Perjanjian Dengan Tuan Muda

“Huh…menambah beban saja,” gerutu Jonas. Dia menganggap kehadiran kakak ipar sebagai beban tambahan, karena lelaki itu harus kembali bersikap baik dan sopan. Ini tentu bukan sifat asli Jonas. Berpura-pura sopan pada orang yang tidak dia sukai.

Sebaiknya aku tidak perlu menyapa, sangat tidak penting, lebih baik langsung ke kamar. *Mencari informasi dimana gadis bermata bulat itu tinggal*.

Tapi... kepala pelayan menghadangnya, “Tuan, Anda ditunggu di meja makan.”

“Mereka sedang makan, aku sudah makan lain kali saja. Aku bisa menyapa mereka di sore atau malam hari."

“Tuan besar Marion yang memerintah. Mengertilah tuan.”

Lihatlah! Belum apa-apa wanita itu sudah merepotkan.

“Baiklah, aku akan kesana.”

“Sekarang tuan.”

“Iya, kau ini cerewet sekali.”

Dengan langkah kaki malas penuh keterpaksaan, Jonas menuju ruang makan. Benar semua sudah berkumpul, di meja makan terlihat seperti keluarga harmonis yang sedang menikmati hidangan bersama.

Lelaki ini malah diam enggan untuk mendekati meja makan apalagi saat melihat punggung Alfred dan disebelahnya ada wanita berambut coklat sedikit bergelombang, “Mungkin itu istrinya,” gumam Jonas.

“Jonas, kemarilah. Beri salam pada kakak iparmu,” Julie yang posisinya tidak membelakangi Jonas menyadari kehadiran lelaki itu.

Ariel terdiam, mengingat nama yang baru saja disebutkan Julie, Jonas...aahhh...ini nama tuan muda ke-tiga.

Melihat Jonas yang mulai bertingkah, Justin sang kakak memperingati adiknya, “Jo, kemarilah! Beri ucapan selamat datang untuk kakak tertua dan istrinya.”

“Ya.” Masih dengan langkah kaki yang terpaksa. Jonas memutuskan mendekat.

“Kesini Jo!” Julie menarik lengan anaknya, membawa badan tinggi Jonas untuk berhadapan dengan Alfred dan Ariel, “Ariel, perkenalkan! ini adik bungsunya Alfred.”

Ariel mengangkat wajahnya dengan memberikan senyuman.

DAAARRR….

Serasa ketiban bulan di siang bolong. Jonas kaget sejadi-jadinya.

Gadis bermata bulat, benar ini orangnya….

Ini benar-benar gadis itu. Aku menemukannya!

Saat tragedi hampir tertabrak, Ariel berpenampilan lusuh apa adanya, tidak seperti sekarang yang terlihat anggun, tapi lelaki itu masih bisa mengenalinya dengan baik. Sementara Ariel, sepertinya melupakan momen pertemuan pertamanya dengan Jonas.

“Namanya, Jonas Smith,” kata Julie menyambung ucapan sebelumnya, “Ayo Jo, sapa ka….”

“Akhirnya!” Jonas nyaris berteriak kencang saat mengucapkan kata akhirnya. Bagaimana tidak ingin berteriak, sejak pagi dia berkeliling di Pemukiman Gunung Bora mencari gadis bermata bulat. Ternyata yang dicari-cari malah mendatangi rumahnya, bukankah ini namanya, pucuk dicinta wulan pun tiba!

Semua menatap Jonas tidak terkecuali Alfred.

Yang tadinya malas-malasan semangat Jonas terisi seribu persen. “Apakah ini sebuah bertanda dari Tuhan bahwa kita berjodoh.”

Hah…semua makin menatap Jonas dengan bingung. Begitu juga Ariel.

Jonas yang terlalu berantusias karena senang bukan kepalang langsung mendekati Ariel, lelaki ini tidak sadar atau mungkin dia pura-pura tidak sadar jika wanita yang duduk di sebelah Alfred sudah pasti istri Kakak tertuanya, “Hai nona senja bermata bulat, senang bisa bertemu kembali denganmu.”

Senja…gadis bermata bulat…

Semua yang menduduki kursi makan saling pandang, mungkin dibenak mereka timbul satu pertanyaan yang sama. Jonas mengenali Ariel?

“Maaf, an….”

“Aku…kamu tidak lupa denganku, kan?” belum sempat Ariel melanjutkan ucapannya, Jonas sudah lebih dulu memotong.

*Ya Tuhan apa benar aku pernah bertemu dia sebelum ini? Dimana? kenapa otakku bodoh sekali sampai tidak mengingat atau mengenali orang ini*!

“Tidak apa-apa, mungkin momen berkesan itu sedikit membuatmu amnesia. Aku bantu mengingatkan,” Jonas menundukkan kepalanya, menyeimbangi Ariel sambil berkata, “Sepeda…mobil….”

