NovelToon NovelToon
Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Ibu susu
Popularitas:624k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Dua minggu yang lalu, Rumi Nayara baru saja kehilangan bayi laki-lakinya setelah melahirkan. Lalu, seminggu kemudian suaminya meninggal karena kecelakaan. Musibah itu menjadi pukulan berat bagi Rumi. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan bayi laki-laki yang alergi susu botol di rumah sakit, dan butuh ASI. Rumi pun menawarkan diri, dan entah mengapa ia langsung jatuh cinta dengan bayi itu, begitu juga dengan bayi yang bernama Kenzo itu, terlihat nyaman dengan ibu susunya.

Tapi, sayangnya, Rumi harus menghadapi Julian Aryasatya, Papa-nya baby Kenzo, yang begitu banyak aturan padanya dalam mengurus baby Kenzo. Apalagi rupanya Julian adalah CEO tempat almarhum suaminya bekerja. Dan ternyata selama ini almarhum suaminya telah korupsi, akhirnya Rumi kena dampaknya. Belum lagi, ketika Tisya— istri Julian siuman dari koma. Hari-hari Rumi semakin penuh masalah.

“Berani kamu keluar dari mansion, jangan salahkan aku mengurungmu! Ingat! Kenzo itu adalah anak—?”

Siapakah baby Kenzo?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Mulai Bekerja

“Aku sangat yakin, pasien atas nama Ibu Rumi itu anaknya telah meninggal ... tapi kenapa anak itu sangat mirip dengan bayi yang aku urus saat  Ibu Rumi operasi caesar?” batin perawat yang mendampingi dokter bertanya-tanya.

Begitu masuk ke ruang perawat, perawat bernama Anes itu terduduk diam di kursinya dalam beberapa saat.

“Mbak Anes, loh kok malah bengong?” Tiba-tiba saja rekan kerjanya menepuk pundak wanita itu.

“Eh!” Anes mendongak.

“Mikirin siapa sih? jam pulang masih lama,” tanya Mila terkekeh pelan.

“Mbak Mila masih ingat nggak sama bayi yang meninggal beberapa minggu yang lalu?”

Mila mengangguk pelan. “Mmm ... masih ingat. Yang bayinya atas nama Bu Rumi, kan? Aku sendiri kan yang tahu awalnya di ruang bayi. Memangnya kenapa?” tanya Mila penasaran.

Anes menatap lekat-lekat rekan kerjanya itu. “Mbak Mila yakin ... yang meninggal anaknya Ibu Rumi ... tidak tertukar?” tanyanya penuh kehati-hatian.

Mila berpura-pura mengambil arsip beberapa pasien di meja Anes. “Setiap bayi ada gelang identitasnya Mbak Anes, mana mungkin tertukar. Memangnya kenapa? Kamu curiga sama aku?” tanyanya dengan nada lembut, namun jantungnya berdegup dengan cepat.

Anes menggeleng pelan. “Sorry Mbak,  bukannya menuduh. Hanya bertanya saja. Syukur-syukur tidak tertukar dengan bayi yang lainnya. Namanya manusia bisa saja teledor, kan,” balasnya dengan santai, tanpa mengungkapkan rasa curiganya.

“Mmm ... kalau begitu aku balik mau visit sama dokter Annisa,” balas Mila berpamitan.

“Ya.” Anes yang masih penasaran menatap wanita itu sampai menghilang dari balik pintu.

“Iish ... kenapa si Anes bisa bertanya seperti itu? Apa jangan-jangan dia mencurigai sesuatu?” batin Mila pun juga was-was.

 

***

Waktu pun terus bergulir, tanpa terasa sudah besok hari. Pagi ini, Rumi dan baby Kenzo sudah diizinkan pulang. Dan, sesuai dengan surat perjanjian yang ditanda tangani oleh Rumi, ia harus pulang ke mansion Julian.

Ibu Ita sudah dijelaskan oleh Rumi. Meski rasanya tidak tega melihat anaknya harus menanggung perbuatan almarhum suaminya, tapi wanita paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa atas keputusan anaknya tersebut. Namun, alangkah baiknya Mama Liora mengajak Bu Ita mengantar pulang Rumi ke mansionnya.

“Silakan dicicipi makanannya Bu Ita, tolong jangan sungkan,” pinta Mama Liora saat salah satu maid menyajikan kudapan dan minuman hangat.”

