Kesetiaan yang dibalas dengan pengkhianatan, membuat Bianca rela menyamar menjadi pembantu di rumah wanita yang menjadi istri siri suaminya tercinta.
" Bersiap-siaplah mas, tertawalah sepuas mu. Kau dan gundikmu itu akan membayar rasa sakit dari pengkhianatan ini ".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gevha Jeany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Pria Asing
Happy Reading...
💞
💞
"Se-selingkuh, Bu?" suara Ica memekik tinggi.
Nora mengusap air matanya, mengangguk.
Masih terdengar jelas suara isakan dari bibirnya.
"Ya Allah, Bu!!!" Ica menutup mulutnya tak percaya.
Mata Nora memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong.
"Nanti Ibu salah, mungkin wanita ini istri pertama pak Yuga".
"Bukan. Saya kenal istri pertama suami saya, dia pernah menunjukkan fotonya. Tapi ini bukan dia" jelas Nora tanpa menoleh.
"Ohh...jadi mas Yuga jujur toh tentang gue"
"Benarkan Bu omongan saya. Harusnya Ibu sama Bapak tuh sekarang sedang menikmati indahnya jadi pengantin baru. Ehh...gak taunya Bapak malah memilih bersenang senang dengan wanita lain. Ckck. Gak memikirkan perasaan Ibu". Korek api mana, Bianca mau nyalain komporrr?.
"Mana ceweknya cantik gini lagi kayak super model. Gimana Bapak gak klepek klepek. Hati hati loh Bu jangan sampai Ibu jadi janda padahal baru nikah semalam". ucap Bianca menambah minyak agar apinya makin membesar.
"Gak mungkin mas Yuga ninggalin saya, saya lagi hamil anaknya. Anak yang di nantinya setelah berapa tahun yang tidak dia dapatkan dari wanita mandul itu".
Ica memandang kukunya yang runcing, rasanya pengen mendaratkannya secara sempurna diwajah Nora dengan mencakar cakarnya serta merobek mulutnya yang tidak memiliki etika itu.
"Ehh jangan salah Bu. Istri hamil belum tentu bisa menjamin suami bisa setia. Apalagi kalau udah hamil besar, begh...melihat tubuh istrinya yang melar pasti akan membosankan untuknya. Dia akan mikir mencari yang bisa lebih menghangatkan banyak tuh contohnya. Alasannya lemburlah... ke luar kotalah, gak taunya berbagi peluh dengan wanita lain" ucapan Ica di sambut dengan tatapan tidak suka dari Nora.
"Atau mungkin...yaaaa gak di tinggal, tapiiii bisa jadi dipoligami ?" wajah Ica dibuat seserius mingkin.
Raut wajah Nora langsung pias.
"Kamu tuh ya bukannya nenangin saya malah bikin saya makin frustasi dengan celotehan kamu yang gilak itu" hardik Nora.
"Kan ini yang gue mau"
"Nyesel saya ngomong sama kamu" Nora pun masuk kamar dan membanting pintu.
Ica terkikik geli melihat respon Nora.
🌹
Semenjak Dodi mengungkapkan isi hatinya, Lilis mulai menjaga jarak. Dia selalu beralasan jika Dodi mengajaknya bertemu meski itu hanya sekedar makan siang apalagi jika Bianca tidak bisa ikut bersama mereka.
Dia merasa canggung dengan sahabatnya itu. Dan dia juga tak habis pikir jika Dodi bisa mencintainya.
"Aaarggh...ini gak bener. Gila aja si Dodi bilang cinta sama gue. Ckk".
"Bianca sibuk gak ya gue pengen curhat. Tapi gimana klu dia malah ngejek?" Lilis jadi pusing sendiri.
Tok...tok...tok
"Masuk" ucap Lilis.
Seorang wanita muda masuk dengan membawa bunga di tangannya.
"Bu ada kurir yang mengantarkan bunga ini katanya untuk Ibu", ucap wanita yang menjadi salah satu karyawan di butik Bianca itu.
Lilus mengernyit, "Dari siapa?".
"Gak tau Bu. Dia cuman bilang bunganya harus di kasih pada Bu Lilis". Kemudian wanita itu memberikan nya pada Lilis.
Setelah Lilis menyuruhnya keluar, dia langsung memeriksa bunga itu. Dan ternyata ada sebuah kertas yang terselip disana.
"Untukmu yang terkasih,
semangat kerjanya 💗"
Uhuk...uhuk. Lilis tersedak air liurnya.
