Setelah kematian kedua orang tuanya, Farhana baru tahu jika mereka bukanlah orang tua kandungnya.
Mereka berdua meninggal akibat kecelakaan. Dan ternyata yang menabrak adalah putri kandungnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ARGA
Selesai makan Farhana berpamitan untuk kembali ke Asrama. Awalnya Bang Reza ingin meminta Farhana untuk tinggal dulu sebentar, Namun mengetahui peraturan asrama ia pun menyerah.
Malam ini Bang Reza memutuskan untuk tinggal di apartemen Dzaki . Lagipula ada dua kamar disana. Dzaki juga tidak keberatan sama sekali.
Saat Farhana kembali ke asrama. Bang Reza mendorongnya hingga pintu gerbang. Setelah itu Farhana masuk sendiri ke dalam.
Dikediaman Pratama Nyonya Dewi mondar-mandir di ruang tamu dengan cemas. Sejak bangun pagi hingga sekarang ia masih belum bertatap muka dengan Tuan Pratama. Nomernya juga tidak bisa dihubungi.
Perasaannya tidak tenang. Seakan ada sesuatu yang akan terjadi padanya.
"Kenapa dari tadi Mama mondar mandir tidak jelas seperti itu? "
"Papa mu tidak bisa dihubungi," jawab Nyonya Dewi dengan cemas.
"Kamu harus bisa memenangkan hati Papamu seperti biasanya. Meski Hana putri kandungnya namun dari kejadian semalam bisa dilihat jika dia masih lebih menyayangimu," lanjutnya.
"Pasti sekarang Papa sedang mencari keberadaan Hana. Tapi...."
Putri tidak melanjutkan ucapannya. Namun sorot matanya menatap Nyonya dengan serius.
"Bukankah Hana putri kandung Mama. Kenapa mama sama sekali tidak menyayanginya? Putri bisa melihat kebencian yang tidak dapat disembunyikan."
Nyonya Dewi terdiam. Sampai hari ini Putri memang belum tahu jika sebenarnya Ia bukanlah ibu kandung dari Farhana.
Sejak kecil Putri tahunya Nyonya Dewi. Tidak ada yang pernah memberitahukannya jika Nyonya Dewi sebenarnya bukan ibu kandungnya.
Ia fikir setelah identitasnya terbongkar, Nyonya dewi akan menyayangi Farhana. Karena ia putri yang tertukar. Namun kenyataanya malah sebaliknya. Putri dapat melihat kebencian dimatanya.
"Mama tidak mau membicarakannya. Lebih baik Kamu kemabli ke kamarmu. Mama masuk keluar dulu sebentar," kata Nyonya Dewi tanpa memberi kesempatan buat Putri untuk mengatakan sesuatu.
Nyonya Dewi mengambil tasnya yang ada dalam kamar dan bergegas keluar dari rumah. Ia ingin pergi ke apartemen tempat kekasih gelapnya tinggal.
Tanpa nyonya Dewi sadari gerak-geriknya saat ini selalu terpantau oleh Tuan Pratama. Tuan Pratama terus melakukan penyelidikan.
Saat ini Tuan Pratama tidak ada di ibu kota. Selepas maghrib tadi pesawat membawanya kembali ke kota bunga. Tempat dimana Farhana tinggal.
Ia akan mulai mengusut tentang kecelakan yang dialami Farhana dimana Putri sebagi pelakunya. Tuan Pratama meminta bantuan Detektif terkenal. Semuanya akan ia usut secara tuntas.
Saat Nyonya Dewi tiba di apartemen , sang kekasih langsung membawanya bertempur diatas ranjang. Ia tidak memperdulikan penolakan Nyonya Dewi sama sekali.
Namun penolakan itu berlangsung hanya sebentar. Selanjutnya Nyonya Dewi lah yang paling mendominasi.
"Sepertinya suasana hatimu sedang buruk," kata sang kekasih seusai mereka bercinta. Keduanya berpelukan dengan tubuh yang masih berkeringat.
Usia lelaki itu lima tahun lebih muda dari Nyonya Dewi. Namanya Bagus bagaskara. Pekerjaan sehari-harinya sebagai bartender disebuah klub malam.
Selain berhubungan dengan Nyonya Dewi , bagus juga berhubungan dengan beberapa wanita yang berada di tempat kerjanya.
"Anak sial itu benar-benar brengsek," keluh Nyonya Dewi .
"Anak sial yang mana?"
"Siapa lagi kalau bukan putri kandung Tama."
"Oh....jadi anak itu benar-benar pergi dari rumah?"
"Hmmmm"
"Bukankah itu malah bagus?"
"Apanya yang bagus. Kini ketiga lelaki itu tidak ada yang pulang ke rumah. Pasti mereka sedang sibuk mencari keberadaan anak sial itu."
"Mau Aku bereskan?"