“Makasih banyak Bu, ini sangat berlebihan sekali. Saya jadi ngerepotin,” balasnya tampak canggung.

“Jangan sungkan Bu Ita, ini belum seberapa dibandingin dengan anak ibu yang akhirnya mau tinggal di sini, mengurus cucu saya. Dan, saya berjanji akan memperlakukan Rumi seperti anak saya sendiri. Bu Ita pun bisa sesekali berkunjung ke sini,” ucap Mama Liora dengan ramahnya.

Sementara itu, Rumi dan baby Kenzo sedang berada di kamar baby. Dan, lagi-lagi sejak dari rumah sakit sampai pulang papa-nya Kenzo berada di sampingnya.

“Kalau sudah selesai, kamu segera ke kamar saya,” perintah Julian sebelum ia keluar.

“Kamarnya di sebelah mana Pak?” tanya Rumi yang memang tidak tahu.

Pria itu menoleh. “Di sebelah kanan.”

“Mmm.” Rumi menegakkan punggungnya setelah merebahkan baby Kenzo di atas ranjang. Lalu, ke kamar mandi.

Tak lama kemudian, “Mbak Nia, saya titip Kenzo sebentar ya. Saya mau ke kamar bapak dulu.”

“Ya, Mbak ... hati-hati. Jangan sampai digigit sama Tuan,” seloroh Nia.

Rumi tertawa kecil. “Tinggal gigit balik aja, Mbak.” Jujur saja ia ada rasa takut, tapi harus menghadapinya untuk saat ini.

Tanpa menunggu lama, Rumi mengetuk pintu kamar utama.

“Masuk!” sahut Julian

***

Pintu kamar utama terbuka pelan setelah Rumi memberanikan diri memutarnya. Langkah kakinya ragu, seakan setiap injakan bisa menimbulkan gema di ruangan yang luas itu. Begitu pintu terbuka lebar, matanya otomatis membesar—ia benar-benar terpana.

Kamar utama itu begitu luas, lebih mirip sebuah suite hotel bintang lima daripada kamar tidur biasa. Lantai marmer putih berkilau, seolah baru saja dipoles. Tirai tebal warna abu-abu muda terbuka separuh, membiarkan cahaya matahari pagi masuk, menyapu ruangan dengan kilau keemasan. Tempat tidur berukuran super king berdiri megah di tengah ruangan, berlapis sprei satin krem dengan hiasan bantal besar yang ditata simetris. Di sudut lain, ada sofa panjang dengan meja rendah dari kaca, lengkap dengan bunga segar yang baru diganti. Aroma lembut campuran cendana dan citrus samar tercium, menenangkan sekaligus mewah.

Namun yang paling membuat dada Rumi tercekat adalah foto besar yang terpajang di dinding dekat meja kerja: potret pernikahan Julian bersama Tisya. Sang pengantin perempuan tampak begitu anggun, sementara Julian berdiri gagah dengan jas hitam, ekspresinya serius seperti biasanya. Senyum Tisya yang lebar membuat foto itu terasa hidup. Rumi terdiam sejenak, jantungnya berdegup kencang. Ada perasaan canggung menyeruak, seakan ia telah melangkah masuk ke dalam ruang yang masih menyimpan bayangan orang lain.

"Kenapa bengong di pintu?" Suara berat Julian terdengar, membuat Rumi buru-buru menoleh.

Ia sontak membeku. Pria itu berdiri tak jauh dari meja kerja, hanya berbalut handuk putih yang melilit pinggangnya. Rambutnya masih agak basah, butiran air menetes di garis rahang hingga dada bidangnya. Tubuh atletis itu tampak kekar, setiap lekuk ototnya tegas terlihat, membuat Rumi buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lantai. Namun, semakin ia menunduk, semakin ia merasa jantungnya ingin meledak.

“A—anu, saya ….” Suaranya tercekat.

Julian melangkah beberapa langkah, tatapannya tajam namun dingin. “Masuk. Jangan berdiri di pintu.”

Rumi menelan ludah, lalu melangkah masuk. Kakinya seperti tak bertulang, tapi ia memaksa terlihat tenang. “Baik, Pak,” jawabnya pelan, pura-pura tenang meski hatinya riuh.

