Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.
Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"
Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 ( Surga Yang Terenggut )
Setelah selesai sarapan, Amira pamit kepada Dirga dan Regina untuk pergi bekerja.
"Mas Dirga, Regina, kalau begitu aku berangkat duluan ya," ucap Amira dengan mencium punggung tangan Dirga.
"Sayang, apa kamu tidak mau berangkat bareng sama Mas?" tanya Dirga.
Amira menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, apalagi dia sudah memutuskan tidak akan bergantung kepada siapa pun termasuk Suaminya.
"Tidak perlu Mas, aku pakai motor saja. Aku ingin belajar mandiri supaya tidak bergantung pada siapa pun," jawab Amira, kemudian mengucap salam sebelum berangkat.
Dirga menatap nanar kepergian Amira. Dia hanya bisa menghormati keputusan Istri pertamanya tersebut, karena Dirga tidak mungkin memaksanya.
"Regina, kalau begitu aku berangkat kerja juga," ucap Dirga.
"Mas, bagaimana dengan hasil tes nya?" tanya Regina.
"Hari ini jadwal ku sangat padat, jadi kamu ambil tes nya sendiri saja ya," jawab Dirga.
Padahal Regina ingin mencium punggung tangan Dirga, tapi Suaminya tersebut berlalu begitu saja meninggalkan dirinya.
Regina hanya bisa menatap nanar kepergian Dirga. Hatinya terasa sakit ketika merasa di acuhkan oleh Suaminya sendiri.
"Sepertinya aku sama sekali tidak ada artinya di mata mu? Kapan kamu akan mencintai ku, Mas Dirga?" gumam Regina dengan menitikkan air mata.
......................
Regina langsung dipersilahkan masuk ke dalam ruang praktek Arini ketika dia menghampiri petugas pendaftaran, karena kebetulan praktek Arini masih belum dimulai.
Dengan harap-harap cemas, Regina bertanya tentang hasil tes kesuburan Dirga.
"Dok, bagaimana hasil tes kesuburan Suami saya?" tanya Regina yang sudah tidak sabar ingin mengetahuinya.
"Sebaiknya Nyonya Regina duduk dulu," ucap Arini.
Arini menghela napas panjang sebelum menyampaikan hasil tes kesuburan Dirga, apalagi ternyata hasil tes Dirga tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.
"Nyonya Regina, saya harap Anda bisa lapang dada menerima hasil tes kesuburan Suami Anda," ucap Arini.
"A_apa maksud Dokter?" tanya Regina dengan tergagap.
"Sebenarnya Tuan Dirga mandul, jadi beliau tidak akan pernah bisa memiliki keturunan," jawab Arini.
Degg
Jantung Regina rasanya berhenti berdetak mendengar penuturan Arini. Dia bagai tersambar petir di siang bolong ketika mengetahui jika Suaminya mandul.
"Tidak, tidak mungkin Mas Dirga_" ucap Regina dengan menutup mulutnya.
Regina langsung menangis karena harapannya memiliki Anak dari lelaki yang sangat dicintainya akhirnya pupus sudah. Dia tidak tau harus berkata apa kepada Dirga, apalagi dia sangat takut kalau Dirga akan menceraikannya.
Aku harus bagaimana? Mas Dirga pasti akan langsung menceraikan ku jika dia mengetahui hasil tes nya, apalagi selama ini hanya Mbak Amira yang Mas Dirga cintai, dan dia pasti akan memilih Mbak Amira untuk menemani hari-hari tua nya, ucap Regina dalam hati.
Arini mencoba menenangkan Regina yang terlihat begitu terpukul. Dia merasa prihatin dengan cobaan yang menimpa pasiennya tersebut.
"Nyonya yang sabar ya. Saya mengerti bagaimana perasaan Anda, tapi kita harus bisa menerima semuanya dengan ikhlas. Meski pun Tuan dan Nyonya tidak bisa memiliki keturunan, yang penting kalian tetap saling mencintai hingga maut yang memisahkan."
Regina hanya bisa bermonolog dalam hati, apalagi pada kenyataannya sampai saat ini dia masih belum bisa mendapatkan cinta dari seorang Dirga.
Seandainya Mas Dirga benar-benar mencintai ku, mungkin aku tidak akan merasa terpukul seperti ini. Aku juga tidak akan pernah mempermasalahkan meski pun kami tidak bisa memiliki keturunan, tapi pada kenyataannya perempuan yang Mas Dirga cintai hanyalah Mbak Amira, batin Regina.
