Namaku Nila ,Aku hanyalah seorang perempuan kecil yang belum tahu apa-apa
ketika diusia lima tahun, aku diajak main kuda-kudaan
disungai pinggir kebun oleh ayah sambungku. Aku benar- benar tak mengerti
dengan diriku saat itu. Barulah ketika berusia 10 Tahun, Ketika mandi polos bersama dengan teman-teman perempuanku disungai batang kalam aku menyadari bahwa yang mereka punya berbeda bentuknya dengan yang aku miliki. Wajah kecilku yang ceria berubah, mulai saat itu aku tak mau tampil polos lagi. Pribadiku yang ceria berubah jadi Intover. Apa yang aku alami itu berpengaruh besar terhadap hidupku, jiwaku,dan cintaku hingga aku dewasa dan menikah,
Noda itu merusak hatiku,keputusanku dan tentu saja pernikahanku.
Hidupku seperti siang malam yang slalu berganti, sehari aku bahagia esoknya akan ada airmata.
Aku gagal dan gagal lagi dalam pernikahanku, hingga pernikahan ketigaku ini, kubagikan kisah ini untuk menjadi peringatan pada para ibu untuk menjaga anak -anak perempuan kita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nilda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengapa
Terus kulalui jalan ini, mesti berliku, lebih banyak tanjakan dari pada yang datar, seperti jalan menuju
tempat kerjaku ini, gabaran perjalanan kehidupanku, bahkan lebih dari ini. Dijalan berbatu ini tak ada onak dan duri,
hanya banyak debu dimusim panas, dan jalan lembek dimusim hujan, karna bebatuan masih bercampur dengan
tanak liat, yang tiap habis digleder bisanya akan diguyur hujan, hingga sulit untuk dilalui. Namun sesulit apapun jalan,baik itu jalan kasar, atau jalan hidup, meski kita lalui, selagi kita masih bisa membuka mata. Walau kadang
tergelincir, terseok, bahkan terjatuh, ya berdirilah sendiri lebihsemangat lagi, karna intinya, teman, sahabat hanyalah sebagai penonton, sedang yang menanggung, tetaplah diri kita pribadi.
Seperti sampai hari ini, aku masih berhasil menyembunyikan statusku sebagai seorang Janda dihadapan kolega dan biang gosip, karna kesetiaan teman dekatku, tetanggaku menjaga rahasia ini. Tapi ini semua takkan berlaku untuk esok, ataupun lusa, karna minggu itu, aku didatangi oleh tamu yang membuat airmataku kembali terbuang percuma. Saat Juru sita PA talu
berkunjung kerumah untuk mengantar surat panggilan sidang gugat cerai dari ayah dari anak- anakku, bang Andi
yang menggugat cerai, untuk mendapatkan akta cerai, kebetulan juru sita itu mau pulang kampung juga, ia teman sekampung dengan bang Andi. .
" Jadi ia benar- benar sudah ngebet dia menikahi adik mantan pacarnya itu bang Habid? " tanyaku tanpa bisa meyembunyikan butiran bening yang mengembang.
" Abang tak tahu juga Nila, karna Nila tahu kan abang bertugas di PA, pulang kekampung hanya sesekali, jadi mana tahu abang gosip dikampung. Abang saja sudah sangat lama tidak bertemu dengannya, hanya sekilas dua
minggu yang lalu, waktu ia mendaftarkan sidang gugat cerai ini. " Jelasnya yang nampak sungkan melihat diriku
yang tak kuasa menahan tangis.
" Mf ya bang, Nila sudah menyampaikan pertanyaan tak berguna." kataku menyeka air mata yang masih menetes.
" Tak apa-apa, wajar Nila bertanya,karna abang sama diakan sama- sama berasal dari PGA yang sama dan kampung yang sama. Tapi jujur La,mantanmu itu termasuk dalam teman sekelas abang yang paling sombong, ia
tak pernah menyapa abang selama ini, kecuali ada maunya. " katanya yang tak kutahu benar atau hanya sekedar
untuk membuatku tak lagi begitu memeikirkan bang Andi.
