Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Mati Kutu
***
"Tapi Nona.. kami bertanggungjawab penuh atas
keamanan di tempat ini. Kami harus bertindak.."
"Tidak apa-apa, saya janji tidak akan lama. Kalian
jaga saja keamanan di sekitarnya.!"
Ujar Sherin dengan suara yang sangat tegas di
sertai tatapan tajam penuh perintah. Mau tidak
mau, akhirnya para satpam itu mundur. Sedang
para pria berbadan besar tadi tampak saling
pandang sambil tersenyum miring, geli rupanya melihat keberanian Sherin. Nyonya Laila dan
Stella pun tersenyum mengejek. Mereka akan
pastikan, Sherin merasakan akibat dari apa yang
telah di lakukan nya.
"Ayo maju kalian, aku tidak ingin membuang
waktu lebih lama lagi.!"
Tantang Sherin sambil mundur ke tempat yang
sedikit luas. Para security dan pelayan yang ada
di tempat itu terlihat menatap khawatir campur
bingung ke arah Sherin yang dianggapnya telah
mencari masalah.
"Tangkap wanita itu sekarang.!"
Teriak salah seorang memberi perintah pada pria lainnya.Tanpa basa-basi lagi, 3 dari 6 pria besar suruhan Nyonya Laila itu kini maju menyerang
Sherin dengan perhitungan akan sangat mudah melumpuhkan model cantik ini. Namun yang
terjadi berikutnya membuat semua orang
terperangah, Sherin terlihat bergerak lincah dan
gesit menghindari serangan lawan-lawannya,
kemudian dalam gerakan cepat dan terukur, dia
menyerang balik orang-orang itu dengan
memasukkan pukulan dan tendangan yang
cukup mematikan.
Ketiga orang besar itu mundur terhuyung sambil
meringis memegangi anggota tubuh mereka yang
terkena pukulan dan tendangan. Tidak di sangka, pukulan itu mengandung tenaga yang sangat kuat hingga membuat tubuh mereka seakan remuk.
Mata mereka menatap tidak percaya ke arah
Sherin yang mengibaskan pakaian mewahnya.
"Maju kalian semua, agar aku bisa cepat pergi.!"
Sherin melambaikan tangannya dengan tatapan
tajam yang terlihat berkilau bagai kerlip bintang
di langit. Wajahnya yang cantik, tampak bak dewi
perang yang sedang menantang musuh di medan
perang. Sedang para pelayan dan security saat
ini masih ternganga tidak percaya. Apakah ini
semua nyata, bukan hanya sekedar halusinasi.?
"Ayo maju, lumpuhkan gadis ini.!"
Teriak pimpinan para pria besar itu sambil maju
menyerang Sherin. Maka terjadilah pertarungan
seru dan sengit antara orang-orang itu melawan
satu orang wanita di saksikan oleh para security
yang hanya bisa jadi penonton saja. Tidak ingin
membuang waktu lebih lama lagi, Sherin segera
meningkatkan serangannya dengan meliukkan
tubuh dan memutar badannya lalu membagi tendangan berisi tenaga penuh tepat di beberapa bagian organ vital lawan-lawannya hingga
membuat mereka terlempar jauh dan terjatuh
ke belakang.
Nyonya Laila dan Stella membelalakkan mata.
Apa-apaan ini.? mereka berdua benar-benar tidak percaya pada apa yang di lihatnya. Bagaimana
mungkin gadis seelok dan seanggun Sherin
mampu melakukan hal se ekstrim itu. Dia ternyata jago bela diri. Terlihat sekali kalau gadis itu sangat lihai dan profesional dalam melakukan semua gerakannya. Ini benar-benar di luar dugaan,
sebab Stella sendiri pun tidak tahu akan hal ini.!
"Bagaimana.. apa kalian masih punya nyali.?"
Ejek Sherin sambil berdiri tegak, menatap tajam
ke arah 6 orang pria besar itu yang kini mencoba
bangkit dengan susah payah dan ketakutan. Tak
ingin lebih parah lagi, mereka memilih undur
diri, bergerak mundur secara teratur, lalu masuk
ke dalam kendaraannya kemudian kabur dari
tempat itu meninggalkan Nyonya Laila dan Stella
yang menatap geram tidak terima.
