Vira, seorang anak perempuan yang polos dan cantik selalu dikurung oleh ayahnya untuk menghasilkan uang dengan menjual tubuhnya.
Hingga suatu malam itu Vira mendapatkan pelanggan yang sangat berbeda dan cukup unik, berbicara lembut padanya dan bahkan memakaikan baju untuknya.
Namun, Vira tidak menduga bahwa pertemuannya itu justru mengubah nasibnya di masa depan nanti.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? dan takdir nasib apa yang tengah menunggunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Goro maaf tidak membicarakan tentang hal ini lebih awal. Penawaran ratu memanglah sulit untuk diterima dan menolaknya pun semakin sulit" ujar Sen saat ia dan Vira pulang dan membicarakan tentang penawaran ratu yang belum sempat Sen bahas.
"Tidak apa-apa Sen, lagipula akan ada baiknya kalau nona Vira tinggal di istana, itu akan lebih aman dibanding tinggal di sini. Ditambah dengan kejadian hari ini... Mungkin akan ada banyak hal yang akan terjadi" ungkap Goro memaklumi penuturan Sen.
"Tapi kami meminta waktu untuk memikirkannya dengan baik, jadi... Masih belum pasti kami akan pergi" ucap Sen berusaha untuk tidak menyinggung perasaan Goro.
"Tidak banyak yang bisa saya lakukan di sini setelah semua yang telah terjadi. Saya harap anda memikirkannya dengan baik" ujar Goro sambil tersenyum dan beranjak pergi dari kursinya untuk membersihkan sisa makan malam.
Sen yang masih merasa tidak enak dengan percakapan tadi pun tidak bisa menghentikan Goro jika suasananya justru jadi canggung seperti ini
"Kalau begitu... Saya akan ke kamar sebentar" ucap Sen yang bangkit dari kursinya dan pergi ke kamarnya yang terletak paling ujung.
Vira pun terus memperhatikan setiap pergerakan Sen tanpa ekspresi apapun hingga punggungnya hilang di balik pintu Vira masih terus menatapnya.
"Heh, Vira ada apa?" tanya peri merah yang baru saja keluar dari liontin Vira bersama yang lainnya.
Vira menggeleng sebagai jawaban. Yang justru membuat para peri menatap satu sama lain dengan bingung.
Tak lama Vira bangkit dari duduknya hendak pergi ke arah yang terus ia pandangi. Ketika seseorang memanggil namanya.
"Vira..."
Vira menoleh dan mendapati Goro yang ternyata pemilik suara itu dari dapur dan tengah tersenyum padanya lalu mengangguk penuh arti.
Vira menangkapnya dengan anggukan pelan yang sama, lalu kembali berjalan mantap ke kamar Sen dan Goro di ujung sana.
"Vira, apa anda masih baik-baik saja?" tanya peri biru mengkhawatirkan kondisi Vira setelah kejadian pagi tadi.
"Aku baik-baik saja..." jawab Vira dengan suara batinnya.
Tok! Tok!
Vira mengetuk pintu kamar Sen dengan pelan sebelum masuk, menunggu pemilik kamar membukakan pintu untuknya.
"Vira?" panggil Sen terkejut saat membuka pintu karena yang mengetuk pintu kamarnya ternyata adalah Vira.
"Ada apa?" tanya Sen langsung ke intinya.
Vira hanya diam kali ini tanpa isyarat apapun, sambil menatap Sen lalu ke pintu yang hanya terbuka sedikit secara bergantian.
"Ah... benar, masuklah..." hingga Sen mempersilahkan Vira untuk masuk setelah melihat isyaratnya yang jelas menginginkan ia membukakan pintu lebih.
"Duduklah..." Sen menepuk tempat di depannya, diatas karpet yang tersedia di sana mereka berdua duduk saling menghadap.
"Ada apa? Apa ada yang ingin anda bicarakan?" tanya Sen kembali menanyai Vira dengan sedikit menghela nafas berat.
Namun, Vira justru tidak menjawab pertanyaan Sen dan hanya melihat-lihat sekelilingnya dengan seksama, dari kasur, meja, lukisan, vas bunga di jendela, dan beberapa baju di lemari terbuka.
Sen pun ikut bingung dengan Vira yang seperti itu, sambil mengikuti arah pandang Vira yang kesana kemari seperti mencari sesuatu.
"Vira... Apa ada yang mengganggu anda?" Sen bertanya mewakili rasa penasarannya dengan sikap Vira yang tidak biasa.
Sen menghela nafas panjang, melihat Vira yang masih belum mengatakan apapun alasannya datang kemari, dan sepertinya ia juga seperti tidak ingin mengatakan apapun sambil menikmati pemandangan kamar di sekelilingnya.
"Vira... Jika tidak ada yang ingin anda bicarakan... Apa saya boleh bertanya sesuatu?" kali ini Sen mengubah topiknya karena Vira yang masih disana tanpa mengatakan apapun.