" Baiklah bang..aku pasti datang memenuhi undangan Pengadilan Agama, besok minta izin sama kepala sekolah. "
kataku setelah menarik nafas panjang.
" Terserah Nila,kalau Nila tidak ingin repot ngak usah datang, biar ia cepat mendapatkan Akta cerainya, tapi
kalau Nila merasa ingin menuntut balik, silahkan datang, nanti proses cerainya akan lama,dan sekalian bisa
menunda keinginannya untuk membuat boru lagi. Tapi untuk itu, Nila harus berpandai-pandai mengatur waktu
dan pekerjaan, jangan sampai gara- gara sidang, pekerjaan Nila terancam. Ingat ! ini anakmu yang akan
diperjuangkan masa depannya. Abang yakin, kalau diberikan pada ayahnya, hidup mereka akan terancam,
karna abang lihat ayahnya kurang bertanggung jawab. Kalau kami orang mandeling yang lain, bisa mengurus anak
dengan baik kaum lelaki, bila terjadi perceraian, tapi kalau ayah mereka nampaknya takkan sama dengan lainnya.
" Jelasnya memberi nasehat.
" Baiklah bang Habid, Nila akan berusaha untuk mengaturnya supaya bisa menjalani dua- duanya dengan baik.
kataku mantap. Tak ingin terlihat lemah lagi. Aku sendiri heran dengan diriku ini yang mengapa masih saja meneteskan airmata saat tahu ia takkan lagi bermaksud ingin kembali padaku. Dengan menggugat cerai dipengadilan, berarti ia sudah mantap untuk meninggalkan aku dan anak- anak seutuhnya. Tak ada lagi harapan
sebenarnya untuk memperbaiki semuanya. Tapi bukan itu maksudku ingin menghadiri sidang, hanya sekedar
memperlama proses pencapaian tujuannya untuk benar- benar lepas dariku dan menikah dengan perempuan itu.
Begitu sudah sampai disekolah, aku langsung siap- siap unuk menghadap ibu kepala sekolah, dan dengan membawa surat panggilan dari pengadilan, aku menghadap ibu kepala sekolah. Kuhadiahi ibu kepala sekolah
dengan senyuman termanis kumulai membuka suara begitu sampai diruangan.
" Wah...! Ibu makin muda dan menawan hari ini, mungkin karna baju baru yang nampak cocok kombinasinya dengan warna kulit kali ya ? " Kataku memberi pujian.
" Memang hanya hari ini ya, sebelumnya bagaimana ? tanyanya bernada protes.
" Up..Salah kata lagi, fikirku dalam hati, kemudian menarik nafas dan berfikir kilat untuk memperbaiki suasana
hatinya.
" Sebelumnya paling cantik dan awet, tapi hari ini makin mempesona, mengalahkan yang lebih muda umurnya. "
kataku lagi.
" Iya deh..Nih bocah pasti ada maunya. " katanya sambil menatapku dan kemudian mengedipkan matanya.
" Benarkan ??? " tanyanya lagi, karna melihat aku masih tersenyum tipis.
" Ibu tahu aja, Udah cantik banyak pula isi dadanya. " kataku lagi.
" Jelas berisi dong dadanya, kalau ngak berisi mana bisa bernafas, itupun
pasti aneh tampak ongkunya Nila, kalau dada datar " katanya dengan senyum mengembang menikmati candaannya yang mengarah kemesum.
" Ibu bisa aja bercandanya. " kataku setelah berhenti tertawa. Kemudian kusampikan maksudku untuk meminta izin menghadiri setiap sidang yang akan kujalani next time. Karna aku masuk siang, dan sidangnya pagi hari, jadi
dengan kecepatan sedang masih bisa dikejar, jadi kalau terlambat sedikit,itulah yang Nila mintak toleran sama ibu
kepala sekolah. Dan Alhamdulillah, mungkinkarna masuknya bagus, aku dapat suport yang cukup menyenangkan
darinya.
" Jalani saja semua proses sidangnya, agar ayah dari anakmu tak semudah itu mendapatkan keinginannya. Mintak juga uang Idahmu, dan uang belanja untuk anak. Andaipun tak terkabul, setidaknya ia tidak semudah membalikkan
telapak tangan menggantikan Nila. " katanya.
