Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelisah
Maaf kalo ceritanya agak rumit. Ini belum selesai, perselingkuhan antara menantu dan mertua belum ketahuan, nanti akan ada part di mana mereka ketahuan oleh pasangan satu sama lain.
Tentang karakter pemeran, semua itu belum terkuak semuanya. Kalau aku spil sekarang, tandanya ceritaku selesai. Dan kalau ceritaku gak sesuai dengan ekspetasi kalian. Aku minta maaf, aku masih di tahap belajar buat novel🙏
Terima kasih yang selalu mendukung cerita gabut ini.
...----------------...
"Dad, kamu dimana?!" Teriak Ziva.
"Aku di luar, lagi nelpon!" Balasnya, sedikit lantang.
Ziva pun akhirnya berjalan keluar menyusul Heri. Wanita itu berjalan dengan pelan dan cukup berhati-hati.
Tap..
Tap..
Tap..
Grebbb
Heri terlonjak kaget, ia terkejut saat mendapati Ziva yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Ia pun dengan cepat mematikan ponselnya lalu menyimpannya kembali di saku.
"Ada apa, hum?" Tanya Heri sembari menyentuh tangan Ziva.
"Gak papa, aku hanya ingin meluk daddy." Ujarnya. "Eh, aku lupa. Disini masih ada pembantu."
Ziva seketika panik, ia pun mencoba melepaskan pelukannya karena takut jika asisten rumah tanggannya memergoki dia dengan sang mertua.
Srettt
Heri menahan tangan Ziva menandakan kalau ia menolak di lepaskan. Wanita itu terkejut, apa yang di lakukan mertuanya? Kenapa malah bersikap santai.
"Tidak papa, aku sudah memperingati mereka untuk diam. Jika mereka macam-macam, aku akan memecat mereka!" Ucapnya bernada tegas.
Ziva mengulum senyumnya, wanita itu semakin leluasa memeluk sang mertua dan menghiraukan orang-orang di sekitarnya.
"Oh iya dad, sebenarnya aku merasa sedikit gelisah akhir-akhir ini." Gumam Ziva, tiba-tiba mengeratkan pelukanya.
"Lho, ada apa? Apa yang membuatmu gelisah?"
Ziva menghela nafasnya lalu menguraikan pelukannya. Heri yang peka, ia pun membalikan badannya lalu menghadap Ziva.
"Aku takut semua yang kita lakukan ini akan ketahuan oleh Victor. Memikirkan reaksinya saja, sudah membuatku merinding."
"Sayang..." Heri menangkup wajah Ziva. "Kamu tidak perlu merasa gelisah seperti itu, semuanya akan baik-baik saja. Daddy pastikan, kalau semua itu tidak akan terjadi."
Ucapan Heri membuat perasaan Ziva sedikit tenang. Wanita itu memeluk Heri kembali dengan perasaan yang berbeda.
"Makasih. Entah kenapa perasaanku cukup tenang saat bersamamu, dad. Aku tidak menyangka, kita akan sedekat ini dan bahkan melakukan hal yang di luar batas." Ucapnya bernada pelan.
"Entahlah.. Aku pun tidak menyangka semua ini akan terjadi. Dan faktanya, aku tidak ingin kau pergi, aku tidak akan pernah melepaskanmu, Ziva."
Heri membalas pelukan Ziva dan memeluknya dengan erat. Ia pun beberapa kali mencium kening Ziva dan menunjukan rasa kasih sayangnya.
Mereka berdua tidak tahu, tidak jauh di sana ada seseorang yang sedang memantau mereka sejak tadi. Dan seseorang tersebut yang tak lain adalah.....
"Nyonya, itu suamimu?"
"Ya, pria itu adalah suamiku dan ayah dari anakku Victor." Ujar Mara, dengan tatapan datarnya.
Ziva maupun Heri tidak tahu, Nila bersama Mara sedang berdiri di luar pagar rumah. Awalnya Mara berniat bertamu ke rumah Heri dengan pura-pura berterima kasih atas bantuan Heri yang sudah menolongnya. Namun setelah melihat kejadian ini, ia pun mengurungkan niatnya.
"Ternyata suamiku sudah menikah lagi. Dan yang lebih mengejutkan lagi, isterinya ternyata jauh lebih muda, pantas saja dia terlihat sangat mencintai isterinya itu."
Nila hanya bisa terdiam dan sesekali melirik atasannya itu. Mara terlihat mengepalkan tangannya dan pupil matanya pun bergetar.
Bagaimana tidak, suami yang selalu ia rindukan, selalu ia do'akan. Ternyata segampang itu ia melupakannya.
"Hiks.. Sialan!!"