"Hei.. mau kemana kalian.? Dasar preman cemen,
tidak punya nyali, kurang ajar kalian.! Percuma
aku membayar mahal kalian.!"
Nyonya Laila berteriak-teriak kalangkabut. Dia
benar-benar tidak menyangka semuanya akan
kacau seperti ini.
"Kenapa, rencana kalian gagal total.? Kalian pikir
akan mudah membuatku tumbang. Jadi tujuan
kalian memintaku bertemu untuk ini.? Kalian
pikir aku akan takut.?"
Ujar Sherin dengan seringai senyum mengejek.
Kedua wanita itu mundur sambil menatap sedikit tegang ke arah Sherin yang terlihat mengibaskan rambutnya. Gadis itu kini maju ke hadapan mereka
dengan tatapan yang sangat menusuk hingga
rasanya mampu melukai permukaan kulit.
"Kamu benar-benar wanita bar-bar.! Aku yakin
kamu sendiri yang telah melukai Brian.!"
Ucap Stella dengan suara yang bergetar karena
di telan emosi dan rasa tidak terima.
"Dia terluka akibat ulahnya sendiri. Seharusnya,
sekarang calon suamimu itu segera bertaubat, sebelum Tuhan menimpakan karma buruk
padanya.!"
Debat Sherin sambil kemudian berdiri tegak di hadapan Nyonya Laila dan Stella seraya melipat
kedua tangannya di depan dada. Dua wanita itu
kini saling melirik dan kembali menatap kearah
Sherin dengan sorot mata penuh kebencian.
"Kita lihat saja, siapa yang akan berakhir setelah
ini. Kamu hanyalah wanita yang sudah tidak
memilki nilai apa-apa di mata dunia.!"
"Ya.. tentu saja, kita akan lihat siapa yang akan
menghancurkan siapa.!"
Tegas Sherin dengan suara yang penuh dengan
intimidasi. Stella menatap geram wajah Sherin
yang terlihat sangat dingin dan datar.
"Kamu sudah menyebabkan Brian masuk rumah
sakit.! Polisi akan segera memenjarakan mu. !
Dasar wanita murahan.!"
"Berhenti mengataiku Stella Muller.! Aku sudah
habis kesabaran. Aku yakin..kamu tahu pasti
siapa sebenarnya yang murahan di sini.! "
Debat Sherin sambil menarik atasan baju yang
di kenakan oleh Stella yang kini terlihat memucat.
"A-apa maksud kamu.? Semua orang tahu siapa
Sherinda Maheswari..!"
"Dan aku tahu pasti, siapa dalang di balik semua
berita bohong ini.! Kau sudah menodai ikatan
persaudaraan kita hanya karena kedengkian mu
yang mengalahkan akal sehatmu.!"
Stella semakin memucat, matanya mengerjap.
Ada kegugupan yang kini tertangkap dari sorot matanya. Dia melirik tegang ke arah calon ibu
mertuanya yang terlihat maju mendekati Sherin.
"Lepaskan calon menantu ku wanita kotor.!"
Gertak Nyonya Laila sambil mencoba menarik
tangan Sherin. Namun dengan gerakan cepat
Sherin menangkap pergelangan tangannya, lalu
mendorong tubuh Stella hingga mundur hampir
terjatuh.
"Selama ini, aku hanya berdiam diri saja saat
anda dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata rendah untuk menyakitiku Nyonya Mcknight.!
Tapi setelah ini, aku pastikan, semua itu tidak
akan pernah terjadi lagi.!"
Ucap Sherin sambil menghempas tangan Nyonya
Laila dengan kasar hingga wanita paruh baya itu
terhuyung ke samping. Sherin menegakkan
badannya, kemudian merapihkan tampilannya,
bersamaan dengan kedatangan sebuah mobil
super mewah ke tempat itu.
Semua orang mematung di tempat seolah-olah
tersihir dengan kemunculan mobil yang tidak
sembarangan bisa di miliki orang itu. Tidak lama
ada seseorang yang keluar dari dalam mobil super
mewah itu yang membuat semua mata semakin
terkesima dan terpaku di tempat. Bagaimana tidak,
saat ini mereka melihat seorang pria tinggi tegap
yang terlihat begitu gagah dan mempesona namun memilki aura kehadiran yang sangat membekukan,
berdiri tegak di depan pintu mobil mewah itu.
