Widowati perempuan cantik yang baru saja melahirkan bayinya yang mati. Langsung dicerai oleh Aditya suaminya, karena dianggap tidak bisa menjaga bayi yang sudah dinanti nantinya.
Widowati akhirnya memilih hidup mandiri dengan mengontrak rumah kecil di pinggir sungai, yang konon kabar beritanya banyak makluk makluk gaib di sepanjang sungai itu.
Di suatu hari, di rumah kontrakannya didapati dua bayi merah. Bayi Bayi itu ukuran nya lebih besar dari bayi bayi normal. Bulu bulu di tubuh bayi bayi itu pun lebih lebat dari bayi bayi pada umumnya.
Dan yang lebih mengherankan bayi bayi itu kadang kadang menghilang tidak kasat mata.
Bayi bayi siapa itu? Apakah bayi bayi itu akan membantu Widowati atau menambah masalah Widowati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31.
“Terus apa Mbak?” tanya Widowati sangat penasaran sambil menoleh ke arah Retno.
Dua bocil yang ingin tahu pun juga ikut memalingkan wajah mungil mereka ke arah belakang. Tampak dua wajah mungil itu pun juga menunjukkan ekspresi kepo nya.
“Nyi Ratu sudah ditangkap polisi, pasti rumah nya digerebek oleh polisi. Orang orang yang terlibat kejahatan ikut ditangkap, dan budak budak dilepas.” Ucap Retno dengan serius sambil menatap Widowati.
“Bu Kadus dan Bu Waspo pasti juga ikut dilepas.” Gumam lirih Widowati yang paham akan arah pembicaraan Retno.
“Nah itu dia. Bagaimana kalau Bu Kadus dan Bu Waspo sudah dijemput oleh anak anak mereka. Terus mereka melihat Langit dan Lintang yang begitu menggemaskan dan sangat pintar. Lalu mereka mau mengambil anak anak itu.” Ucap Retno sangat pelan agar tidak didengar oleh dua bocil itu. Namun Langit dan Lintang tetap mendengar meskipun Retno sudah bicara sangat pelan.
“Meskipun dulu mereka menolak, tapi saat melihat dua anak yang sangat menggemaskan, cemungut. Siapa sih yang tidak kepincut untuk mengambil.” Ucap Retno lagi.
Ekspresi wajah Widowati tampak semakin sedih, bahkan kedua matanya kini sudah berkaca kaca. Dan butiran air bening sudah menggantung di kelopak matanya.
“Aku sadar Mbak, kita sebagai orang tua hanya mendapat amanah dari Sang Kuasa, hanya dititipi anak anak. Meskipun itu anak kandung sendiri..” ucap Widowati sangat lirih dan saat dia mengedipkan kedua matanya. Butiran air bening terjatuh dari kedua ujung matanya.
“Dan aku paham suatu saat anak anak akan pergi meninggalkan kita demi tanggung jawab hidup mereka.. Tapi aku belum siap jika dalam waktu dekat Langit dan Lintang pergi dari aku..” ucap Widowati sambil mengusap air mata yang meleleh di pipi.
“Aku masih ingin merawat dan membesarkan mereka hingga dewasa. Aku tidak rela jika mereka mengambilnya..” ucap Widowati sambil masih menghapus air mata yang terus meleleh.
Entahlah Widowati juga merasa takut jika Bu Kadus dan Bu Waspo mengambil Langit dan Lintang. Apalagi jika memakai jalur hukum dengan test DNA pula.
Dua bocil yang masih menoleh ke belakang itu. Kini tampak wajah nya juga sangat bersedih. Apa lagi melihat Sang Mama tercinta menangis..
“Mama aku tak atan pelgi dali Mama..” suara lirih Lintang namun dengan nada yang mantap sangat serius sambil menatap Sang Mama.
“Aku juda Ma, aku celalu belcama Mama dan Elin..” suara imut Langit juga sangat mantap dan serius.
“Terima kasih Sayang..” ucap Widowati dengan penuh haru. Tangan Widowati terulur ke depan membelai wajah kedua anaknya. Tampak kedua mata Langit dan Lintang juga berkaca kaca. Karena kedua anak itu pun juga sangat sayang dan tidak mau berpisah dengan Sang Mama.
Sesaat suasana menjadi hening, dan mobil terus melaju..
“Sudah jangan sedih, jangan melow. Kita sudah sampai mall.” Ucap Pak Sigit memecah suasana hening di dalam mobil itu. Di saat mobil sudah masuk ke halaman mall.
Tampak Langit dan Lintang tidak lagi seceria tadi. Mereka berdua hanya tersenyum tidak lagi bersorak sorai.