Sepeda... mobil.... Seketika Ariel semakin membulatkan matanya, *Lelaki itu! Ya... sekarang aku sudah mengingatnya. Dia tuan muda ketiga! Ya Tuhan kenapa aku tidak bisa mengenalinya saat itu. Apa ini akan menjadi masalah? Bagaimana kalau dia menceritakan jika aku bersepeda di pinggiran hutan dan hampir tertabrak mobilnya. Bukankah ini bahaya, tuan muda Alfred pasti memarahiku habis-habisan*.

"Kamu hampir...."

“Aahh…iya...saya sudah mengingatnya," cepat-cepat Ariel menghentikan ucapan Jonas, aku harus mencegahnya membahas kejadian itu.

“Bagus, aku yakin kamu tidak akan pernah melupakannya.”

Jonas menganggap semua orang yang ada disana hanyalah patung, dia hanya peduli pada Ariel, sementara Ariel tentu saja merasa tidak nyaman sekaligus takut, semua mata memperhatikannya begitu juga dengan para pelayan yang mendengar ucapan Jonas.

Ini perkara besar....

“Jonas, kamu mengenali Ariel?” Tanya Ayunda, yang mampu bertanya daripada yang lainnya hanya terbengong, tidak percaya.

“Ya, sebelumnya kami sudah pernah bertemu. Oh gadis senja ternyata namamu Ariel, kenapa telinga dan hatiku terasa sejuk saat mendengar nama aslimu.”

Apa-apaan ini….

Jonas memang terkenal lelaki yang suka bermain wanita, banyak gadis yang dia perdaya. Tapi tidak harus kakak iparnya juga kan! jelas ini membuat malu Marion yang mengira Jonas tengah menggoda Kakak Iparnya, “Jonas, jaga sikapmu.”

“Pa, maafkan Jonas. Aku akan menasehatinya,” Julie langsung berdiri dan menarik kembali lengan Jonas, wanita ini berbisik, “Jangan bawa kebiasaan buruk mu ke rumah, ingat! papa bisa marah dan menghukum mu Jo, wanita itu kakak iparmu “

“APA! KAKAK IPARKU!” Jonas berteriak sekencang-kencangnya, untung gendang telinga yang mendengar masih baik-baik saja. Tapi hati lelaki ini hancur berkeping-keping.

“Jonas! Pelan kan suaramu,” Julie kembali memperingatinya dengan perasaan geram ingin sekali dia memukul kepala anaknya.

Jonas seperti kehilangan separuh nyawa, “Kakak ipar…itu artinya, Ariel…”

“Ya, Ariel istri kakak tertua mu, Alfred.”

Penjabaran Julie semakin membuat hati jones lebur.

Kakak ipar! ini terlalu menyakitkan. Gadis bermata bulat ku, istri si brengsek Alfred. Tidak bisa.....

“Jo, duduklah!” Titah Justin.

Jonas yang syok berat sekitar menjadi robot yang patuh. Bibi pelayan bergegas mengambil satu kursi untuk Jonas. Lelaki itu diam, dia tengah menata hati dan pikirannya. Bagaimana bisa gadis yang sudah membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama ternyata Kakak Iparnya sendiri. Huh…takdir sungguh tidak ada yang mengetahuinya.

Ariel menjadi kikuk dan ngeri, ditambah dengan tatapan mata Julie yang menyorotinya tajam.... Nyonya Julie, dia seperti ingin menelanku hidup-hidup.

Alfred, tidak bersuara tapi dia mengamati dengan teliti. Bola matanya mondar-mandir memperhatikan Ariel dan Jonas.

“Jonas, beri salam pada Ariel sebagai Kakak iparmu,” titah Marion.

Kakak ipar…. Sebutan ini sungguh melukai hati Jonas.

“Ayo! Jangan membuat masalah,” bisik Julie.

Jonas menarik nafasnya dalam-dalam. Oke, berpura-pura untuk sementara tidak masalah.

“Selamat datang, kakak ipar!” Menyapa dengan sebutan Kakak Ipar, membuat Jonas menangis dalam hati. Seharusnya calon istriku....

“Terima kasih, senang bertemu denganmu adik ipar.”

*Adik ipar...aku sungguh tidak terima dengan gelar ini*......

"Habiskan makananmu," ucap Alfred, yang ditunjukkan pada Ariel. Wanita ini menganggap ini perintah dari Tuan Muda yang harus dipatuhi, dia mengangguk dan kembali fokus pada makanannya.

Kenapa makanan enak ini tiba-tiba menjadi hambar....

Hening.... Semua diam dan fokus dengan makanan masing-masing.

Tapi...dalam hati mereka penuh pertanyaan, Jonas yang mengenali Ariel tentu menjadi pertanyaan besar.

Dimana mereka bertemu?

Ariel tinggal di pemukiman Gunung Bora, dia bukan gadis yang sering pergi ke tempat hiburan malam atau pesta-pesta besar seperti kebiasaan Jonas. Bagaimana mereka bisa saling mengenal?