"Ide yang bagus," jawa Nyonya Dewi sambil tersenyum licik. Keduanya saling pandang sebelum melanjutkan percintaan mereka. Entah untuk ronde yang keberapa. Namun malam itu mereka benar-benar sangat liar.
Malam itu Nyonya Dewi tidak pulang sama sekali. Orang yang mengikutinya memberikan laporan pada Tuan Pratama.
Keesokan harinya Farhana libur sekolah. Ia ada janji penting dengan sahabatnya sejak kecil sebelum ia pindah keluar negeri .
Sahabat Farhana ini merupakan putra dari sahabat mendiang sang Ayah yang sudah memberinya kursi roda multi fungsi yang dipakainya.
Mereka janjian di restoran yang masih berada di kawasan kampus. Namun Farhana mencari tempat yang ada ruang pribadinya.
Farhana datang lebih awal dibanding sahabatnya. Sambil menunggu ia memesan makanan kesukaan mereka berdua. Tak lama kemudian pintunya terbuka.
Sosok pemuda tanggung dengan tinggi 1,9 meter berjalan menghampirinya dengan senyum lebar di bibirnya.
Wajahnya putih pucat dan memiliki bola mata yang berwarna biru. Dia hanya memakai kaos yang berwarna putih polos dengan celana selutut yang membuatnya terlihat segar dan santai. Meski terlihat sederhana namun bahanya terbuat dari kain terbaik.
"Hallo brother," sapa Farhana dengan senyum riang.
"Hai Sister. Kelihatanya kondisimu sudah mulai membaik," kata Arga tak kalah ceria. Ia langsung duduk disamping Farhana.
"Berapa lama tinggal disini?"
"Besok kembali. Aku tidak punya banyak waktu luang untuk saat ini."
"Kabar Aunty sama Uncle bagaimana?"
"Sehat. Mereka titip salam. Kalau ada waktu suruh main kesana. Nanti Kami jemput."
"Untuk saat ini aku juga masih belum ada waktu. Kondisiku juga belum memungkinkan."
"Sekolahmu bagaimana?"
"Lumayanlah."
"Ada yang suka usil nggak?"
"Tentu saja ada. Kamu bawa alat yang aku minta kan?"
"Tentu saja. Ini hasil penemuanku. Cocok banget buat perlindungan,' jawab Arga dengan antusias.
Dia mengambil sesuatu dari dalam tas kecil yang ia bawa. Sebuah jam tangan cantik yang langsung membuat Farhana terpesona.
"Bagus banget jamnya."
"Bagus kan? Ini bukan hanya bagus, tetapi juga berbahaya," katanya sambil tersenyum menyeringai.
Sebelum sempat menjelaskan , pelayan datang untuk mengantarkan makanan yang Farhana pesan. Arga kembali menyimpan jam itu kedalam tasnya. Yang penting sekarang mengisi perutnya terlebih dahulu.
Arga baru saja tiba dari negaranya . Ia memang sengaja datang kesini untuk bertemu dengan farhana. Jadi setelah dari Bandara ia langsung kesini.
Selesai makan , Arga menjelaskan apa saja keunggulan jam tangan yang telah ia buat. Farhana mendengarkan dengan antusias.
Jam itu memiliki banyak keunggulan. Salah satunya membuat lawan tersengat aliran listrik. Ada jarum jarum kecil yang mengandung racun. Hanya saja racun yang terkandung didalamya hanya mempunyai efek ringan. Tidak sampai membuat kematian.
Jarum itu sangat kecil. Jadi saat ditembakkan tidak akan ada yang menyadarinya.
"Bagus banget. Bagaimana Kamu bisa mempunyai ide sebanyak ini," kata Farhana dengan ekspresi kekaguman diwajahnya.
"Biasalah dari komik yang aku baca," jawab Arga dengan santai. Ia memang penggila komik dan juga anime.Farhana sudah tidak terkejut lagi.
Arga termasuk salah satu dari ribuan orang yang ahli dalam membuat alat-alat canggih . Padahal usianya masih tujuh belas tahun.
Sejak usia lima tahun ia sering membongkar pasang barang elektronik yang ada di rumahnya. Bukannya marah orang tuanya malah menyediakan tempat khusus menyalurkan bakatnya.
Cukup lama mereka berada di restoran. Kemudian Arga mengajak Farhana untuk berbelanja. Farhana dengan senang hati mengikutinya.
hana dn kluarganya pst bhgia bgt....
slain hana udh smbuh,nnek shir jg bkln d hkum mti....
jd pgn mkan nasi padang jg....ngiler.....🤤🤤🤤
slain msih khilangn orngtua angktnya,dia jg kcewa dgn kluarga kndungnya....tp mngkn dgn brjalnnya wktu,dia jg mau mmaafkn kluarganya.....
yg mstinya malu tu klian kaleee....
ngaku2 dkt sm dzaki,pdhl mh knal jg kagak.....