Namun setelah mereka bermain main di play ground dengan Pak Sigit. Tampak dua bocil itu kembali tertawa senang. Apalagi setelah mendapat baju baru yang bagus, mendapat banyak jajanan dan dua kotak besar es krim dari Bu De Retno. Bibir kedua bocil itu pun kembali tersenyum lebar.
🌸🌸🌸
Setelah puas refreshing di mall. Mereka semua kembali masuk ke dalam mobil.
Kini kedua bocil itu duduk di jok belakang kemudi, bersama sang Mama. Bu De Retno yang berganti duduk di samping kemudi.
“Capek ya? Mau bobok ya?” tanya Retno sambil menoleh ke belakang.
“Iya Bu De..” suara imut Langit dan Lintang yang duduk di samping kanan dan kiri Widowati.
Dua anak itu tampak menempel di tubuh Sang Mama. Widowati memeluk tubuh mungil dua bocil itu, kepala di sandarkan pada tubuhnya
Mobil pun terus melaju menuju ke dusun Argo Pura..
Kepala Langit dan Lintang lama lama terkulai di tubuh Widowati, mereka berdua terlelap dalam tidurnya.
“Wid..” ucap Retno sambil menoleh ke arah Widowati.
“Iya Mbak, ada apa?” tanya Widowati sambil menatap Retno dan kedua tangannya membelai belai rambut Langit dan Lintang.
“Usia kamu masih muda, belum tiga puluh tahun. Kamu tidak mikir untuk menikah lagi?” tanya Retno dengan nada serius.
“Iya Wid, banyak temanku yang menanyakan kamu. Adik Pak Kadus Hardi juga sering menanyakan kamu loh..” sambung Pak Sigit tanpa menoleh dan terus fokus ke arah jalan raya.
“Aku belum memikirkan Mbak, aku masih fokus membesarkan Langit dan Lintang. “ ucap Widowati yang masih membelai belai rambut kepala Langit dan Lintang.
“Dua anak itu kan sudah besar Wid. Sudah lepas Asi, agak lama. Bahkan susah mau sekolah paid, kalau anak kandung kan sudah siap dikasih adik. Ingat juga usia kamu Wid..” ucap Retno masih menoleh ke arah belakang.
“Iya Wid, saat anak anak masih balita mereka memang selalu bersama dengan kita. Tapi saat mereka sudah besar sudah punya teman. Macam aku dan Retno ini anak anak sudah sibuk dengan dunianya dengan temannya. Kalau kita tidak punya pasangan hidup, terasa sepi Wid..” saut Pak Sigit lagi dan masih fokus melajukan mobilnya.
“Benar tuh Wid, kita butuh teman hidup, teman buat ngobrol teman buat memikirkan kebutuhan anak anak, kebutuhan bermasyarakat... capek dan berat Wid kalau dipikir sendiri..” ucap Retno lagi..
“Terima kasih Mbak, Mas.. sudah memperhatikan aku. Tapi saat ini aku belum memikirkan hal itu dulu.” Ucap Widowati sambil menoleh ke arah Retno lalu Pak Sigit.
“Apa kamu masih mencintai Aditya Wid?” tanya Retno penuh selidik.
Widowati hanya diam saja. Dia malah mencium wajah Langit dan Lintang yang tampak semakin menggemaskan hatinya di kala sedang tidur pulas.
“Kamu harus melupakan Aditya Wid, dia sudah menikah dengan Erina. Meskipun aku tidak bisa menjamin apa pernikahan mereka bisa bertahan lama. Di awal saja acara pernikahan sudah berantakan begitu..” ucap Retno lagi lalu menoleh ke arah depan.
“Lebih baik cari yang lain Wid, masih banyak laki laki yang lebih baik dari Aditya meskipun kalau dia menduda lagi..” ucap Pak Sigit dan terus melajukan mobilnya.
“Apa Wiwid sudah trauma dan tidak butuh laki laki ya.. atau...” gumam Pak Sigit di dalam hati yang tidak berlanjut...
Tiba tiba Pak Sigit tampak kaget dan cepat cepat menepikan mobilnya di jalan raya Nasional yang begitu ramai itu.
“Ada apa Pa?” tanya Retno sambil menoleh ke arah suaminya yang tiba tiba menepikan mobilnya dengan ekspresi wajah yang tampak panik.
Cihuuyy
jgn lagi nacal ya pegen di usir lagi sama bu mandor yaaa
jdgm ya om kasiham dehg apa jngan2 si om mau merasuki tubuh denis secara kan persis lho
om mahh ngalah napa
hadeh secara oplek ketiolek deh sm om wowo mukan ya hahaaaaa