Ini adalah kisah cinta pria berkebangsaan Korea dan gadis berdarah Indonesia.
Waktu SMA, Ha joon tidak setampan sekarang. Pria itu gemuk dan selalu memakai kacamata tebal kemana-mana. Ha joon sangat menyukai Rubi, gadis populer di sekolahnya.
Namun suatu hari Ha joon mendengar Rubi menghina dan mengolok-oloknya di depan teman-teman kelas mereka. Rasa suka Ha joon berubah menjadi benci. Ia pun memutuskan pindah ke kampung halamannya di Seoul.
Beberapa tahun kemudian, Rubi dan Ha joon bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan. Ha joon sempat kaget melihat Rubi yang berada di Korea, namun rasa dendamnya sangat besar hingga ia berulang kali menyakiti perasaan Ruby.
Tapi, akankah Ha joon terus membenci Ruby? Mulutnya berkata iya, namun tiap kali gadis itu tidak ada didepan matanya, ia selalu memikirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencurigakan
Malam berganti pagi, langit mulai cerah dan suara burung saling bersahutan di tengah hutan. Ruby mengerjapkan matanya yang masih terasa berat. Tetapi ia berusaha bangun. Gadis itu duduk dan mencoba mengingat apa yang telah terjadi semalam. Yang pertama kali dia ingat adalah ...
Siapa yang mengganti bajunya?
Ya. Entah kenapa ia bisa kepikiran sampai sana. Yang pasti saat dia terbangun sebentar semalam, tidak ada orang lain yang dia lihat selain Ha Joon.
"Tidak mungkin pria itu." gumamnya pada dirinya sendiri. Bahkan dengan yakin ia mengatakannya.
Ia kemudian keluar dari tenda dan duduk di depan tenda sambil memeluk lutut. Ruby menatap matahari yang perlahan menampakkan diri, pikirannya kembali melayang ke semalam. Dalam ingatannya Ha Joon memperlakukannya dengan lembut. Ruby diam-diam tersenyum.
Tak lama kemudian, suara langkah mendekat. Ruby menoleh dan mendapati Ha Joon berdiri tak jauh darinya, membawa secangkir teh hangat. Raut wajahnya segera berubah seperti biasa.
Ha Joon memberikan secangkir teh hangat itu pada Ruby tanpa banyak bicara. Ruby menerimanya pelan. Setelahnya ia melihat Ha Joon membuka jaketnya dan menyampirkan ke badan Ruby.
"Anginnya cukup kencang, kau bisa demam hanya dengan lengan pendek." kata Ha Joon.
"Tapi jaketmu yang semalam ..."
Belum kering.
"Pakai saja. Aku masih punya yang lain." potong Ha Joon.
"Te-terima kasih," ucap Ruby agak tidak canggung. Apakah dia masih mimpi?
Ha Joon mengangguk, lalu duduk di sebelahnya.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya pria itu.
"Jauh lebih baik," balas Ruby dengan senyum tipis.
"Terima kasih... Karena sudah menyelamatkanku semalam."
Ha Joon tak membalas, hanya menatapnya lama sebelum akhirnya sebuah pertanyaan keluar dari mulutnya.
"Kenapa sampai jatuh ke danau?" Pria itu menatap Ruby lurus.
Pertanyaannya membuat Ruby mengingat kembali kejadian semalam, saat dirinya sedang menyendiri di dekat danau sambil menatap ke air.
"Semalam aku ... Saat aku berdiri di tepi danau, aku mendengar langkah kaki seseorang. Pada saat mau berbalik, tiba-tiba seperti ada yang mendorong tubuhku dari belakang, saat aku sadar aku sudah jatuh ke danau." ucap Ruby mengatakan semua yang dia alami semalam.
Ha Joon yang mendengar cukup kaget. Ada yang mendorong? Itu artinya ada yang sengaja mau berniat jahat. Awalnya Ha Joon mengira gadis itu tidak sengaja terjatuh karena ceroboh. Namun sepertinya kejadian yang sebenarnya jauh lebih serius. Brengsek. Berani-beraninya ada yang sengaja mau berbuat jahat pada Ruby.
"Kau yakin seseorang mendorongmu?" Ruby menatap Ha joon, berpikir sebentar lalu kembali menganggukkan kepala.
"Tapi aku tidak lihat siapa orang itu. Atau jangan-jangan ada bukan seorang?"
Ucapan Ruby membuat alis Ha Joon terangkat menatapnya.
"Maksudmu?"
"Mm, bisa saja monyet atau ..."