Dia membolak balikkan kertas berharap menemukan siapa pengirimnya namun nihil dia tak menemukan apa yang di carinya.
membuat dia semakain bingung
"Siapa sih yang iseng ngirim bunga? Gue kan lagi gak punya pacar".
"Jangan bilang ini dari Dodi?" Dia kembali memeriksa tulisan dikertas itu. "Ini bukan tulisan Dodi".
Ada nada kecewa dalam ucapannya.
"Astaga...apa yang gue pikirin sih?" sungguh dia benci pikirannya yang seolah berharap bunga itu pemberian Dodi.
"Akh...bodoh amatlah" tanpa perasaan dia pun membuang bunga itu dalam tong sampah.
🌹
Entah sudah berapa kali Yuga menarik rambutnya dengan kasar, rasa rindu pada istri yang baru dinikahinya itu semakin membuncah. Dia bingung harus menghubunginya dengan cara apa sedangkan ponselnya ada pada kakak iparnya.
Dia ingin tau keadaan istrinya itu, sedang apa dia sekarang. Apakah baik baik saja?.
"Huh" sungguh dia benar benar resah.
Tak lama pintu terbuka, tampak Farel memasuki ruangan, dia menoleh sekilas pada Yuga lalu berjalan ke sofa tempat mereka yang masih disibukkan masalah perusahaan.
"Keliatannya kamu sangat merindukan Bianca, padahal baru beberapa menit yang lalu kalian vidio call. Apa masih kurang?" ucapnya tanpa menoleh.
"Iya mas. Aku mengkhawatirkannya" ucap Yuga yang pastinya adalah bohong.
"Jangan risau, bukannya ini sering terjadi. Lagi pula dia berada dirumah Mama disana dia gak akan kesepian".
Sesaat hening.
"Bodohnya aku, harusnya aku telpon Ica kenapa gak kepikiran sih. Akh...tapi kan nomor Ica pun aku gak hapal?" hatinya menggerutu.
Dia menoleh ragu pada Farel.
"Bagaimana caraku meminta ponsel pada mas Farel. Jika aku beralasan ingin menelpon orang kantor dia pasti banyak bertanya", dia mendesah gelisah.
"Fokuslah pada kerjaanmu agar cepat selesai" suara barinton Farel mengagetkan Yuga yang sibuk memikirkan cara agar bisa menghubungi Nora.
Farel tersenyum samar melihat betapa kusutnya wajah Yuga. Jujur saja, sebenarnya dia sudah tak sabar ingin mengajak Yuga ke arena pertinjuan rasanya dia sudah terlalu muak melihat wajah Yuga yang sok polos. Namun dia menahan diri demi adik bungsunya.
🌹
Ica berkacak pinggang melihat seisi rumah Nora yang jauh dari kata layak. Bahkan seekor anjing pun malas berlama lama disana.
Dengan cekatan tangannya pun mulai membersihkan kekacauan itu. Meski hatinya sangat dongkol tapi demi memberi pelajaran pada manusia benalu itu, dia mencoba bertahan meski nyatanya dia merasa seperti dikerjai dengan ulah Nora.
Saat berkecimpung dengan banyaknya pecahan kaca, dia dikejutkan dengan suara mobil masuk ke pekarangan seketika aktifitasnya jadi terhenti.
"Seperti suara mobil. Apa mas Yuga balik? Kayaknya gak mungkin. Kalau pun iya pasti kak Farel ngasih tau kan".
Ketika hendak berjalan ke arah pintu, Nora keluar dari kamar dan mencegahnya. Mau tak mau Ica meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda. Karna penasaran sesekali dia mencuri pandang ke arah Nora berdiri membelakanginya, alhasil dia tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang menemani Nora berbicara di luar. Apalagi Nora tidak membuka pintu sepenuhnya.
Tak lama kemudian pintu terbuka lebar, Nora masuk menggandeng seorang pria asing yang perawakannya hampir sama dengan Yuga, hanya saja pria ini tidak terlalu tampan. Nora tanpa malu bergelayut manja di lengan pria itu seolah lupa jika beberapa saat yang lalu dia mengamuk menghancurkan hampir seisi rumah. Keduanya berjalan mesra menuju ke lantai atas melewati Ica begitu saja seakan Ica tak terlihat.
"Siapa pria itu??" Ica bergumam. "Dasar ratu drama. Jelas jelas tadi dia histeris mendapati foto suaminya pelukan dengan wanita lain. Disini pun dia bukan hanya pelukan, malah membawa pria asing masuk ke kamarnya. Ckck...entah apa yang terjadi di dalam?".
💞
💞
😭😭