Pria itu mendekat ke arah Sherin yang menatap
kedatangannya dengan sorot mata tenang. Lalu
dia merengkuh bahu Sherin posesif, dan tanpa
kata mendaratkan ciuman lembut nan mesra di
kening gadis itu yang membuat mata Stella dan Nyonya Laila terbelalak syok.
"Apa urusan receh mu sudah selesai sayang?
Kita harus pulang sekarang. Kau butuh istirahat."
Blup.!
Tas yang di pegang Stella jatuh seketika, gadis
itu mendadak kehilangan tenaganya. Matanya menatap tak percaya pada apa yang terjadi di
depan matanya itu. Tidak, ini pasti mimpi yang
paling buruk seumur hidupnya.!
"Ya..aku rasa ini sudah cukup.!"
Sahut Sherin sambil melirik ke arah pria itu yang
tiada lain adalah Devan. Dia terlihat berdiri santai sambil memasukkan sebelah tangannya ke dalam
saku celana. Namun tatapannya terfokus pada dua wanita di hadapannya dengan sorot mata penuh intimidasi. Sherin kembali mendekat ke hadapan
dua wanita yang sedang syok itu.
"Selama ini kalian berdua sudah terlalu banyak menginjak harga diriku.. terutama kau Stella !
Jadi.. aku rasa..sedikit pelajaran akan sangat
pantas untuk kau dapatkan.!"
Desis Sherin dengan menekankan kata-katanya.
Kemudian dia berbalik, menggandeng mesra
tangan Devan yang terlihat sangat santai.
"Ayo kita pergi dari tempat ini sayang.."
Ucapnya lembut sambil berjalan tenang bersama Devan menuju mobil super mewah yang tadi
membawa Devan. Sementara mobil sport yang
di bawa Sherin di kendarai oleh Roman dan sudah
pergi dari tempat itu. Para security dan pelayan
tampak terdiam seperti patung. Mereka sedang
berusaha membangun kesadarannya.
Devan membukakan pintu untuk Sherin yang
terlihat tersipu, setelah itu memutar badannya
masuk ke balik kemudi, tidak lama kemudian
sudah melesatkan mobil super mewahnya keluar
dari halaman privat parking kafe tersebut.
Bruk !
Tubuh Stella jatuh terduduk lemas, dia terlalu syok
saat ini. Apa sebenarnya hubungan Sherin dengan
pria idamannya itu.? Mungkinkah dia jadi wanita
simpanannya pria paripurna itu.? Sial, kenapa jadi
seperti ini.! Bagaimana bisa Devan Kanigara Elajar mau menerima seorang Sherinda yang jelas-jelas
di isukan sebagai model bookingan.?!
***
Sherin merebahkan tubuhnya ke sandaran jok.
Dua orang itu tidak henti-hentinya membuat dia
geram dan kesal.
"Mau kemana kita sekarang, mau langsung
pulang atau adakah sesuatu yang kau inginkan.?"
Devan bertanya sambil melirik ke arah Sherin
yang terlihat memejamkan matanya. Devan tahu
benar Sherin tidak tenang. Dia tidak biasa harus
melakukan kekerasan verbal terhadap orang lain.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau aku sedang di
cari oleh pihak yang berwajib Dev."
"Aku sudah menyuruh Roman mengurus nya.
Kau tidak boleh lagi berurusan dengan hal-hal
yang hanya akan membuang-buang waktu saja.!"
Sherin melirik, menatap wajah tampan suaminya
itu dari samping. Betapa mempesona nya pria ini,
kenapa dia selalu saja terlihat menggoda dalam
situasi apapun.
"Apa yang kau lihat ? Bukankah kau sudah tahu
kalau aku ini sangat tampan dan menggoda.!"
"Ishh.. mulai deh jiwa narsis nya keluar ! Aku
hanya ingin berterimakasih padamu."
"Itu semua adalah kewajiban ku, melindungi dan menjagamu adalah prioritas ku saat ini."
Deg !
