Gadis berusia dua puluh tahun harus merelakan impian pernikahannya dengan sang kekasih demi memenuhi keinginan terakhir sang ayah. Ia di jodohkan dengan bujang lapuk berusia empat puluh tahun yang hidup dalam kemiskinan.
Namun siapa sangka, setelah enam bulan pernikahan Zahira mengetahui identitas asli sang suami yang ternyata seorang milyarder.
Banyak yang menghujatnya karena menganggapnya tidak pantas bersanding dengan sang suami hingga membuatnya tertekan. Akan kah Zahira tetap mempertahankan pernikahan ini atau ia memilih untuk meninggalkan sang suami?
Dukung kisahnya di sini!
Terima kasih buat kalian yang mau suport author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMBUJUK BUMIL
" Suami saya sudah tiada dok sejak dia meninggalkan saya dengan menikahi wanita lain."
Jeduarrr...
Hati Aarav seperti di hantam bom yang baru saja meledak. Tidak hanya sakit tapi hancur berkeping-keping. Matanya berkaca kaca menatap Hira. Namun bukan kesedihan yang ia perlihatkan kepada Hira melainkan senyuman.
" Mas tahu kamu masih marah sama mas. Mas salah, mas minta maaf! Mas akan terima bagaimana pun perlakuanmu pada mas. Anggap saja mas sedang menebus dosa dosa mas padamu." Ucap Aarav dengan lapang dada.
Hira memutar bola matanya malas setelah mengingat perlakuan Aarav padanya ketika Aarav ingin menikahi Della.
Hira menatap dokter Mila, " Dokter, tolong minta dia keluar sebelum anda melanjutkan pemeriksaan." Ucap Hira.
" Tidak Hira, mas mau di sini menemani kamu." Sahut Aarav. Ia menatap dokter Mila. " Maaf dok bisa keluar sebentar? Saya harus menyelesaikan masalah dengan istri saya."
" Baik tuan." Dokter Mila dan asistentnya segera meninggalkan ruangan Hira.
" Yang aku minta pergi itu kamu mas, bukan dokter Mila." Ujar Hira. " Pergilah mas! Biarkan dokter Mila melanjutkan pemeriksaan." Ujar Hira.
" Mas tidak mau pergi, jika kamu ingin melanjutkan pemeriksaan, maka biarkan mas di sini sayang. Mas ingin tahu bagaimana kondisimu dan kondisi calon anak kita. Tolong jangan usir mas sayang! Tolong jangan rampas hak mas atas anak kita." Pinta Aarav.
" Kamu sudah kehilangan hakmu sejak kamu memutuskan untuk menikahi wanita lain mas. Baik itu hak atas diriku maupun calon anakmu." Sahut Hira. Aarav mengepalkan erat tangannya. Entah mengapa mendengar Hira mengatakan hal itu membuat hatinya terasa tercabik cabik.
" Aku bahagia hidup sendiri, jadi tolong jangan ganggu aku lagi. Lebih baik kamu urusi saja istri barumu itu." sambung Hira. Sejujurnya ingin sekali ia berbaikan dengan sang suami, namun lagi lagi bayangan Aarav yang memperlakukan dirinya di depan para tamu undangan membuat darahnya mendidih.
Aarav menatap ibunya lalu menatap Hira kembali. " Apa mama tidak memberitahumu kalau pernikahan itu palsu?" Tanya Aarav sambil mengerutkan keningnya.
Bu Hesti nampak membuang muka, memang ia sengaja tidak memberitahu Hira tentang masalah ini. Karena ia yakin Hira pasti mudah luluh kalau tahu pernikahan Aarav dan Della palsu. Dan Hira pasti mau kembali kepada Aarav dengan mudah. Anggap saja saat ini bu Hesti ingin memberi pelajaran yang sangat berharga untuk Aarav. Agar kedepannya Aarav tidak melakukan kecerobohan lagi.
Hira menatap bu Hesti lalu kembali menatap Aarav.
" Pernikahan itu tidak sah sayang. Mama telah membantu mas memainkan sandiwara pernikahan itu. Setelah itu, Della di tangkap polisi bersama dengan lelaki tua itu. Selama ini mas sendiri sayang, mas selalu mencarimu kemana mana tapi mas tidak bisa menemukanmu. Rupanya kamu di sembunyikan oleh mama di sini. Pantas saja mas tidak bisa menemukanmu." Ujar Aarav.
" Aarav bohong Hira."
" Apa maksud mama?" Tanya Aarav.
" Aarav tidak terlibat dalam sandiwara itu Hira. Dia memang berniat untuk menikahi Della tanpa memikirkan perasaanmu. Justru mama yang merasa kasihan padamu makanya mama meminta Arkan membayar orang orang itu untuk melakukan pernikahan palsu. Dengan begitu pernikahan Aarav dan Della tidak sah alias batal. Mama tidak sudi memiliki menantu sepertinya. "
" Ma... " Ucap Aarav.
" Kenapa?" Tantang bu Hesti menatap putranya. " Memang itu kenyataannya, kalau mama tidak membayar mereka, kamu sudah resmi jadi suami Della." Imbuh bu Hesti.
