"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 28
Lolita merasa menyesal karena ternyata lelaki yang menghutangi sang papa adalah seorang pria tampan, gagah, dan berkelas. Berbeda dengan bayangannya selama ini. Ia pikir, lelaki itu sangat jelek, tetapi ternyata tidak.
"Jika tahu lelaki itu sangat tampan, sudah sejak dulu aku mau menikah dengannya," kata Lolita. Mengerucutkan bibir seperti anak kecil yang sedang merajuk.
"Papa tidak akan pernah setuju. Papa tidak mau kamu menikah hanya karena paras. Yang papa mau kamu menikah dengan lelaki yang bertanggung jawab dan mampu menjaga kamu dengan sangat baik," timpal Bima cepat. Seburuk apa pun sikap putrinya, ia tetaplah seorang ayah yang menginginkan kebahagiaan putrinya. Apalagi, Lolita merupakan putri satu-satunya, sudah pasti Bima menginginkan yang terbaik.
"Tapi, Pa. Sepertinya aku akan bahagia kalau menikah dengan dia. Aku bisa membeli apa pun yang aku mau," ujar Lolita. Ia tersenyum senang ketika membayangkan hal yang indah-indah terutama berbelanja apa pun yang ia mau.
"Ya kamu memang bisa membeli apa pun, tapi satu yang tidak akan bisa kamu beli yaitu sebuah kebahagiaan. Karena itu tidak bisa dibeli dengan nominal sebanyak apa pun." Bima berbicara tegas. Ia terdiam beberapa saat untuk mengambil napas. "Dan yang papa inginkan adalah kebahagiaanmu. Melihat kamu bahagia saja bagi papa itu sudah lebih dari cukup," imbuhnya.
"Dan aku bisa hidup bahagia jika dengan lelaki itu, Pa. Aku yakin pasti bisa bahagia." Lolita tetap ngeyel, sedangkan Nety hanya diam mendengar perdebatan ayah dan anak itu.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu? Lolita, kamu harus ingat kalau Tuan Roger sekarang adalah suami Nazura."
Tangan Lolita terkepal erat dan mengumpat dalam hati. Ia benar-benar sangat membenci sepupunya dan menganggap kalau Nazura sudah merebut kebahagiaannya. Padahal, tidak ada yang merebut di sini.
"Walaupun sekarang Nazura sudah pergi entah ke mana, tetapi status mereka masih sah sebagai suami-istri," ucap Bima.
Lolita dan Nety seketika membulatkan mata penuh. Masih terkejut dengan ucapan Bima.
"Nazura pergi?" tanya Nety tidak percaya.
"Ya. Tadi Tuan Roger mencari ke sini," jawab Bima lirih. Ia sangat kepikiran Nazura apalagi Roger bilang jika Nazura sudah pergi sejak satu minggu yang lalu.
Nety gelisah dan khawatir jika Nazura tidak ditemukan maka ia harus kembali melunasi hutang itu karena Nazura hanya sebentar menjadi istri Roger. Namun, berbeda dengan Lolita yang justru tersenyum licik. Ia memiliki ide agar Roger bisa menjadi miliknya seutuhnya.
Lihat saja, aku akan membuat lelaki itu jatuh dalam pelukanku.
***
Rasanya sangat lelah karena seharian ini toko kue itu sangat padat pelanggan. Bahkan, para karyawan di sana sampai kewalahan. Tubuh Nazura pun serasa remuk dan ia sudah berniat akan berendam air hangat jika sudah sampai di rumah nanti. Namun, belum juga sampai, Nazura merasakan perutnya keroncongan. Ia memindai area sekitar untuk melihat-lihat makanan apa yang sekiranya pas untuk mengobati rasa laparnya.
Nasi goreng pete.
Tiba-tiba Nazura sangat ingin memakan itu. Nasi goreng dengan banyak kecap dan diberi irisan pete mampu membuat air liur Nazura seperti akan menetes. Apalagi sudah lama sekali ia tidak makan nasi goreng karena memang sedikit menghindari makanan berlemak seperti itu.
Tanpa ragu Nazura segera masuk ke sana dan memesan satu porsi nasi goreng pete ditambah dengan jeruk panas. Ketika pesanan sudah datang, Nazura pun segera melahapnya hingga tak bersisa sampai ia benar-benar kekenyangan.
Tiba-tiba Nazura kepikiran Roger. Ia melirik jam tangan dan merasa yakin kalau Roger jam segini belum pulang. Nazura pun memesan satu porsi lagi tanpa pete lalu ia pergi ke apartemen Roger. Nazura bergerak dengan cepat karena ia khawatir jika sampai lelaki itu sudah pulang.
Nazura membuka sandi pintu apartemen yang belum diganti dan setidaknya itu memudahkan kapan pun ia akan masuk. Beberapa kali Nazura menghela napas panjang ketika masuk ke dalam sana. Ada beberapa kenangan yang sangat diingatnya.
Setelah meletakkan sebungkus nasi itu, ia pun bergegas pergi sebelum Roger pulang. Namun, langkah Nazura terhenti di ambang pintu ketika mendengar dehaman cukup keras dari arah belakang. Jantung Nazura berdebar kencang dan ia pun sangat gugup. Bahkan, Nazura tidak berani berbalik sama sekali.
Ia hanya diam mendengar suara derap langkah yang mendekat sembari memegang gagang pintu.
"Berani sekali kamu datang ke sini!"
suka nih peran cewe begini