elara adalah seorang "pengganggu" yang tiba-tiba terlempar ke dalam dunia novel fantasi dan dipaksa oleh sebuah entitas kejam bernama Sistem 'Eros' untuk menyelesaikan Misi Utama: Merebut hati Pangeran Rayden, Pemeran Utama Pria yang terkenal dingin dan misterius. Kegagalan berarti kehancuran total.
Berbekal panduan misi yang kaku dan serangkaian taktik romantis klise, Elara memulai penyerbuannya. Namun, sejak pertemuan pertama, System 'Eros' mengalami bug besar: Pangeran Rayden kini dapat mendengar setiap pikiran, komentar sinis, rencana kotor, dan bahkan sumpah serapah Elara yang tersembunyi jauh di dalam hatinya.
Tiba-tiba, setiap pujian yang Elara lontarkan terdengar palsu karena Rayden mendengarnya menambahkan, "Semoga dia tersedak tehnya," dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Penanganan Krisis Diplomatik dan Pesta Kejujuran
Penangkapan Lord Kaelen, Baron Neron, dan Master Borus menyebabkan gempa politik di Astrea. Informasi tentang pengkhianatan yang melibatkan Kekaisaran Barat bocor, memaksa Rayden dan Elara untuk segera mengambil tindakan diplomatik dan internal.
[Poin Cinta: 100%. Status: Stabil Permanen. Tugas: Mengelola krisis kepercayaan dengan bangsawan dan Kekaisaran Barat. Strategi: Memanfaatkan Kejujuran Paksa untuk rekonsiliasi.]
Rayden, atas saran mental Elara, memutuskan untuk tidak menyembunyikan kebenaran. Mereka mengadakan pertemuan besar dengan Dewan Tinggi dan perwakilan dari Kekaisaran Barat.
Di ruang Dewan, Rayden memulai dengan nada serius. "Pengkhianatan Lord Kaelen adalah pengkhianatan terhadap Astrea, dan kami telah bertindak cepat untuk mengamankan Peninggalan Berlapis Emas dan rahasia militer kami. Kami juga telah mengetahui bahwa beberapa bangsawan, seperti Baron Neron, dipaksa atau dicurangi untuk berkolaborasi."
Elara fokus pada Dewan, mencari tahu siapa yang panik dan siapa yang benar-benar tidak bersalah. "Ada Baroness Lyra yang panik karena suaminya punya utang judi pada Neron, tapi dia tidak tahu tentang pengkhianatan. Dia hanya takut utang itu terbongkar. Dan Lord Zamon yang benar-benar tidak tahu apa-apa, dia hanya ingin pertemuan ini cepat selesai karena dia lapar. Jangan salahkan Lyra, Rayden. Validasi rasa takutnya."
Rayden mengalihkan pandangannya ke Baroness Lyra, yang terlihat gelisah. "Kepada bangsawan yang tidak terlibat langsung dalam pengkhianatan tetapi mungkin memiliki koneksi yang disalahgunakan—seperti masalah finansial atau utang—kami menawarkan amnesti. Kami tidak akan menghukum mereka yang dipaksa, asalkan mereka datang dengan jujur kepada kami sekarang."
Lyra, yang pikirannya baru saja dibaca, terkejut. Dia berdiri, wajahnya memerah karena malu. "Yang Mulia Raja, suami saya... memiliki utang judi pada Neron. Tetapi dia tidak tahu tentang Kekaisaran Barat atau peninggalan itu. Saya bersumpah!"
Rayden mengangguk. "Kami percaya Anda, Baroness Lyra. Kami akan membantu Anda menyelesaikan masalah utang itu. Kejujuran Anda adalah yang kami hargai."
Tindakan Rayden ini—mengungkap dan menyelesaikan masalah pribadi kecil (utang judi) sebagai bagian dari krisis besar—menciptakan gelombang kepercayaan di kalangan bangsawan. Mereka menyadari bahwa Rayden dan Elara tidak tertarik pada intrik, melainkan pada kebenaran.
Pesta Kejujuran
Untuk merayakan stabilitas dan meredakan ketegangan, Elara menyarankan sebuah ide unik: Pesta Kejujuran.
"Rayden, kita butuh acara sosial di mana semua orang merasa aman untuk jujur tentang hal-hal konyol, bukan politik. Biarkan mereka melepaskan ketegangan. Kita akan mengadakan pesta topeng konyol. Dan yang paling penting, kita akan memajang Padi Hangat I di atas singgasana mini di tengah ruangan."
Rayden menyukai ide itu. "Pesta Topeng Konyol dan Kucing Mahkota di atas singgasana. Brilian. Itu akan mengalihkan perhatian semua orang dari Kekaisaran Barat."
Saat pesta itu, semua bangsawan mengenakan topeng konyol dan Rayden serta Elara berinteraksi dengan mereka. Padi Hangat I duduk di singgasana mininya, terlihat sangat agung.
Seorang bangsawan tua, Duke Torvin, yang dikenal karena kepura-puraannya yang berlebihan, mendekati Rayden.
Duke Torvin: "Yang Mulia, Permaisuri. Pesta ini sungguh indah, meskipun agak... modern. Anda berdua adalah pasangan yang luar biasa, berkarisma, dan tentu saja, sangat tradisional."
Elara fokus pada pikirannya Torvin: "Tradisional? Pria ini membenci semua modernitas yang kubawa. Dia berpikir tatanan rambutku terlihat seperti sarang lebah yang dicat. Dia hanya ingin memuji Raja agar dia bisa mendapatkan konsesi pajak untuk kilang anggurnya yang buruk. Dasar munafik!"
Rayden tersenyum pada Torvin, nadanya ramah. "Terima kasih atas pujian Anda, Duke Torvin. Saya menghargai pendapat Anda tentang tradisi. Tetapi saya juga tahu bahwa Anda sebenarnya berpikir tatanan rambut Permaisuri saya terlihat seperti sarang lebah yang dicat, dan Anda hanya ingin konsesi pajak untuk kilang anggur Anda yang buruk."
Wajah Duke Torvin pucat dan memerah secara bergantian di balik topengnya. Ia terjebak dalam kejujuran yang dipaksakan.
"Yang Mulia! Saya... saya minta maaf! Tatanan rambut Anda sungguh indah, Permaisuri. Dan ya, kilang anggur saya sedang berjuang," Torvin menyerah, merasa terbebaskan sekaligus terhina.
Elara hanya tertawa kecil. "Kami akan membantu kilang anggur Anda, Duke Torvin. Tetapi sebagai gantinya, Anda harus berjanji untuk jujur tentang selera mode kami di masa depan."
[Poin Cinta: 100%. Status: Stabil Permanen. Misi Sampingan: Berhasil. Menciptakan budaya kejujuran yang lucu di kalangan bangsawan. Kekuatan politik Elara: Diakui.]
Di mata publik, Elara dan Rayden adalah Raja dan Permaisuri yang eksentrik, tetapi tidak dapat ditipu. Mereka memerintah dengan kekuatan psikologis yang mutlak. Astrea memasuki era stabilitas dan kejujuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Malam itu, di kamar mereka, Elara memeluk Rayden. "Kita berhasil, Raja. Kita membuat orang-orang takut pada kejujuran mereka sendiri."
"Dan aku adalah orang yang paling takut, Permaisuri," bisik Rayden, mencium kalung telinga perak Elara. "Karena setiap detik, aku tahu betapa konyolnya kau mencintaiku."