Arumi Bahira, seorang single mom dengan segala kesederhanaannya, semenjak berpisah dengan suaminya, dia harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup putrinya. Arumi memiliki butik, dan sering mendapatkan pesanan dari para pelanggannya.
Kedatangannya ke rumah keluarga Danendra, membuat dirinya di pertemukan dengan sosok anak kecil, yang meminta dirinya untuk menjadi ibunya.
"Aunty cangat cantik, mau nda jadi mama Lion? Papa Lion duda lho" ujar Rion menggemaskan.
"Eh"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Tulit.. Tulit.. Tulit
Penjual es keliling yang biasa lewat di depan butik, hari ini kembali muncul tepat ketika Bella dan Naka sedang asyik bermain. Terdengar suara lonceng kecil dari gerobak es yang membuat Bella segera mengalihkan perhatiannya.
"ABANG DOGEL BELI!" teriak Bella dengan semangat, membuat penjual itu menghentikan langkahnya dan tersenyum lebar.
"Cebental abang, Bella minta uang mama dulu," ucap Bella dengan nada manja, yang disambut anggukan pengertian dari penjual es.
Dengan langkah cepat, Bella berlari ke dalam toko, meninggalkan Naka yang masih terpaku di tempatnya, matanya mengikuti setiap gerak Bella. Tak berapa lama, Bella kembali dengan uang sepuluh ribu rupiah tergenggam di tangannya, seraya tersenyum lebar penuh kemenangan.
Sekarang Bella sudah bebas membeli apa yang dia mau, tidak seperti dulu sebelum ada Alvaro. Arumi selalu membatasi uang jajan putrinya, terkadang juga melarangnya. Pasalnya terkadang uangnya tidak cukup untuk biaya operasional butik miliknya.
"Naka, mau beli nda?" tawar Bella.
Naka menganggukkan kepalanya pelan, dia meletakkan mainnya, dan mengikuti Bella menghampiri gerobak es tersebut.
"Bang es Dogelnya dua" ucap Bella seraya memberikan uang miliknya.
"Baik neng" ucap penjual dan segera membuatkan es pesanan Bella.
Tak lama es pesanan Bella jadi, dan penjual memberikan es itu kepada Naka dan Bella.
"Telima kacih abang" ucap Bella.
Dengan langkah hati-hati, kedua bocah kecil itu masuk kedalam toko, dan mendudukkan tubuhnya di sofa yang berada di sudut ruangan.
Dengan mata berbinar, Naka menyesap es doger yang baru saja dibelikan oleh Bella. Setiap kali dia mengunyah, ekspresinya berubah menjadi semakin ceria.
"Ini enak, becok Naka mau beli lagi," serunya dengan penuh semangat.
Bella, yang duduk di sebelahnya, tersenyum melihat kegembiraan Naka. Dia mengusap bahu Naka dengan lembut dan berkata, "Tapi becok kamu minta uang papa. Jangan pakai uang mama telus, nanti uang mama habis" ucap Bella.
"Eum, becok Naka minta yang walna melah" ucapnya dengan senyum merekah.
Mereka berdua kemudian dudu berdampingan di sofa sudut, menikmati kesederhanaan momen bersama, diisi dengan tawa dan keceriaan yang tulus.
Arumi menggelengkan kepalanya melihat tingkah keduanya, entah sudah habis uang berapa untuk jajan mereka. Bella dan Naka selalu menghentikan penjual yang lewat depan tokonya.
Arumi masuk kembali kedalam ruangannya, melanjutkan membuat pola yang sempat tertunda. Tadi setelah makan siang selesai, Alvaro langsung berpamitan kembali ke kantornya.
Arumi dan Rindu duduk berhadapan yang di batasi oleh meja besar. Sementara itu, kedua bocah tersebut sedang asyik menyantap es doger di depan butik.
"Bagaimana dengan sekolah Bella dan Naka, mereka membuat ulah tidak?" tanya Rindu.
Arumi menggeleng sambil tersenyum, "Oh, mereka itu memang penuh energi, tapi guru-gurunya bilang mereka cukup pintar. Hanya saja terkadang kelebihan energi itu yang membuatku harus extra sabar. Tapi Naka berbeda dengan Bella, dia tidak mau sekolah karena lagu yang mereka nyanyikan katanya tidak seru, tidak bisa bergoyang katanya"
Rindu tertawa, "Memangnya dia sering nyanyi di rumah Rum?"
"Dia sering nyanyi bersama opanya. Sungguh, aku tidak menyangka seorang tuan Danendra yang terkenal killer ternyata konyol juga. Dia sering nyanyi dangdut di rumah bersama Naka" terang Arumi.
"Ya... Aku ingat saat di pernikahanmu. Beliau ikut berjoget bersama Naka" ucap Rindu.
Arumi ikut tertawa, "Tapi itulah yang membuat hari-hari kita berwarna, kan? Meski terkadang mereka seperti badai kecil yang siap menerjang." Keduanya kemudian terdiam sejenak.