" Tidak Hira, bukan maksud mas menyakiti hatimu atau pun menduakanmu. Mas melakukan itu demi mendapatkan bukti yang bisa menjerat kakek tua itu. Mas berencana akan menceraikan Della kalau masalah kakek tua sudah tertangani. Percaya pada mas sayang, apapun yang mas lakukan tidak bermaksud untuk menyakitimu." Ujar Aarav.
" Aku tidak peduli apakah pernikahan itu palsu atau tidak. Yang jelas dengan kamu memutuskan untuk menikahi Della saat itu, itu membuktikan kalau aku sama sekali tidak berharga di matamu. Sekarang pergilah! Biarkan aku mengetahui kondisi anakmu." Ucap Hira cuek.
" Baiklah mas tidak akan berdebat denganmu lagi. Tapi mas juga tidak akan pergi dari sini. Mas ingin menemani pemeriksaan pertamamu. Mas mohon! Ijinkan mas menemanimu sayang." Ujar Aarav.
" Kalau kamu bersikeras, maka tidak akan ada pemeriksaan lagi. Aku tidak peduli dengan kondisi anak ini karena anak ini tidak penting bagiku."
" Maafkan mama sayang, mama harus mengatakan hal buruk ini pada papamu. Mama terlalu malas menghadapi orang seperti papa. Mama sedang marah sayang, bukan kah seharusnya kamu juga marah sama papa?" Batin Hira.
" Aarav pergilah!" Titah bu Hesti. " Kamu sudah mengorbankan Hira, tolong jangan korbankan anak kalian lagi." Imbuh bu Hesti.
Aarav menatap Hira. " Baiklah sayang mas akan pergi. Tapi mas akan kembali mengunjungimu setiap saat. Meskipun mas sedih mendapat penolakan darimu, tapi mas bahagia sayang. Mas bahagia karena mas akan menjadi seorang ayah. Mas berterima kasih padamu, karena kamu telah menyempurnakan hidup mas sebagai seorang laki laki. Mas selalu berdoa semoga kau dan calon anak kita selalu sehat dan di lindungi oleh yang Maha Kuasa. Mas pergi dulu, kalau kamu butuh sesuatu, panggil mas saja. Nomer ponsel mas masih sama seperti sebelumnya."
Setelah mengatakan itu, dengan berat Aarav meninggalkan ruangan Hira. Di depan ruangan, Aarav berpapasan dengan dokter Mila.
" Dokter boleh minta nomer teleponmu?"
Dokter Mila mengerutkan keningnya.
" Sebenarnya saya... " Aarav membisikkan sesuatu pada dokter Mila.
" Baik tuan." Sahut dokter Mila.
Dokter Mila masuk kembali ke ruangan Hira.
" Saya kembali untuk menjelaskan tentang kondisi anda nona." Ujar dokter Mila.
" Silahkan dok! Maaf tadi ada gangguan yang kurang mengenakan hati." Ujar Hira.
" Tidak apa apa nona, itu biasa terjadi dalam rumah tangga." Sahut dokter Mila.
" Jadi begini nona, setelah tadi kita lakukan tes urine, hasilnya positif. Kalau di hitung dari tanggal terakhir haid anda, anda hamil lima minggu saat ini. Tapi untuk lebih jelasnya, kita lakukan USG dulu ya nona."
" Silahkan dok!" Sahut Hira.
Dokter Mila mulai melakukan rangkaian pemeriksaan USG. Dari mengoleskan gel ke perut Hira sampai menggerakkan transduser ke kanan dan ke kiri seolah sedang mencari keberadaan janin.
" Lihat lah nona! Titik hitam ini merupakan calon bayi anda. Usianya sekitar lima minggu, dan untuk saat ini janin sehat. Tidak ada masalah yang signifikan. Untuk mengetahui perkembangannya, bulan depan anda kesini lagi." Terang dokter Mila.
Mata Hira terharu menatap layar komputer di depannya. Itu kah calon anak mereka? Tak terasa air mata Hira menetes membasahi pipinya.
" Kami turut bahagia nona, selamat atas kehamilan anda. Semoga anda dan si janin selalu di berikan kesehatan." Ucap dokter Mila.
" Terima kasih dok."
" Di trisemester pertama, banyak banyaklah istirahat. Makan bergizi dan teratur serta banyak minum air putih. Kalau masalah mual dan muntah di pagi hari, itu wajar terjadi pada ibu hamil muda seperti anda. Jadi anda tidak perlu khawatir, nanti saya resep kan obat untuk mengurangi mualnya."
" Baik dok, terima kasih." Ucap Hira.
Tanpa mereka sadari di balik kamera ponsel sang asisten dokter Mila terlihat wajah bahagia dari seorang Aarav. Matanya berkaca kaca menandakan kebahagiaan yang tidak bisa ia ungkapkan. Ya, tadi ia meminta nomer dokter Mila supaya ia bisa melakukan panggilan video dengannya. Dengan begitu ia bisa melihat pemeriksaan yang di lakukan Hira tanpa harus masuk ke dalam. Ia bersyukur dokter Mila mau membantunya.
" Terima kasih sayang karena kamu telah menyempurnakan hidup mas. Mas akan membujukmu pelan pelan. Mas janji, mulai saat ini mas akan menjadikan kamu ratu di dalam hidup mas. Mas akan perbaiki semua kesalahan mas. Mas sangat mencintaimu sayang."
Tes....
TBC...
..pintaran mak mu dr pd luu...😏😏