"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Pentingnya Berbaik Sangka Terlebih Dahulu
Ariel masih diam ditempat, memperhatikan lelaki yang juga masih merentangkan kedua tangannya, “Cepat! Apa kau ingin membuat tanganku kram?!” keluh Alfred.
Ariel menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar, “Tuan, bisakah Anda bicara lebih jelas!” Bahasa seperti itu, mana bisa saya cepat mengerti....
Lebih jelas….
“Apa kau pikir, aku ini orang yang tidak jelas?” tanya Alfred tidak suka.
Is…begitu saja dia tersinggung.
“Tuan muda Alfred Smith, yang terhormat,” Ariel menyebut nama lengkap lelaki itu dengan menundukkan kepalanya, “Maksud saya, bisakah Anda menjelaskan lebah jelas, apa yang harus dibuka!”
“Ternyata…tidak ada yang peka seperti Arthur,” gumam lelaki itu tapi jelas terdengar di telinga Ariel.
Dia mulai membandingkan satu dengan yang lainnya. Dua orang yang berbeda dengan karakter yang berbeda, mana bisa disamakan.
Alfred menurunkan sorot matanya, pada kancing piyama yang berjejer menunggu respon dan kepekaan wanita di depannya.
Tidak bisakah dia langsung bicara saja, kenapa suka sekali membuang-buang waktu seperti ini. Dia mau mandi, kan! Banyak sekali dramanya.
“Apa, tuan?”
“Nona, tuan muda meminta Anda membukakan piyamanya.” Entah dari mana dan sejak kapan, tiba-tiba saja Arthur sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi.
Ariel terlonjak tapi tidak dengan Alfred, ekspresi Alfred mengatakan! Arthur yang sejak tadi tidak menyimak saja paham apa yang ia maksud, kanapa Ariel sulit sekali untuk memahami.
Tapi ini tidak penting dibahas karena bagi Ariel ada yang jauh lebih penting.
“Buka baju?”
“Ya!” Jawab Arthur dan Alfred secara bersamaan.
“Kenapa? Maksudnya kenapa harus dibuka dengan saya? biasanya membuka sendiri.”
“Tangan tuan muda, pagi tadi terkilir, disarankan untuk jangan banyak bergerak. Tidak sulit bukan melakukan pekerjaan ini,” jelas Arthur.
Terkilir…dia hanya tidur semalaman bisa terkilir? Apa dia tidur sambil salto....
“Maaf, tapi apa tidak sebaiknya Anda saja?” Kata Ariel yang ditunjukkan pada Arthur.
“Tidak!”
“Kenapa?”
“Karena tuan muda tidak memerintah saya, sudah Nona. Jam sepuluh nanti tuan muda keluar, jangan membuang-buang waktu berharga beliau.”
Dia sendiri yang banyak membuang waktu dengan bicara setengah-setengah....
Ariel menghela pasrah! Oke! hanya membuka kancing baju saja.
Ariel berjongkok mengimbangi Alfred tanpa ekspresi karena sudah jengah, ia langsung menyambar kancing piyama Alfred tanpa permisi.
“Kau…terlalu bernafsu. Tidak bisakah pelan-pelan,” ucap Alfred, saat mendapati gerakan Ariel yang sangat tergesa-gesa.
Bernafsu….
Ariel memicing.
“Sekarang kau berani menajamkan mata pada saya, tuanmu.”
Ariel langsung memasang mata sayu, “Tidak tuan, saya mana berani melakukan itu.”
Dia benar-benar sangat menyebalkan....
Kancing piyama sudah terbuka dengan sempurna. Tentu saja pemandangan dibalik kain hitam itu terpampang di depan mata Ariel.
Dada bidang dengan garis-garis yang membentuk persegi empat serta ditumbuhi bulu-bulu halus. Mampu membuat Ariel menelan ludahnya.
Bentuk tubuhnya tidak seperti orang yang hanya bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun di atas kursi roda tanpa melakukan olahraga fisik apapun. Kekar dan terlihat sangat kuat.
“Jangan berpikir macam-macam, cepat lakukan tugasmu,” cetus Alfred saat melihat Ariel tercengang menatap dadanya.
Ariel gelagapan, dan langsung melepas sempurna piyama dari badan yang sesaat membuatnya terkagum.
Lengannya juga begitu kokoh dengan urat-urat yang terlihat perkasa. Apa mungkin orang cacat yang tidak bisa melakukan apapun bisa memiliki tangan seperti ini?
“Sudah, tuan!”