Di luar, tawa Bella dan Naka terdengar bersahutan, menambah keceriaan sore itu. "Mereka memang buah hati yang membuat kita berdua harus jadi superwomen ya, Rum" ucap Rindu sambil menuangkan idenya di atas kertas.
Arumi mengangguk, memeriksa oven sebelum mereka memasukkan loyang ke dalamnya, "Tapi, dengan segala kenakalan dan keceriaannya, hidup ini jadi lebih berarti. Dan saat mereka tumbuh besar nanti, kita akan merindukan hari-hari seperti ini." Mereka berdua tersenyum, menatap oven dengan harapan.
Di luar, suara tawa anak-anak mereka yang kini semakin keras, mengingatkan akan kehadiran dua malaikat kecil yang selalu berhasil memenuhi hari-hari mereka dengan cinta dan kejutan.
*****
Terlihat sebuah mobil mewah berwarna hitam mengilap perlahan memasuki area parkir butik milik Arumi. Kaca mobil yang sedikit terbuka memperlihatkan sekilas wajah sang pengemudi—seorang pria gagah berdasi. Tak lama, pintu terbuka, dan sepasang suami istri keluar dari kendaraan dengan anggun. Sang wanita tampak elegan dengan gaun berpotongan simpel namun mewah. Ia adalah Erika, dan Reza, mantan suami Arumi.
Mereka berjalan berdampingan menuju pintu masuk butik. Aroma bunga segar dan parfum mahal menyambut mereka saat pintu terbuka otomatis.
"Selamat datang, tuan, nyonya. Ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang karyawan butik dengan senyum ramah, membungkuk sopan sebagai bentuk penghormatan pada tamu istimewa tersebut.
Erika melirik sekilas ke arah etalase kaca sebelum akhirnya menjawab, "Saya sedang mencari gaun untuk acara gala dinner minggu depan."
"Baik, nyonya. Silakan ikuti saya, kami memiliki beberapa koleksi baru yang mungkin cocok untuk Anda," ucap sang karyawan sambil mempersilakan mereka ke bagian private showroom butik.
Sementara Erika dibantu memilihkan gaun, Reza duduk di sofa marun di sudut ruangan sambil memainkan ponselnya, sesekali memandangi istrinya yang tampak serius memilih pakaian.
Di sisi lain butik, Renata dan Amran baru saja menyelesaikan transaksi mereka. Beberapa kantong belanja tampak diletakkan di atas meja resepsionis oleh staf butik. Mereka kemudian berjalan menuju kursi tunggu yang tak jauh dari tempat Reza duduk.
Renata menoleh sekilas, matanya tidak sengaja melihat kesudut ruangan, dia melihat Bella dan Naka yang sedang bermain.
"Mas, bukannya mereka anak kecil yang bersama Arumi waktu itu. Ngapain mereka di sini?" tanya Erika sambil menunjuk ke arahnya.
Reza menoleh mengikuti arah yang di tunjuk sang istri.
"Dimana Arumi, kenapa dia tidak ada?" tanya Erika mengedarkan pandangannya ke sekeliling toko mencari sosok Arumi.
"Aku tidak tahu, mungkin saja sedang ke toilet" jawab Reza cuek. Dia tidak ingin tahu tentang mantan istrinya.
"Ayo pulang" ajak Reza.
"Sebentar mas" ucap Erika tanpa mengalihkan tatapannya dari kedua bocah itu. Keningnya berkerut ketika melihat wajah Bella yang begitu mirip dengan suaminya.
"Mas, lihatlah ke arah gadis kecil itu, wajahnya sangat mirip dengan mu" ucap Erika.
Reza yang penasaran pun menoleh, memperhatikan wajah Bella dengan intens. Memang benar wajahnya mirip dengan dirinya, tapi juga mirip dengan Arumi.
"Kenapa wajah dia begitu mirip dengan ku? Benarkah dia anak Arumi? Lalu siapa ayahnya?" Tanya Reza dalam hati.
Erika bangkit dari tempat duduknya, di susul oleh suaminya. Reza yang penasaran dengan sosok Bella pun, kemudian berbalik dan menghampiri karyawan toko tersebut.
"Siapa kedua anak kecil itu mbak, dimana orang tuanya" tanya Reza ingin tahu.
"Mereka anak pemilik butik ini tuan." jawab karyawan toko.
"Siapa pemilik butik ini?" tanya Reza memastikan.
"Nyonya Arumi tuan" jawabnya
Reza terkejut, dia tidak menyangka Arumi yang miskin bisa memiliki butik seperti ini, meskipun tidak terlalu besar, namun cukup terkenal.
Dulu saat pergi dari rumahnya, tidak sepeserpun Reza memberikan harta gono gini kepada wanita itu. Arumi keluar dari rumahnya hanya membawa bayinya saja.
seharusnya ganti tanya Arumi
bagaimana servisku jg lbh enakan mana sm clara wkwkwk
Alvaro menyesal menghianati clara
kok minta jatah lagi sama arumi
itu mah suka al