NovelToon NovelToon
SECRETS

SECRETS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi
Popularitas:586
Nilai: 5
Nama Author: FairyMoo_

Kisah ber-genre fantasi yang menceritakan seorang anak konglomerat di suatu negara yang terjebak hubungan dengan dosennya sendiri. Violia Lavina seorang mahasiswi yang agak "unik" yang entah bagaimana bisa terjebak dengan dosennya sendiri, Leviandre. Dalam hubungan sakral yakni pernikahan.
Katanya terkait bisnis, bisnis gelap? Unit Pertahanan negara? Politik? SECRETS, mari kita lihat rahasia apa saja yang akan terkuak.


Violia said:
Demen ya pak? Tapi maaf, bapak bukan tipe gw.

And Leviandre said:
Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya.


Disclaimer, cerita ini adalah cerita pertama dari sayaa, oleh karena itu isi novel ini jauh dari kata sempurna. Serta cerita ini memiliki alur yang santai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FairyMoo_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter Five

  "Ekhm...Aku kehabisan tempat duduk, boleh gabung ga? L" tanya seorang gadis yang..seperti kupu-kupu pikir Vio. Kupu-kupu malam maksudnya.

  Mereka belum pernah melihat gadis itu selama mereka kuliah disini, mungkin maba. Vio menganggapnya mirip kupu-kupu malam karena pakaiannya yang sangat ketat. Ia menggunakan crop top dengan rok span mini yang terbelah setengah. belum lagi aksesoris yang mencolok dari atas kepala hingga ujung kakinya itu.

  Vio juga berpakaian tak lebih dari itu tetapi pakaiannya tidak seketat dan seterbuka itu, ia memang tomboy tetapi ia masih sering menggunakan rok. Tapi dengan style ala berandalan gitu. Ia juga cukup mementingkan kenyamannya saat berpakaian, secara Violia adalah gadis yang agak "spesial".

 Teman-teman Vio sudah memasang wajah dinginnya setelah mengobservasi penampilan orang di depan mereka. Dan mereka melihat sekeliling sebenarnya masih ada beberapa meja yang bisa di datanginya seperti tak jauh dari mereka ada 2 orang perempuan dan masih ada 3 kurusi kosong disana.

  "Itu disana ada 3 kursi kosong di tempat 2 perempuan disana." tunjuk Ian. "Ah... Begini, aku kurang cocok berinteraksi dengan sesama perempuan kak, dari dulu aku lebih nyaman berinteraksi dengan laki-laki karena tidak banyak basa-basi dan gak lebay." ucapnya sambil tersenyum. Vio yang mendengarnya memasang wajah cengo.

  "Gimana ya baby, di sini seperti yang kamu lihat kursinya sudah penuh, kamu mau duduk di pangkuanku saja?" ucap Kenan, ada nada mengejek dalam ucapannya itu. Sedangkan lawan bicaranya telah memerah malu dan tak memahami ejekan Kenan.

  Mereka perlahan mulai menjadi pusat perhatian disana. Vio mulai tidak nyaman ditatap seperti tontonan seru oleh orang banyak. "Gini aja kak aku bakalan ambil kursi disana tapi duduk disini ya?" ucapnya lagi tak menyerah untuk mendekati mereka, tepatnya 4 laki-laki yang mempunyai visual nyaris sempurna itu.

  Violia berdiri dari kursinya, "Silahkan duduk di sini, gw udah selesai kok." ucapnya dan langsung meninggalkan kantin, padahal cemilan kesukaannya masih banyak tersisa. "Ah, terimakasih kak." jawabnya dan langsung duduk disana lalu tersenyum malu-malu.

  Keempat orang yang ingin Ia dekati itu ikut berdiri, Ia terkejut. "Lho? Kakak-kakak udah mau pergi? Itu makanannya kan belum habis." herannya panik. "Satu pergi, kami pergi semua." dingin Arfhan. "Selamat makan ya." ucap Ian sambil lalu. Daniel yang berjalan paling ujung menoleh kebelakang melihat gadis itu yang ekspresinya mulai berubah.

  Gadis itu kini sendiri di meja itu, ia menjadi bahan tertawaan dan gunjingan mahasiswa-mahasiswa yang memperhatikan mereka sedari tadi. Ia tertunduk malu dengan kesal. Ia kesal pada Violia, "Dia pikir dia siapa? Mentang-mentang berada di antara 4 cowo udah belagu aja." gumamnya.

   Ia benar adalah mahasiswa baru yang belum tahu banyak tentang Vio cs. Sebab ia selalu meninggalkan mahasiswi lain yang mengajaknya berteman, jadi dia tidak punya atau sekedar untuk sumber informasi. Dan ia sering di dekati laki-laki "brengsek" yang ada di sana, tapi ia malah bangga dan memamerkannya bahwa dirinya selalu di kelilingi laki-laki.

  Mereka pergi ke rooftop menyusul Vio, mereka yakin Vio sedang ada di sana sekarang. Benar saja disana mereka melihat Vio sedang merokok. "Lo ngerokok Vi?" tanya Daniel. "Kesel gw ah, gw belum sempat makan siang, baru juga ngemil!" sebal Vio. Teman-temannya tak heran lagi dengan kelakuan aneh Vio itu.

  "Udah tu ngerokok nya bentar lagi lo ada kelas nanti kebauan kalo lo habis ngerokok dan bakalan kena kasus lagi." peringat Aran. "Hahh yadeh." pasrah Vio, ia pikir akan sangat merepotkan kalau dia dihukum lagi, hukumannya yang sekarang saja belum kelar.

  "Hati-hati ama tuh cewek ya Vi, gw liat-liat dia tadi kesel dan bakalan dendam ama lo tuh, dia pikir incarannya pergi karena lo." peringat Daniel.

