Zalika Azzalea adalah gadis cantik yang berusia dua puluh dua tahun, dirinya memutuskan untuk menikah dengan sang kekasih Arga Pramana diusia muda dengan harapan sebuah kebahagiaan
Pil pahit harus ia telan, karena pernikahan tak berjalan seperti yang dirinya impikan. mimpi sederhana untuk biduk rumah tangga yang sempurna nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Pernikahan yang hanya berlangsung tiga hari itu berakhir dengan menyisakan trauma mendalam, mengubah gadis ceria menjadi seorang yang takut akan cinta
Akankah ada pria yang dikirim tuhan untuk menyembuhkan lukanya? lalu Cinta yang akan memberinya kebahagiaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melanjutkan Hidup
Semua orang menutup telinganya, suaranya aneh. Entah dimana letak suara gitar dan suara nyanyian Rayn keduanya tak bertemu dengan baik
"Suaramu sumbang sekali, playboy. Kau memang tidak berbakat!" Diandra bahkan mengambil dengan paksa alat musik itu dari tangan Rayn
"Apa maksud elo, bule. Gue ini serba bisa" ucap pemuda itu tidak terima
"Kenapa tidak langsung menolak saja Ray, ngapain juga dipaksa. Bikin malu aja!"
"Waah mulut Lo minta dihajar, kutu buku!"
"Rayn" suara Zalika menghentikan aksi pemuda itu yang telah mengepalkan tangannya
"Sudahlah kak Zal, biar aku aja yang main gitar nya!" Gadis cantik bermata biru itu mulai memangku alat musik petik itu
Alunan suara merdu dari mulut serta petikan gitar nya mengisi malam gelap bertabur bintang malam itu. Semuanya diam, meresapi setiap alunan musik yang dihasilkan oleh tangan ajaib putri Bastian itu
Sebuah lagu berjudul melukis senja ia lantunkan dengan sangat indah, membuat semua orang terbawa akan suaranya yang merdu. Bahkan Rayn tak berkedip lengkap dengan mulut menganga lebar
Riuh tepuk tangan menjadi akhir dari penampilan memukau si cantik itu, dengan malu-malu Diandra menatap satu-persatu anggota keluarga nya
"Waah sayang, itu indah sekali. Kamu cocok jadi penyanyi!" Puji Tari
"Terima kasih mah" jawab Diandra malu-malu
"Kakak nggak nyangka kamu jago main gitar nya!" Zalika seolah tak percaya dengan keahlian adiknya itu
"Itu biasa aja kak!"
"Iya, kalian berlebihan. Lagian lagunya nggak cocok. Lagu itu cocoknya dinyanyiin dipantai pas matahari terbenam, bukannya didepan api unggun!" Percayalah, Rayn mengatakan itu untuk menyembunyikan rasa kagumnya saja
"Kamu jangan banyak bicara Ray, bahkan senja saja enggan untuk mendengar suaramu!" Ucapan Zayyan mengundang gelak tawa seluruh anggota keluarga
"Kamu hebat, Dii!"
"Terima kasih!" Dari semua pujian yang didapat, ini adalah pujian yang paling ia tunggu, pujian dari pria pujaan memang terasa berbeda
Saat malam semakin larut, semua orang telah memasuki tendanya masing-masing. Selain Bastian dan Sabrina tentunya, keduanya memilih untuk pulang dari pada harus menyiksa diri dengan tidur didalam tenda. Mereka sudah cukup tua untuk diterpa angin malam
"Aku nggak nyaman tidur disini, sayang" sejak tadi suaminya itu memang tidak bisa diam dan Tari tak bisa tidur dibuatnya
"Astaga mas, apa salahnya dicoba" omel Tari. Sebenarnya dirinya pun tidak nyaman tidur seperti ini, tapi demi kesenangan anak-anak apapun akan ia lakukan
"Nggak bisa, sayang. Disini nggak empuk, badan aku sakit semua!" Zayyan bahkan telah bangun dan duduk disamping istrinya
"Hanya satu malam saja kenapa sih mas!" Tari yang semula menyamping kini terlentang menatap wajah tak mengenakkan suaminya
"Kamu juga nggak akan nyama kan kalau aku gempur disini!" Tari membulatkan matanya dengan sempurna, mulut frontal suaminya benar-benar membuatnya malu
"Jangan ngomong sembarangan mas, gimana kalau anak-anak denger!" Tari bahkan reflek bangun dan menutup mulut suaminya
"Ya udah makanya kita balik ke kamar aja!" Tangan yang menutup mulut itu ia raih lalu mengecupnya
"Ya udah ayo!" Pasrah, Tari mengikuti keinginan suaminya. Sangat memalukan jika anak-anak mereka mendengar apa yang ayahnya ucapkan. Lagi pula Akbar disana untuk menjaga adik-adiknya, pikir Tari
Kini dari tiga tenda yang tersedia hanya ada dua yang terisi, Zalika bersama Diandra lalu tiga orang pria mengisi tenda yang ukurannya lebih besar
"Diandra seneng banget liat kak Zal bisa seperti dulu lagi!" Gadis remaja itu memang sedikit manja bila bersama Zalika, jika orang lain yang melihat mungkin akan menyangka jika keduanya saudara kandung
"Ini semua juga berkat kalian kan!" Keduanya saling berpelukan, tidur didalam tenda seperti ini malah membuat keduanya senang
"Bisa tutup lampunya sekarang!" Sejak tadi Rayn tak bisa tidur karena senter didalam tenda itu masih menyala, itu karena Ryan belum selesai dengan bukunya
"Pakai kaca mata hitam saja!" Ryan menyahut, keduanya dipisahkan oleh tubuh Akbar yang berada ditengah
"Nggak ada yang bisa tidur kalau lampunya nyala gitu, kutu buku!" Gerutu Rayn
"Bang Akbar bisa!"