"Soal kejadian di pesta istana... Mengapa anda menyebut sosok raja hutan kegelapan dengan sebutan cantik?"
Vira yang mendengar pertanyaan seperti itu keluar dari mulut Sen kini menoleh dan menatapnya lekat.
"Ah, maksud saya... Itu bukan seperti yang semua orang duga. Anda memanggilnya cantik apa dalam artian lain?" Sen berusaha menjelaskan maksudnya, tapi Vira justru memiringkan kepalanya semakin bingung dengan pertanyaan Sen itu.
"Vira, maaf saja kalau ada orang yang pasti akan menanyakan hal itu pada anda" para peri mulai menjelaskan pada Vira yang masih belum mengerti dengan apa yang ditanyakan Sen itu.
"Anda adalah anak dalam ramalan yang punya enam indra melebihi manusia biasa, dan itu sebabnya apa yang anda lihat, sebagian tak sama seperti yang orang lain lihat"
"Dan yang sebenarnya Sen maksud itu kau menyebut raja Zion cantik karena yang orang-orang lihat sosok raja Zion tak lebih dari sekedar asap hitam dan diselimuti sihir jahat yang mengerikan"
Vira kembali mencerna setiap perkataan para peri dan baru menyadari kalau yang dilihatnya memang tidak seperti yang orang lain lihat, itu sebabnya Sen menanyakan hal itu padanya, karena yang ia lihat adalah sosok hitam yang diselimuti kejahatan bukan sosok cantik dan indah yang seperti Vira lihat.
Vira pun semakin bingung bagaimana harus menjawabnya, ia mencoba membuka suara tapi tetap tidak mau keluar dan malah membuatnya semakin kesal karenanya.
Hingga tiba-tiba ia teringat ucapan Goro saat ia meminta bantuannya agar bisa bicara dan mengekspresikan perasaannya seperti yang lain.
"Vira... Anda punya mata yang bagus, anda harus tahu bahwa di mata itu banyak ekspresi yang sudah anda buat dalam satu waktu yang sama. Entah kenapa saya pikir beberapa orang mungkin akan mengerti maksud tatapan mata anda"
Apa ia memang punya mata yang seperti itu? tapi Vira bukan hanya sekedar ekspresi mata, ia ingin mengucapkan beberapa kata, dengan lancar tanpa paksaan.
"Kenapa aku bisa jadi seperti ini?" batin Vira dengan sakit di hatinya untuk pertama kalinya, yang tidak ia mengerti sama sekali.
Ia ingat bagaimana seorang wanita tua dengan riasan tebal dan perhiasan mewah menghiasi tangan leher dan kakinya selalu memuji kecantikannya dan memperlakukannya seperti bonekanya yang bisa ia riasi dan baluti dengan berbagai hal, sambil terus berkata.
"Vira sayang... Alangkah bagusnya kalau anda tetap diam seperti itu, dan menuruti semua perkataanku. Aku akan memberimu lebih banyak permen untukmu dan orang tuamu... Mengerti?" saat itu Vira masih berumur 7 tahu dan belum mengerti apa-apa, wanita itu berbisik dengan nada mengancam tepat di telinga Vira hampir setiap hari.
Bahkan jika sampai ia mengeluarkan satu kata pun yang ia dapatkan justru amukan dari ayahnya yang memukul ibunya dengan tangan kosong dan bahkan beberapa kali menggunakan tongkat jika ia bicara lebih dari satu kata.
"Vira..." panggil Sen yang langsung membuyarkan lamunan Vira.
"Anda baik-baik saja?" tanya Sen khawatir melihat Vira yang seperti tengah melamunkan sesuatu, bahkan dilihat dari bagaimana ia terkejut saat Sen memanggilnya membuatnya semakin khawatir.
Vira menggeleng sambil menelan ludahnya susah payah. Entah kenapa ia tiba-tiba teringat masa lalu itu saat ini, membuatnya sedikit kacau dan semakin menutup rapat mulutnya yang tadinya hendak mengucapkan beberapa kata pada Sen.
Para peri yang ada di sekitar Vira juga ikut merasa khawatir dengan Vira, karena mereka juga ikut melihat apa yang Vira lamunkan tadi, membuat mereka mendekap Vira dengan erat berharap bisa membuatnya nyaman dan tenang.
"Baiklah, hari sudah larut dan anda juga harus beristirahat setelah semua ini" ucap Sen tak lagi mengungkit pertanyaan yang belum terjawab.
Dengan ditemani Sen Vira keluar dari kamar Sen dan justru di kejutkan oleh sosok laki-laki di meja makan yang sedang menyantap makanannya dengan lahap.
"Kenapa menatapku seperti itu? Tidak suka melihat orang lain makan apa?" ujar Vin ketus dengan semua makanan di mulutnya yang belum habis.
***