" Oh Ya...untuk mengamankan kelas kalau Nila kadang telat, jika ada halangan dijalan, konfirmasi sama guru bidang studi, kan jadwalnya tiap rabu, ada bidang studikan ? Katanya lagi.
" Ada buk..Olahraga. " Jawabku.
" Berarti aman, Alex orangnya mudah diajak bekerja sama. " katannya begitu tahu Alek tepan joinku masuk kelas
hari Rabu.
Kutarik nafas dalam- dalam sekali lagi, sedikit lega, karna satu masalah sudah ada solusinya, walau masih berjibun
masalah yang akan kuhadapi kedepannya.
" Jangan pusing- pusing.! Ntar cepat tua, jalani aja dengan santai. Oke ! " katanya sambil menepuk lembut pundakku. Akupun berusaha untuk tersenyum lagi.
" Makasih ya buk, atas suportnya, dan bantu Nila dengan doa juga. " Pintaku sebelum pamit dari ruangannya.
" Baiklah...doa nenek bersamamu. " katanya kemudian menguatkanku dengan menekankan kata nenek, supaya
aku lebih kuat, karna ia berbicara bukan hanya sebagai kepala sekolah, tapi sebagai nenek bagiku. Memang itu
adalah hubungan kami kalau diluar jam dinas.
Sidang pertama dipengadilan, sesuai dengan kebiasaan, karna kami sama- sama hadir, maka prosesnya sesuai
prosedur adalah dengan Mediasi. Kami disuruh memilih salah seorang ahli yang didaftar untuk mediasi.
Aku memilih perempuan, sedangkan ia memeilih yang laki- laki. kemudian diputuskan untuk memetapkan
pilihanku, aku lihat wajahnya nampak kesal. Kamipun menuju ruang mediasi, setelah setengah jam bermediasi, ibu mediator melaporkan kepada jaksa tentang kegagalan mediasi. Akhirnya hakim menokok palu bahwa sidang gugat cerai dilanjutkan, dua minggu berikutnya. Begitu mau meninggalkan lokasi pengadilan, putriku Niliya menyodorkan
3 lembar uang seratus ribu padaku.
" Ini tadi kacih Oom - oom yang tadi. " katanya menunjuk kedepan, kulihat ternyata itu bang Andi yang baru saja
menjalankan motornya, beranjak meninggalkan pengadilan.
" Itu bukan oom Nak..tapi ayah Niliya..:" kataku menjelaskan.
" Bukan ayah ! api Oom ! Kalau ayah lumah, kayak ayah Bang Ion. " katanya dengan alasan yang kuat, aku hanya
tersenyum, kemudian mengusap kepalanya.
" Ayo gendong nenek. Kita balik, umak mau cepat masuk kerja. Aku tak bisa menjelaskannya pada putriku saat ini,
aku ingin segera sampai di PT dan melaksanakan tugasku. Dengan segera kustarter motorku, dam mulai menyusuri jalan panjang menuju
tempat kerjaku. Untuk memberi pengertian pada putriku, pasti akan aku lakukan, tapi kalau aku sudah punya waktu
luang menjelang tidur, atau waktu santai dirumah. Aku tak mau putriku membenci siapapun, apalagi itu ayahnya,
ayah tetaplah ayah, walau bagaimanapun keadaannya, Ia takkan bisa dipungkiri.
Selama hampir dua tahun menjadi janda, dengan status disembunyikan, hidupku aman dan nyaman dari godaan
ataupun gangguan dari kaum lelaki, karna yang mereka tahu aku masih menikah. Tapi hari ini, setelah memulai
proses dipengadilan, statusku terungkap, mak Dion tak dapat lagi membendung mulut orang tentang kehancuran
Rumah tanggaku. Kalau dulu ada alasan, suamiku tak pulang karna menjaga ibunya. Sekarang berita itu tersiar
sudah, suamiku menggugat cerai, karna ingin nikah lagi, dengan adik darimantan pacarnya. Berbagai komen muncul, tak urung juga, para Duren mulai mendekatiku, bahkan yang berstataus juga coba- coba menggoda.