Lagi-lagi jantung Sherin terguncang. Wajahnya
langsung di penuhi semburat merah. Dev melirik
dan menatap sekilas kearah Sherin. Otaknya kini
berselancar pada kehangatan semalam. Wanita
ini sudah memberinya kejutan dan hadiah luar
biasa yang membuat jiwanya tidak tenang saat
dia sedang berada di kantor. Pikirannya terus
saja di penuhi oleh bayang-bayang keindahan semalam. Dia ingin segera mengulangnya lagi.. lagi..dan lagi. Malam ini dia tidak akan pernah
melepaskan wanita ini sedetikpun.
"Dev.. bagaimana kalau kita cari makan dulu.?"
Devan terkejut sesaat, lamunannya buyar sudah.
Dia melambatkan laju mobilnya, keduanya saling
menatap, raut wajah Sherin tampak bersemangat.
"Baiklah.. mau makan dimana.?"
"Ada restauran seafood bagus di pinggir kota
yang sering aku datangi. Tempatnya ada di atas danau. Aku ingin kesana sekarang."
"Baiklah.. tunjukan saja tempatnya.!"
Devan kembali melesatkan mobilnya menuju
tempat yang di inginkan oleh Sherin. Ada senyum
manis yang kini terlukis di bibir indah gadis itu.
Setengah jam kemudian mereka tiba di sebuah
restauran unik berkonsep perahu layar dengan
sentuhan arsitektur serba pirate..
"Tutuplah wajahmu sebelum masuk ruangan.
Aku tidak ingin ada kehebohan lagi setelah ini."
Ucap Sherin sambil mengulurkan masker ke
hadapan Devan yang langsung memegang dan
menarik tangannya hingga tubuh mereka kini
merapat. Wajah keduanya berhadapan, dekat..
bahkan sangat dekat. Mata mereka beradu tatap,
ada desiran hebat yang kini merambat halus ke seluruh aliran darah keduanya.
"Apa kau memikirkan ku seharian ini.?"
Wajah Sherin memerah, apa-apaan sih pria ini.?
Selalu saja bertanya hal yang langsung menohok.
"Tidak, untuk apa aku memikirkan mu.! Ada
banyak hal lain yang harus aku pikirkan."
Sahut Sherin sambil memalingkan wajahnya dan mencoba menarik dirinya untuk menjauh dari jangkauan Devan.
"Apa kau yakin, tidakkah kau mengingat tentang
hal semalam Nyonya Elajar.?"
Wajah Sherin semakin memerah. Devaann.. iihh..
bikin malu saja. Apa dia harus mengatakan kalau
bayangan kehangatan semalam selalu membuat
tubuh nya memanas dan bergetar.?! keindahan
itu membuat jiwanya resah sekaligus meronta.
"Devan sudah, kau ini kalau bicara selalu saja
tidak pernah di pikirkan dulu.!"
Sherin mendelik kesal sambil berusaha menarik
tangannya dari genggaman kuat Devan. Tapi Devan tidak membiarkannya, dia malah semakin menarik tangan Sherin hingga mau tidak mau wajah mereka bersentuhan. Nafas keduanya seketika kacau.
"Berikan aku kehangatan bibirmu itu Nyonya El.."
Sherin tidak tahu, sudah semerah apa wajahnya
sekarang ini. Kenapa Devan jadi mesum begini.?
"Ayo cepat, sebelum aku melakukan sesuatu
yang tidak kau inginkan.!"
Cup !
Sherin mengecup lembut bibir Devan sambil
kemudian dalam gerakan cepat dia melepaskan
diri dari rengkuhan Devan dan cepat-cepat keluar
dari dalam mobil. Devan tersenyum miring, dia
mengusap lembut bibir nya sambil menggeleng.
Gila ! kenapa dirinya jadi bertingkah bodoh begini,
kalau sudah berada di dekat wanita ini, dirinya
seolah kehilangan dirinya yang sejati.
"Mbak Sherin.. sudah lama tidak datang.!"
Sambut dua orang pelayan pria berumur belasan tahun sambil menundukkan kepala dengan sikap
yang sangat santun dan hormat di hadapan
Sherin yang tersenyum senang ke arah mereka.