“Yakin sudah! bagaimana dengan yang lainnya?”
Yang lainnya? Apa itu celana?
Ariel langsung menggeleng dengan cepat, orang bilang! Lelaki ini tidak akan bisa memiliki keturunan karena bermasalah dengan sistem reproduksinya. Ariel pikir, bentuk ular di bawah sana tidak seperti ular-ular pada umumnya.
Ularnya pasti tidak bisa berdiri, kan!
“Maaf tuan, untuk yang satu ini, saya sungguh tidak bisa melakukannya.”
Alfred menatap gadis itu, “Tidak bisa melakukannya! Kenapa?”
“Itu…sudah menyangkut ke area pribadi yang tidak boleh dilihat atau dijamah oleh sembarang orang. Saya yakin Anda mengerti maksud saya.”
Alfred mengerutkan kening, “Area pribadi! Apa yang sedang kau bicarakan? Apa kau sedang membayangkan, tindak tidak senonoh terhadap saya?
Hah….
“Tidak!” Jawab Ariel cepat ia menegakkan badannya, kali ini harus berani bicara agar kesucian mata dan tangannya terjaga, “Tuan, saya tidak bisa membantu, membuka celana Anda.”
Membuka celana?
Alfred menggelengkan kepala, bereaksi tidak percaya dengan apa yang Ariel pikirkan dan bicarakan, “Apa saya bicara seperti itu? Apa saya memintamu untuk membuka celana saya? Atau justru itu yang sebenarnya kamu inginkan?”
Ariel menggeleng tapi dalam hatinya berkata .
Dia yang mau, kan!
“Tapi tadi Anda bilang….!”
“Saya hanya bilang, apa benar kamu sudah menyelesaikan tugasmu, bagaimana dengan yang lain! Dan saya hanya akan memintamu untuk membantu saya turun ke bak mandi, bukan membuka celana saya.”
Ariel keringat dingin, ini sangat memalukan….. Pentingnya berbaik sangka terlebih dahulu.
Ariel menundukkan kepala, “Maaf tuan, saya sudah berpikir terlalu jauh.”
“Keluarlah!” Usir Alfred.
“Apa Anda tidak mau saya bantu?”
Alfred kembali menatap Ariel, “Kau pikir, saya masih bisa percaya pada orang yang mempunyai pikiran asusila!”
Pikiran asusila….
“Cepat keluar! Apa kau masih terus di sana, memuaskan fantasimu!”
Ariel mengepalkan jari-jari tangannya. Rasanya, ingin sekali dia memukul kepala Alfred.
“Baik tuan, saya keluar sekarang. Permisi.”
Ariel meripil keluar dengan perasaan luar biasa kesal.
...
Dasar bedebah... sialan! Tindakan tidak senonoh... pikiran asusila.... Apa ini? Ya Tuhan... kenapa aku tidak diberikan kesempatan untuk memukul kepalanya satu kali saja....
“Nona!” Panggil Imel, ia melihat Ariel memukulkan tangannya di udara.
“Ya! Bi.” Ariel kaget, dan kikuk.
“Apa ada masalah, nona?”
“Tidak ada, ah ini…tanganku pegal-pegal,” ralat Ariel cepat! Jika dia bilang sedang kesal pada Alfred, pasti wanita paruh baya itu membela tuannya.
“Syukurlah! Jika ada masalah jangan sungkan-sungkan untuk bercerita pada saya, nona. Mungkin saya bisa sedikit membantu Anda.”
“Terima kasih bi,” ragu-ragu Ariel bertanya, “Bi, hari ini, tuan muda akan pergi kemana?”
“Tabib, nona.”
“Tabib?”
“Benar, sudah lima tahun terakhir ini beliau melakukan pengobatan tradisional. Meskipun belum ada perubahan yang terlihat, tapi saya yakin suatu saat nanti akan ada keajaiban untuk tuan muda. Yang penting, beliau tidak menyerah untuk melakukan pengobatan.”
Ariel terdiam sejenak otaknya sedang berpikir, menduga,mengaitkan sesuatu dengan apa yang dia lihat di kamar mandi lelaki itu, “Bi. Apa kau yakin, jika tuan muda, benar-benar tidak bisa berdiri! Dan berjalan?”
Imel kaget! “Apa maksudnya nona?”
Bibi Imel sepertinya tidak tahu apa-apa! apa yang aku pikirkan, tidak mungkin kan, kalau sebenarnya dia tidak cacat!
minimal 2bab sehari🥰
lanjut thooor