"Jangan terlalu polos. Pikirkan saja kau telah menyinggung siapa si antara orang-orang yang datang." balas Ha joon membuat Ruby terdiam. Ia tersenyum kikuk, jadi malu pada Ha joon
Abisnya dia tidak yakin kalau ada orang yang tega mendorongnya. Jahat sekali orang itu kalau memang sengaja. Gadis itu meneguk teh hangat pemberian Ha joon tadi. Suasana di antara mereka kembali berubah canggung, apalagi Ruby bisa lihat dari sudut matanya kalau laki-laki yang duduk di sebelahnya sedang menatap ke arahnya. Hal itu membuatnya jadi kesulitan untuk bergerak bebas.
"Katakan, siapa yang kau singgung?" tanya Ha joon lagi.
Ruby tampak berpikir keras dan berakhir dengan gelengan kepala darinya. Ha Joon menghela nafas, kalau saja di lokasi ini ada cctv, mereka dengan dapat menemukan siapa pelaku itu.
Saat Ha Joon ingin bicara lagi, suara langkah cepat memecah keheningan pagi. Somin muncul dengan wajah cemas yang dibuat-buat, menghampiri mereka berdua.
"Ruby! Kamu sudah bangun? Gak apa-apa kan?" serunya dengan nada manis, namun matanya melirik tajam ke arah interaksi antara Ruby dan Ha Joon.
Ruby berdiri, agak kaku.
"Ya, aku sudah lebih baik." Ia sedikit bingung dengan antusias Sumi. Kalau Sena yang bertanya dengan nada antusias seperti itu pasti dia tidak akan merasa ada yang aneh karena mereka sudah bisa dibilang mulai dekat. Tapi Somin, rasanya aneh saja dia bersikap sangat peduli seperti ini.
Somin tersenyum, lalu dengan sangat alami, ia berdiri di samping Ha Joon, mencoba menciptakan jarak di antara mereka.
"Ruby, aku khawatir banget loh semalam. Kamu beneran nggak apa-apa kan?" tanya Somin lagi heboh sendiri. Sudut matanya sesekali melirik ke sang CEO yang duduk di sebelah kiri Ruby.
"Pagi pak Ha Joon," ia kemudian menyapa dengan senyum malu-malu. Ha Joon membalas sapaannya dengan anggukan singkat tanpa senyum.
Dalam hati Somin tidak rela karena laki-laki itu bangun sepagi ini hanya untuk menemui Ruby. Apa yang membuat wanita itu istimewa coba? Model baru tidak terkenal, dari negara asing bahkan bukan negara maju, berani-beraninya dia ...
"Ruby-Ruby!" Kali ini yang berseru adalah Sena. Akhirnya perempuan itu muncul.
"Maaf semalam aku mengigil banget, udah gak tahan jadi tidur di mobil sekalian nyalahin pemanas. Kamu udah baik-baik kan?!" Ruby tertawa kecil.
Ruby mengangguk cepat. "Iya, aku baik-baik saja sekarang. Kamu sendiri gimana?"
Sena memeluk Ruby sebentar.
"Syukurlah! Kamu bikin panik tahu nggak?! Untung ada pak Ha Joon yang cepat nyelamatin kamu!”
Somin yang masih berdiri di sisi Ha Joon, tersenyum kaku mendengar nama pria itu disebut dalam konteks menyelamatkan Ruby. Matanya sempat melirik Ruby, lalu beralih ke Sena.
"Kamu bareng Ruby waktu dia jatuh ke danau, Sena?" ia bertanya dengan nada halus.
Sena menatap Somin, ia seperti bingung kenapa perempuan itu bisa ada di sini.
"Nggak. Pas aku dateng Ruby udah jatoh. Eh, tapi aku lihat ada orang yang buru-buru kabur."
"Kau lihat seperti apa wajahnya?" Ha Joon yang bertanya.
"Nggak sempet, terlalu gelap aku panik liat Ruby. Jadi aku fokusnya ke Ruby. Ruby, jangan-jangan orang itu yang ngedorong kamu?" Sena menatap Ruby dan bertanya.
Ruby melirik Sena sebentar, lalu menatap ke Ha Joon. Kemungkinan besar memang orang itu pelakunya. Sayang sekali Sena tidak sempat lihat wajahnya kayak apa.
"Ya ampun Ruby, jadi ada ngedorong kamu? Siapa yang tega banget?" Somin sengaja memasang wajah khawatir sambil melirik reaksi Ha Joon.
'Aku nggak nyangka, semalam aku beneran kepikiran kamu terus," tambah Somin dramatis, bahkan berusaha menyentuh lengan Ruby.
Namun sikapnya yang berlebihan itu justru membuat Sena dan Ruby merasa aneh. Memangnya kapan dia sedekat itu dengan Ruby?
Mencurigakan, batin Sena.
Nah krn dirimu sudah penasaran, mending nyuruh detektif buat nyari tau kehidupan Ruby seblumnya Joon