"Kalian bisa diem nggak!" Akbar yang semula memejamkan matanya kini membuka matanya lebar-lebar
"Ryan tuh bang!" Adu Rayn
"Lo sendiri juga lagi teleponan sama cewek Lo, Ray!" Ryan tak mau kalah
Kesal, Akbar merampas ponsel serta buku dari kedua pemuda berwajah mirip itu lalu meletakkannya dibawah bantal
"Kalian akan dapatkan ini besok pagi!" Setelah mengatakan itu Akbar kembali menutup matanya
Tak ingin memancing amarah sang kakak, kedua pemuda itu memilih untuk tidur tanpa ada perdebatan
***
Zalika merasa hidupnya harus berjalan, enam bulan lamanya wanita itu berdiam diri di rumah, tak ada aktivitas apapun, ia hanya akan keluar rumah jika itu kerumah sakit. Bahkan perawatan kecantikan saja dilakukan olehnya dan sang mama dengan jasa salon panggilan
Semua itu dilakukan demi kebaikannya, terapinya masih terus dilakukan. Sekalipun Zalika tak menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya masih trauma, terlebih sekarang statusnya kembali lajang karena proses pembatalan pernikahan antara dirinya dan Arga berjalan dengan sangat lancar
Zayyan dibuat menganga melihat anak gadisnya menuruni anak tangga dengan penampilan yang jauh berbeda
Rok span selutut berwarna putih gading serta kemeja berwarna pastel membuatnya terlihat dewasa dan sangat cantik. Di bahunya terlampir sebuah Tote bag berwarna coklat serta flat shoes berwarna senada
"Mau kemana kamu?" Tanya Zayyan yang bingung akan penampilan putri kesayangannya itu
"Aku dapat panggilan kerja di sebuah perusahaan besar!" Jawabnya dengan penuh antusias
"Kerja? Kamu mau kerja?" Tanya Zayyan tak percaya
Gadis cantik itu mengangguk "Aku melakukan lamaran pekerjaan secara online dan aku diterima sebagai sekertaris!"
"Kamu bisa kerja di perusahaan ayah, sayang. Ngapain kamu kerja sama orang lain!" Zayyan tak habis pikir dengan apa yang ingin anak perempuannya itu ingin lakukan
"Aku mau mengasah kemampuan aku lagi, ayah!" Zalika memang keras jika itu menyangkut keinginannya
"Kamu bisa jadi sekretaris ayah kalau gitu!" Pria lima puluh tahun itu masih tidak ingin putri kesayangannya itu bekerja terlebih diluar pengawasan nya
"Kalau aku jadi sekretaris ayah, bukannya kerja aku malah santai-santai kayak bos!" Gerutu gadis cantik itu, bahkan wajahnya telah ditekuk sedemikian rupa
"Biarin aja mas, kata dokter Wulan juga kegiatan diluar rumah mempercepat penyembuhan mental Zalika!" Tari yang baru selesai menyiapkan sarapan menghampiri keduanya
"Tapi kan.."
"Aku janji akan jaga diri!" Zalika mendekat dan memeluk tubuh sang ayah
"Kamu harus janji akan baik-baik aja! Jaga diri, dan jangan kelelahan!" Ucap Zayyan sembari mengusap rambut panjang putri kesayangannya itu
semoga terkuak ya rahasianya