"Iya maaf.. kalian tahu sendiri kan bagaimana
dunia saat ini sedang berusaha menekanku.!"
Kedua pelayan itu saling lirik kemudian melihat
kearah Sherin yang terlihat merapihkan rambut
dan pakaiannya.
"Mbak Sherin harus sabar dan kuat, kita semua
yakin kok Mbak seperti apa. Itu semua sudah
biasa di dunia hiburan."
Sahut salah seorang. Mereka berdua kini fokus
ke arah kemunculan Devan dari dalam mobil
super mewah yang tadi membawa Sherin. Mata
mereka seolah tidak mempercayai ini, Sherin
datang dengan seorang pria ? Tapi, sayang
sekali wajahnya tertutup masker.
"Apa Kak Elang sedang ada di sini.?"
"Ahh, ada mbak, Mas Elang kebetulan sedang
mengontrol tempat ini."
Jawab yang seorang terbata-bata karena melihat
Devan sudah berdiri tenang di samping Sherin, mengamati tempat itu yang cukup eksotis dan menarik. Walau wajahnya tertutup masker, namun aura kehadirannya tetap saja membuat lutut dua pelayan itu bergetar hebat.
"Silahkan Mbak, Mas.."
Yang seorang lagi kini mempersilahkan mereka
untuk masuk ke dalam restauran. Devan segera
menggenggam erat tangan Sherin saat mereka
mulai melangkah. Keduanya masuk ke dalam
bangunan arsitektural itu menuju privat room
yang biasa di gunakan oleh Sherin. Tempatnya
ada di geladak paling atas dan bisa melihat
langsung seluruh keindahan danau tersebut.
"Sherin.. akhirnya kau datang juga.!"
Seorang pria tinggi putih tiba-tiba saja masuk ke
dalam ruangan dengan wajah sumringah. Tapi rentangan tangannya yang ingin memeluk Sherin terjatuh begitu saja saat melihat keberadaan
Devan di tempat itu. Pria itu terlihat sedang
berdiri santai menatap pemandangan danau di depannya sambil memasukkan kedua tangannya
ke dalam saku celana.
"Hai..Kak Elang.. bagaimana kabarmu.? Aku
mampir karena sudah lama tidak kesini.."
Sambut Sherin dengan senyum manis dan kini
mendekat ke arah pria itu yang tiada lain adalah
Elang, gurunya. Devan menoleh dengan cepat,
matanya berbenturan tatap dengan mata Elang.
Untuk sesaat keduanya tampak saling menatap
seolah sedang mengadu kekuatan.
"Dev.. kenalkan..dia adalah guruku..Kak Elang."
Sherin menarik tangan Devan yang kini membuka
masker penutup wajahnya. Alis Elang mengernyit,
sorot matanya menyiratkan sebuah keterkejutan
luar biasa. Sedang Devan tetap terlihat santai
seperti biasanya, matanya menatap tajam wajah
Elang seolah sedang mencoba mengirimkan
signal peringatan.
"Ohh.. selamat malam Mr Elajar.."
Elang berusaha untuk bersikap normal, dia kini
mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan
dengan Devan yang terdiam sesaat, menatap
diam tangan Elang yang memasang wajah
ramah dan senyum lebar.
"Terimakasih Tuan Erlangga Liem Swan.!"
Sambut Devan sambil berjabat tangan dengan
Elang yang membuat alis Sherin sedikit terangkat menyadari Devan mengenali Elang. Tidak lama
Elang melirik ke arah Sherin yang juga sedang menatap ke arahnya. Dan hal itu tertangkap jelas
oleh pandangan Devan.
"Maaf Mr Elajar, bolehkah saya bicara sebentar
saja dengan Sherin.? Kebetulan, ada yang ingin
kami bicarakan.!"
"Kalau ada yang ingin di sampaikan, anda bisa
bicara langsung di depanku Tuan Elang.! Aku
berhak tahu, apapun itu, karena dia adalah
istriku, tanggungjawabku.!"
What.??
Sherin dan Elang tampak terkejut bukan main,
mereka langsung mengalihkan tatapannya kearah Devan yang terlihat sangat tenang dan serius
dengan apa yang sudah di ucapkan nya barusan..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