Seorang remaja laki-laki yang masih bersekolah SMA terpaksa menerima permintaan sang mommy untuk menikah dadakan dengan anak mantan supirnya. Apakah sang anak akan menerimanya?.
Sedangkan sang mempelai perempuan tidak tahu siapa yang akan menikahinya. Dia sudah tak sadarkan diri ketika ijab qobul itu terjadi.
Entah mimpi apa aku semalam, dari seorang lajang sekarang sudah beristri.
-Greyvanno Alexander Geraldy
Siapa dia? benarkah suamiku?
-Naretta Andara Ibrahim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Winda keenandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Setelah makan malam, mommy dan Retta duduk di sofa ruang tengah sambil makan buah pepaya yang telah dipotong-potong kecil oleh Retta. Mereka bercerita banyak hal. Retta menceritakan kehidupannya dengan orang tua sampai kakek dan neneknya kecelakaan. Mommy merasa iba dengan kehidupan yang dialami Retta dan keluarganya hingga ditipu oleh pamannya.
Sementara itu, di dalam kamar Vanno segera mengerjakan tugas presentasi yang akan dikumpulkan besok. Dia segera menyelesaikannya dan mencetaknya.
Drrrtt…. Drrttt…. Drrrtttt
Suara ponsel Retta berbunyi. Vanno melihat ponsel Retta di atas meja belajarnya. Ada dua panggilan masuk dari seseorang. Mas Andre, nama yang tertera di layar ponselnya. Vanno mengernyitkan dahi. Haruskah ku angkat, batinnya.
Setelah cukup lama berbunyi, panggilan tersebut berakhir. Ketika Vanno hendak meletakkan ponsel Retta, ponsel tersebut kembali berbunyi dengan ID caller yang sama. Merasa jika ada hal yang penting Vanno segera menggeser ikon berwarna hijau tersebut. Belum sempat Vanno menyapa, suara di seberang sana sudah menyahut.
“Kemana aja sih Ta, lama banget. Weekend ini mau ada acara di cafenya om Rendi. Bagaimana, masih mau ambil part time?. Gue bilang ke om gue kalau mau.” Kata suara di seberang sana. Suaranya terdengar berisik, mungkin si penelepon berada di jalan. Belum sempat Vanno menjawab, terdengar suara lagi. “Kabari gue kalau mau ya, ini masih di jalan. gue tutup dulu. Bye.” Tutupnya.
Setelah telepon ditutup, Vanno meletakkan ponsel tersebut di atas meja belajar. Dia masih memikirkan tentang apa yang baru saja didengarnya. Ketika masih larut dalam pikirannya, pintu kamar terbuka.
Ceklek.
Retta melongokkan kepala dan berjalan masuk sambil membawa jus jeruk kesukaan Vanno. Dia melihat Vanno yang tengah merapikan peralatan sekolahnya.
Retta meletakkan gelas berisi jus jeruk di atas nakas. Dia berbalik sambil memperhatikan Vanno. “Minumnya Mas,” katanya pelan.
Vanno menoleh dan mengangguk. “Terima kasih.” Jawabnya sambil masih merapikan tasnya.
Ketika Retta hendak berjalan menuju walk in closet, Vanno menghentikannya. “Tadi ada telepon, dari Andre.” Kata vanno. “Dia menawari pekerjaan part time di cafe om nya weekend ini.” Vanno menatap Retta dengan tatapan tajam. “Kamu mau ambil?” Lanjutnya dengan mata yang masih penuh dengan tatapan menyelidik.
Retta segera berbalik dan menggeleng cepat. “Ti-tidak. Aku sudah bilang sama mas Andre jika sudah semester dua aku off. Aku ingin fokus persiapan ujian.”Jawabnya sambil menunduk. Dia takut jika Vanno marah.
Melihat Retta yang menunduk sambil meremas tangannya,Vanno berjalan mendekatinya. “Jangan dekat dengan laki-laki manapun. Kamu sudah menikah sekarang.” Katanya kemudian.
Retta segera mengangguk mantab. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Meski belum ada rasa cinta diantara keduanya, namun mereka harus sama-sama menjaga pernikahan ini dengan baik.
Vanno segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Retta pergi menuju walk in closet untuk mengambil baju tidurnya. Begitu pintu dibuka seketika Retta membulatkan mata dengan lebar. Dia mematung di depan pintu.
Vanno keluar dari kamar mandi yang berada di sebelah walk in closet. Dia melihat apa yang dilihat Retta. “Itu semua mommy belikan untukmu. Jadi semua harus dipakai.” Kata Vanno.
Retta menoleh sambil mendelik. “Sebanyak ini?” tanyanya kemudian yang dijawab dengan anggukan oleh Vanno.
Vanno berjalan meninggalkan Retta. Dia segera menuju nakas untuk meminum jus jeruknya sambil memainkan ponselnya. Sementara Retta segera membuka paper bag belanjaan mommy dan memasukkannya ke dalam lemari.
Retta bergidik ngeri membayangkan dia memakai pakaian itu. Bahkan, pakaian-pakaian itu tidak hanya bisa membuatnya masuk angin dan malu, tapi bisa membuatnya memancing. Ya, memancing jiwa kelelakian Vanno seperti yang dikatakan mommy tadi di ruang tengah.
\=\=\=\=\=
Masih mau lagi?