Setelah merasa lebih tenang, Regina memutuskan pamit kepada Arini, apalagi Arini sudah akan memulai prakteknya.
"Terimakasih banyak atas dukungannya Dok. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Regina.
Pada saat Regina ke luar dari dalam klinik, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya, tapi Regina terus berjalan tanpa arah dan tujuan, apalagi saat ini dirinya tidak tau harus berbuat apa.
Apa yang harus aku lakukan? Aku harus memikirkan cara agar Mas Dirga tidak mengetahui jika dirinya mandul. Sebaiknya aku merubah hasil tes nya supaya dia tidak menceraikan ku, tapi siapa orang yang bisa membantuku? Ucap Regina dalam hati.
Air mata Regina kembali berjatuhan membasahi pipinya, saat ini dia masih belum tau harus meminta bantuan kepada siapa untuk merubah hasil tes kesuburan Dirga.
Semakin lama kepala Regina semakin terasa pusing, bahkan dia hampir saja terjatuh apabila tidak ada seseorang yang menopang tubuhnya.
"Kamu tidak kenapa-napa kan?" tanya seorang lelaki yang saat ini memegangi tubuh Regina.
Deg deg deg
Jantung Regina berdetak kencang pada saat melihat wajah lelaki yang menolongnya.
"Reza," ucap Regina dengan lirih.
"Regina," ucap Reza yang sama terkejutnya.
Reza adalah mantan pacar Regina pada saat keduanya duduk di bangku SMA, tapi kedua Orang tua Regina tidak menyetujui hubungan mereka karena Reza berasal dari keluarga miskin.
Regina dan Reza terbayang dengan masa lalu mereka saat berpacaran. Meski pun Regina mencintai Dirga sejak kecil, tapi sosok Reza adalah lelaki pertama yang bisa membuat Regina melupakan sosok Dirga.
"Regina, kamu itu Anak tunggal kami. Bisa-bisanya kamu berpacaran dengan lelaki miskin seperti dia. Apa kamu mau mempermalukan nama baik keluarga kita?" teriak Bu Mayang pada saat Reza mengantar Regina pulang Sekolah dengan menggunakan sepeda motor butut miliknya.
"Ma, tapi Regina dan Reza saling mencintai. Regina yakin jika suatu saat nanti Reza bisa menjadi orang sukses."
"Kamu jangan banyak berkhayal. Dia itu hanya Anak seorang Petani. Suatu saat nanti dia pasti akan menjadi seorang Petani juga," ejek Bu Mayang.
"Regina tidak peduli, yang penting kami bisa selalu bersama."
"Kamu sepertinya sudah dibutakan oleh cinta. Pokoknya Mama tidak mau tau, detik ini juga kamu harus memutuskan hubungan kalian, dan kamu harus berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan kuliah," tegas Bu Mayang.
Sebelum Regina dan Reza berpisah, Reza berbicara terlebih dahulu kepada Regina. Dia meminta Regina melupakan cinta mereka, karena Reza sadar diri jika dirinya dan Regina bagai bumi dan langit yang tidak akan pernah bisa bersama.
"Regina, terimakasih banyak atas waktu tiga tahun yang telah kita lewati bersama. Seharusnya dari awal aku sadar diri jika aku tidak pantas bersanding dengan mu. Kita bagai bumi dan langit yang tidak akan pernah bisa bersama. Lupakan aku, lupakan cinta kita."
"Tidak Reza, aku tidak akan sanggup berpisah denganmu," ucap Regina dengan menangis dalam pelukan Reza.
"Aku juga tidak akan sanggup berpisah denganmu, tapi cinta kita terhalang oleh restu serta status sosial kita yang berbeda. Semoga kamu selalu bahagia serta mendapatkan pendamping hidup yang setara dengan keluarga kamu. Regina, maafkan aku yang tidak bisa memperjuangkan cinta kita," ucap Reza dengan menitikkan air mata.
Dengan berat hati Reza melepaskan pelukan Regina, sedangkan Regina hanya bisa menangis ketika melihat kepergian Reza. Meski pun berat berpisah dengan lelaki yang dia cintai, tapi dia tidak memiliki pilihan lain supaya kedua orang tuanya tidak mempersulit hidup Reza.
*
*
Bersambung