Karena salah paham saat mendengar percakapan Ayahnya tentang pelaku yang terlibat dalam kecelakaan Kakeknya saat dia.masih kecil sehingga membuat seorang pemuda bernama lengkap Arishaka Narendra membalaskan dendamnya kepada seorang gadis bernama Nindia Asatya yang tidak tahu menahu akan permasalahan orang tua mereka di masa lalu.
Akankah Nindia yang akrab di sapa Nindi itu akan memaafkan Shaka yang telah melukainya begitu dalam?
dan Bagaimana perjuangan Shaka dalam meluluhkan hati Nindia gadis yang telah ia sakiti hatinya itu!
Mari kita simak saja kisah selanjutnya.
Bijaklah dalam membaca mohon maaf bila ada nama tokoh atau tempat yang sama. semua ini hanya hasil karangan semata tidak untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Choki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luna malaikat penolong.
"Huek!!! Huek!!!" Shaka memejamkan kedua matanya saat rasa mual itu datang kembali menyiksanya. Saat ini dirinya tengah berada di dalam kamar mandi. Untuk menggosok gigi setelah mandi. Namun belum selesai menggosok Gigi. Perutnya sudah mual bagai di aduk-aduk..
Akhir-akhir ini hal yang paling di benci Shaka, adalah menggosok gigi di pagi hari. Karena setiap kali dirinya menggosok gigi, sudah pasti akan muntah. Seperti saat ini. Tetapi anehnya itu hanya berlaku pada pagi hari. Jika siang hari tidak mual sama sekali.
Sebisa mungkin dirinya meredam suara muntahnya. Jangan sampai terdengar oleh kedua orang tuannya. Mereka pasti makin bertanya-tanya akan penyakit yang menderanya saat ini. Dan itu tidak baik baginya saat ini.
"Apakah...apakah benar wanita itu tengah mengandung? Dan aku saat ini sedang mengalami syndrome simpatik?" Batin Shaka sembari menatap pantulan wajahnya di dalam cermin yang sedikit pucat. Dirinya terlihat tidak sehat seperti biasanya.
"Hah! Bisa saja Kian salah mendiagnosa." Ucapnya lagi menolak kebenaran.
Tok!! Tok!!
"Kak Shaka.... Kakak!....! sudah di tunggu di meja makan." Suara ketukan pintu di iringi teriakan Salsa yang memanggil namanya. Membuat Shaka segera menyudahi kegiatannya di kamar mandi.
"Kak Shaka...!" Tok!! Tok!! Teriaknya lagi.
" Iya dek! "Sahutnya sembari membuka pintu kamarnya. Di depan pintu kamarnya sudah berdiri adik bungsunya itu. Menatapnya dengan tatapan heran.
"Kak Shaka sakit lagi?" Tanyanya sembari mengusap kening Shaka dengan punggung tangannya. Salsa begitu khawatir dengan keadaan Kakak pertamanya itu. Salsa adalah type yang selalu perhatian terhadap kakak-kakaknya.
" Nggak kok, cuma sedikit mual aja. Mungkin masuk anginnya belum hilang." Kilahnya yangg tak ingin kedua orang tuannya sampai tahu jika dirinya masih mual-mual.
"Kak Shaka, kita ini tumbuh dan besar bersama. Kita sudah saling mengenal karakter masing-masing kan?" Tukas Salsa lagi sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Melihat sikap Kakaknya itu.
"Yuk turun, nanti Ibu naik lagi, karna kita yang di panggil tak kunjung turun." Ucap Shaka mengalihkan pembicaraan. Sembari merangkul bahu adiknya itu mengajaknya untuk turun ke bawah.
Salsa pun tidak lagi membahas soal penyakit Kakaknya itu. Kedua kaka beradik itu mulai menuruni undakan tangga bersama.
🌻🌻🌻🌻🌻
Nindia tiba di tempat kerjanya dengan keringat bercucuran. Dirinya harus berjalan lebih cepat agar tidak terlalu terlambat tiba di Toko.
"Maaf ya Ci, saya terlambat." Nindia langsung meminta maaf kepada Cici San-san yang sedang duduk di balik meja kasir.
"Kamu kok bisa terlambat?, terus kenapa kamu keringatan seperti ini, seperti dari lari maraton aja." Ucap Cici San-san sembari menelisik penampilan Nindia Yang kening dan pelipisnya bercucuran keringat.
"Maaf, Ci. Tadi pagi ada sedikit masalah dengan pemilik kost tempat saya tinggal. Makanya saya datangnya terlambat." Ucap Nindia. Jujur apa adanya.
"Baiklah, tidak apa-apa! Silahkan masuk dan bekerjalah dengan baik." Ucap Cici.
Nindi bernafas lega, dan tanpa menunggu lama segera masuk kedalam Toko. tak lupa menyapa teman-temannya dengan meminta maaf. Dan menjelaskan alasannya mengapa dirinya terlambat.
"Enak banget ya sekarang, jadi kesayangan Bu boss. Mau datang jam berapa saja bebas. Kamu ini beban banget tahu?" Semprot Rani yang semakin kesal saja saat melihat Nindia datang terlambat.
"Maaf kak Rani, kan saya tadi sudah menjelaskan alasanya menggapa saya terlambat." Nindia kembali menjelaskan. Barangkali temanya itu sudah mulai pikun.
"Halah. Alasan. " Ketus Rani seraya berlalu dari hadapan. Nindia
Memuat Nindia hanya menghela nafasnya pasrah.menghadapi sikap Rani. Satu-satunya teman yang selalu bebuat tidak baik kepadanya. Selalu menzolimi nya.
Nindia pun segera mengerjakan pekerjaan nya. Tanpa menghiraukan sikap Rani yang selalu ketus kepadanya.