Maklum kaum adam memang sudah kodratnya begitu, tinggal kita saja yang menanggapinya bagaimana.
Tak mau ketinggalan kereta, ayah Dion juga mengenalkan aku dengan teman barunya, sopir pribadi Bos besar.
Sudah beberapa kali datang berkunjung ketetangga sebelah, menitip oleh- oleh untuk anak- anak, berupa roti
dan baju- baju lucu, setiap ia pulang berkeliling dengan bos, atau habis balik dari kampung Big bos. Aku sih
menanggapinya biasa saja, cuma ayah Dion nampaknya semangat sekali menjodohkanku dengan Mas itu.
Sedang mak Dion hanya senyum- senyum simpul saja, tahu diriku yang payah untuk dimasuki mungkin.
Yang namanya perempuan, kelemahannya, saat hati sedang gundah dan sedih, ada yang menyodorkan bahunya tenpat bersandar. Tak urung dengan diriku yang juga perempuan biasa. suatu kali habis pulang dari pengadilan, hatiku sangat tersayat dengan kata- kata tajam yang dilemparkan bang Andi dipengadilan, ia bahkan menuduh diriku perempuan matre yang tak sanggup tinggal dengannya karna ingin kaya. Sampai malamnya dirumah, aku masih termenung dan merasa sakit dengan semua kata- katanya. Waktu aku termenung, Mas itu berkunjung kerumah, memberikan aku nasehat dan berusaha membesarkan hatiku, hingga tanpa sadar diriku telah membuat
mas itu berharap lebih denganku, karna diriku berani menumpahkan Curahan hatiku didepannya. Walau tak membiarkan ia memelukku, setidaknya, aku sudah membiarkan mas itu memangku Fajriku. Begitu mas itu
pergi, aku takut telah PHPin mas itu.
" Semoga Mas itu tak berharap lebih padaku. aku takut tak bisa memenuhi harapannya suatu saat, ia akan patah hati. " Doaku dalam hati saat sadar, aku telah membiarkan Mas itu memasuki kehidupan pribadiku.
" Dengar baik- baik dek ...jangan terlalu memikirkan pria gila itu, nanti badanmu makin nyusut, cepat sajalah
lepaskan ia, nanti Mas akan nikahi adik, kalau akta ceraimu sudah selesai. " katanya yang membuatku tersentak
dari lamunanku. Aku menyesal telah menerima kebaikannya selama ini, mendengar kata menika, hatiku kian
gundah, aku tak yakin dengan hatiku, dan takut hanya memberi harapan saja padanya. Entahlah..aku masih
sangat bimbang dengan jiwaku yang tiba- tiba kian labil. Aku takut ada korban lagi, karna kelemahan jiwaku ini.
Sebenarnya itu semua tak pernah kumau, tapi kenyataannya aku banyak menyakiti pria yang baik denganku,
dan akhirnya akupun dilukai oleh pria yang kupilih. " Apa ini masih ada hubungannya dengan Faktor dalam
diriku yang tidak percaya diri,karna noda masa kecilku, sehingga dalam cinta aku selalu membuat keputusan
yang salah ? " tanya batinku. Akupun bermaksud mencari Psyikiater secara diam- diam untuk berkonsultasi, begitu
dapat waktu libur panjang nanti.
Lama ngak Up say...Tapi jangan lupa mampir ke karya urang awak nih ya...Kasih Pollow and komennya.
Salam selamat Hari Raya Idul Adha Untuk yang merayakannya... Semoga semua yang berkurban dengan Ikhlas
diterima oleh Allah SWT. Yang belum sempat Kurban, semoga tahun depan umur panjang bisa Kurban. Semoga
tahun depan Sudah bisa Haji dan Umroh. Kasihan teman- teman yang sudah daftar lama, dan dapat jadwal sejak tahun kemarin, belum bisa berangkat. Semoga Allah Memperkenankan doa hambanya Untuk manjalankan
ibadah haji dan Umroh Ke Baitullah segera. Amin..
NILA AKHIRNYA BEBAS..