Julian duduk sebentar di tepi ranjang, lalu menunjuk ke arah sebuah pintu kayu di sisi kiri ruangan. “Walk in closet ada di sana. Ambilkan saya setelan abu-abu gelap, kemeja putih, dasi biru tua, dan sepatu kulit hitam yang ada di rak kedua.”

Rumi mengangguk cepat, lalu segera menuju pintu itu. Begitu ia membukanya, rasa takjub kembali menyeruak. Walk in closet itu luar biasa luas, hampir seukuran kamar kos pada umumnya. Barisan jas tergantung rapi berdasarkan warna, kemeja-kemeja tersusun seperti di butik mewah, deretan dasi tersimpan dalam laci kaca dengan pembatas khusus, dan rak-rak sepatu menampilkan koleksi mahal yang mungkin bernilai ratusan juta.

“Ya Allah … ini mah seperti butik pribadi,” gumamnya lirih. Jemarinya gemetar saat menarik setelan yang dimaksud Julian. Ia berhati-hati agar lipatannya tidak berantakan.

“Cepat, jangan lama-lama.” Suara Julian terdengar dari luar closet.

“Ya, Pak,” jawab Rumi terburu, lalu membawa pakaian itu ke arah ranjang. Ia meletakkannya di atas tempat tidur dengan hati-hati.

Bersambung ... ✍️

1
Bunda SalVa
kamu dan baby Kenzo lebih aman di mansion Rum, jangan berbuat hal2 yang malah akan membuat celaka kalian berdua

ingat mantan istri dan mantan mertua Julian pasti tidak akan membiarkan kamu hidup dengan tenang 😌😌😌
Kimo Miko
jika rumi minta pulang biarkan aja jul. rumi masih terguncang. dekati rumi secara perlahan jul pasti rumi akan menerimamu dengan ikhlas bagaimanapun kamu bapak biologisnya kenzo
Eni Istiarsi
semoga Bu Ita mampu menenangkan dan menyadarkan Rumi bahwa sesungguhnya tempat paling aman buat mereka adalah di sisi Julian
Dessy Sugiarti
Terima kasih kak, mauu selesaikan cerita Rumi sampai Tamat😍😍😍😍
Rida Arinda
hayo Julian Rumi mo plg ituh😳😳😳
Nar Sih
rumi jgn buru,,mau pulang,tunggu dulu penjelasan julian ,biar jls dulu semua nya,siip momy lanjutt👍🥰
Karennina
siap menunggu
semangat rummm pasti nggak mudah jdi kaamu
Esther Lestari
mau pulang kemana Rumi ?
jangan pulang dulu demi keselamatanmu dan Kenzo
Yam Mato
👍👍👍👍
Yam Mato
👍👍👍
Yam Mato
terimakasih othor
Isda Wardati K
semakin menarik ceritanya dan membuat penasaran. Selalu tidak sabar dg menggu up nya.
Terima kasih mommy Ghina.
Tetap semangat, sehat dan bahagia selalu.
efridaw995@gmail.com
jangan pernah Rumi membawa Kenzo pergi Thor
sherly
pulang kemana sih Rumi? rumah Kenzo tu ya di mansion.. lagian kalo bawa Kenzo pergi bahaya Rumi.. mantan mertua dan mantan madumu masih berkeliaran... dah yg paling aman tetep di dekat Julian...
Reni
aduhhhh pulang kemana rum disitu udah tempat mu
sherly
bolehlah untuk pura2 tak tau Rumi... tapi perlu kamu ingat kalo Kenzo itu punya bapak dan bapaknya tu Julian... bukan hanya kamu yg terluka tapi Julian juga ...
Nanik Kusno
Lho....kok pulang.... jangan memutuskan sesuatu sendiri Rumi....anakmu harus mempunyai ayah yang akan melindunginya dan dirimu....g mungkin juga Julian akan membiarkanmu pergi jauh darinya....
Mamak Yogi
aku tak mau bilang kalau rumi egois tapi kenapa hanya merasa dia yang terluka..
nyaks 💜
klo utk menenangkan hati dan pikiran tak apa sih... tpi kalau hnya utk menghindar tak mau tau kebenaran ttg Bisma,,ttg bgaimana bisa Julian yg jadi ayah biologis Kenzo,,yakin kau bisa tenang??kau bisa jamin kalau kalian akan jauh dri bahaya hmm..
terkesan egois itu menurutku Rum,,
Fa Yun
🙏🙏♥️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!