Tidak terasa jam begitu cepat berputar. Kini sudah waktunya pulang kerja. Nindia kembali mencari kost yang bisa di bayar belakangan. Sebab dirinya sudah tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar Kost. Harus menunggu gajian nanti baru bisa bayar. Namun rata-rata pemilik kost, Langsung bayar di muka.
Hingga jam menunjukkan pukul 19: 00 Nindia juga belum juga menemukan tempat tinggal. "harus mencari kemana lagi ya! Ini sudah malam. Aku juga sudah capek banget." keluhnya sembari menghembuskan nafas kasarnya saat kost ke 7 yang ia datangi namun semuanya menolak jika bayar sewa di akhir. Semuanya ingin bayar di muka.
Lelah mencari kost. Apalagi setelah bekerja seharian. Dengan kondisi hamil muda. Beruntung dirinya tidak mengalami yang namanya ngidam. Sudah pasti tubuhnya cepat lelah dan butuh istirahat yang cukup.
Karena tidak menemukan tempat tinggal. Akhirnya Nindia memutuskan untuk kembali ke tempat makam itu. Di mana ia menitipkan barang-barangnya tadi pagi.
Sesampainya di sana rupanya Bapak penjaga makam itu tidak ada di tempat. Mungkin tengah pulang ke rumahnya. Pikir Nindia. wanita itupun duduk di pinggir tembok yang di cor agar bisa di duduki. Nindia duduk termenung, meratapi nasibnya yang malang.
Karena tidak tahu harus kemana. mencari tempat untuk berteduh. Akhirnya Nindia memutuskan untuk beristirahat di pos TPU tersebut. Biar lah malam ini dirinya akan menginap di pos itu saja.
Perasaan takut jika ada orang yang berniat jahat terhadapnya yang seorang wanita, berada di pos TPU malam-malam begini. Nindia abaikan pasrah pada takdir sang Pencipta.
Dengan melawan rasa takutnya Wanita malang itu merosot kan tubuhnya di pojok pos itu. Duduk dengan membalut tubuhnya dengan selimut yang dia bawa dari kost-kostan sebelumnya.
Selimut tipis itu ia beli bersamaan dengan kasur busa yang ia pakai sebagai alas tidurnya di kost. Namun Pemilik kost enggan mengembalikannya. Katanya itu sudah menjadi hak kost-kostannya.
Entah jam berapa Nindia mulai tertidur. Hingga pagi menjelang wanita malang itu baru terbangun saat bapak penjaga TPU itu membangunkan nya.
"Neng... Eneng ini yang kemarin nitip barang-barang disini kan?" Tanya penjaga makam tersebut memasang wajah bersalah. Sebab semalam dirinya pulang kebih cepat sebab ada urusan urgent di rumah.
Nindia yang terkejut itupun segera bangkit dari duduknya.
"Iya Pak. Maaf kan saya ya Pak, sudah lancang numpang tidur disini." Ucap nya takut-takut jika penjaga makam itu akan memarahinya.
"Ya Tuhan, jadi Eneng tidur disini semalaman?" Kagetnya tak percaya. Ada orang yang begitu berani tidur di tempat makam seperti ini.
"Iya, Pak. Tolong maaafkan saya." Sahutnya lagi benar-benar sangat merasa bersalah.
"Tidak apa-apa Neng, apa Neng tidak memiliki keluarga dikota ini?" Tanya Penjaga makam itu lagi. Kasihan.
"Tidak punya Pak, saya baru datang dari kampung Pak, karena kebetulan Ibu saya di makamkan di kota ini." Jelasnya lagi.
"Nindi!! Astaga..."
Suara seseorang yang memanggil namanya membuat Nindia menoleh ke sumber suara tersebut.
"kak Luna? Kok bisa ada disini?" tanyanya heran melihat Luna berada di tempat itu di pagi buta seperti ini.
"Seharusnya aku yang tanya begitu. Kok bisa kamu ada disini Nindi.... Semalaman aku cari kamu, tahunya kamu malah nginap disini. Eh kamu beneran nginap disini Ndi?" Tanya Luna tetangga kost Nindia.
"Iya kak, aku nginap disini." sahutnya sembari menatap Bapak penjaga post TPU itu.
Si Bapak hanya tersenyum kecil saja memperhatikan interaksi kedua wanita itu.
"Aku mencarimu kemana-mana. Tapi nggak ketemu. Baru pagi ini aku teringat TPU ini. Dan ternyata benar. Kamu berada di sini. Kamu nginap disini semalaman? Ya ampun Nindi, kenapa kamu nggak nunggu aku kemarin" Tukas Luna lagi penuh khawatir.
"Aku bahkan tidak di izinkan untuk menjelaskannya pada mereka kak. mereka langsung membuang semua barangku keluar kamar dan mengusirku. aku Numpang nginap disini semalam. Soalnya nyari kost-kostan nggak dapat. Jadi aku numpang di pos ini. Untung bapaknya baik. " Ucap Nindia sembari menunjuk Bapak penjaga Makam itu.
"Ya ampun Ndi, Terimakasih banyak ya Pak, sudah menolong teman saya!" Luna mengucapkan terimakasih kepada Bapak penjaga pos itu. Yang di respon dengan anggukan kepala oleh sang Bapak.
"Kasian banget sih kamu. Mereka emang nggak punya hati. aku nyari kamu semalam. Sampai jam 12 malam loh. Tapi aku nggak ingat tempat ini. Baru tadi pagi aku ingat, mungkin saja kamu datang kesini. Dan ternyata benar. Kamu ada disini." Luna bahkan memeluk tubuh Nindia sebagai ungkapan rasa sayangnya kepada Nindia yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.
Next...