kembali ke kamarnya, namun di tahan oleh Gustaf.
"Bisa-bisa nya kamu lebih berpihak pada orang lain dari pada sama sumimu ini" Ucap Ziko sembari menahan lengan Vanly.
"mas.. aku.. " belum selesai Vanly menjawab Gustaf segera ******* bibir mungil Vanly dan menggendongnya ala bridal style sembari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Hari ini aku tidak akan melepaskanmu sayang.. aku akan menghukum mu karena kamu tidak berpihak pada suamimu ini" Sahut Gustaf sembari mencium kenung istrinya dengan lembut.
---
hai guys!
jangan lupa vote novel ini ya,
tinggalkan like dan komen jika setelah membaca, jangan sampai kelewatan❤
baca cerita ini, kangen suami.....