  "Salah lo memperingatkan Vio, harusnya yang lo ingetin tu cewe biar ga main-main ama Vio kalau gamau nyawanya terancam!" cecar Kenan yang di angguki oleh Ian dan Aran. "Heh enak aja lo! Gw ga setegaan itu ya sesama cewe!!" bantah Violia. "Lah emang lu cewe ya?" tambah Kenan.

  Vio langsung menatap datar teman-temanya yang sudah tertawa lepas akibat kata-kata Kenan. "Bener tuh! Gw pastiin deh lo gabakalan dapat pasangan kalo lo seganas ini Vi, tobat lo hahaha!" Ian ikut-ikutan mengolok-olok Violia dan yang lain tambah ngakak dibuatnya. Vio sebal dan kembali meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun. Melihat itu tawa temannya semakin menjadi-jadi.

...                                            ✥...

 Mentari sudah terletak di arah barat. Vio baru saja memarkirkan motornya di halaman Mansion orang tuanya. "Vio pulang!!" teriak Vio sambil tersenyum saat masuk rumah, itu adalah kebiasaan Vio entah didengar seseorang atau tidak.

  Senyuman Vio luntur dan digantikan dengan wajah sebal melihat orang yang menunggu kepulangannya tengah memainkan ponsel di sofa ruang tamu di temani empat buah koper di sampingnya.

  "Vio udah pulang? Levi udah nungguin kamu dari tadi lho di sini, tuh koper kamu udah mama siapin." seru ibunya yang baru keluar dari dapur dengan membawa jus dingin untuk menyambut putrinya. "Iya mah, Vio baru aja sampe nih." ucapnya tersenyum lalu beralih menatap Levi yang juga tengah menatapnya memberi isyarat.

  "Udah lama ya? Maaf ya jalanan agak macet tadi." lapornya sambil tersenyum ke arah Levi. Mereka sedang bersandiwara di depan ibu Vio sekarang.

  "Ga apa-apa kok, sini duduk dulu, minum, lalu kita langsung berangkat kerumah baru kita ya?" sahut Levi sambil tersenyum manis kearah Vio.

  Violia terpaku saat melihat senyum dosennya yang sangat sering ia temui dalam kurang dari 3 tahun terakhir. "Apa waktu pemotretan juga begini? Perasaan ga deh." batin Vio. Ia sampai tak bergeming dari tempatnya dan terus memperhatikan Levi yang masih saja tersenyum padanya.

  Liliana sangat senang melihat kedua anaknya ternyata sudah akrab dan menerima perjodohan mereka. "Udah ini minuman kamu diminum, mama naik dulu manggil papa kamu. Papa baru aja pulang dan lagi mandi tuh mama bakalan suruh cepet karna kalian udah mau berangkat." pamitnya seraya meninggalkan air di atas meja dan langsung meninggalkan mereka berdua.

  "Udah natap sayanya, cepat minum dulu lalu kita pulang." ucap Levi melihat Vio yang terus memperhatikannya. "Dih gr nih bapak-bapak, siapa juga yang liatin? Noh gw liat hiasan dinding di belakang." elak Vio sembari berjalan dan duduk di depan Levi. Itu adalah alasan saja, lukisan dinding yang dimaksud Vio itu sekitar 8 meter di belakang Levi.

  Levi dan orang tua Vio mengobrol sembari menunggu Vio yang sedang mengecek apakah ada barangnya yang ketinggalan di kamarnya. Lalu setelah itu mereka langsung pamit pergi.

...                                               ✥...

  Mobil Levi berhenti di depan sebuah mansion yang lebih kecil dari pada mansion Vio yang selama ini ia tinggali. Mansion yang arsitektur nya lebih sederhana dengan tema modern, benar-benar memanjakan mata melihatnya.

  Mereka berdua memasuki rumah yang akan mereka tinggali berdua untuk kedepannya, sambil menyeret masing-masing 2 buah koper milik Vio. Levi mengarahkan Vio naik ke lantai 3 yang di sana tepat di samping tangga, terlihat 2 kamar yang berdampingan. Levi berhenti di pintu pertama, Vio pun ikut berhenti mengikuti pergerakan Levi.

  "ini kamar kamu, dan yang di samping itu kamar saya. Kita pisah kamar." infonya pada Vio, orang yang di ajak bicara sudah tersenyum di tempatnya. "Nah bener tuh, peka banget sihhh." jawabnya setuju dengan Levi.

"Masukin dulu aja koper kamu lalu kita home tour, dan kamar kamu itu masih polosan ya, nanti kalau kamu mau dekor belakangan aja." ucap Levi yang kembali di setujui Vio.

...                                            ✥...

  Bruk! Vio langsung duduk bersila di atas sofa tanpa memedulikan pandangan Levi yang menatapnya tak sedap. "Ga pernah benar ternyata kelakuan kamu." ucapnya, sebab baru pertama kali ia melihat perempuan yang seenaknnya dan semberono seperti Vio di hadapannya. Biasa setiap perempuan yang berhadapan dengannya akan bersikap anggun dan tenang. Ah, ia lupa Violia kan bukan perempuan.

  "Yaelah pak, duduk aja gw salah di mata bapak!" sebal Vio. Levi ikut duduk di sofa depan Vio. "Luas juga ternyata." ucap vio karena mereka memerlukan waktu yang lumayan untuk berkeliling di tempat ini.

  Levi pikir Vio akan kelelahan seperti perempuan umumnya yang tidak bisa berjalan sebentar sudah mengeluh lelah, tapi lain cerita jika saat berbelanja. Levi semakin tak menganggap Vio sebagai seorang perempuan.

  "Tapi aneh, gaada art ya?" tanya Vio karena selama mereka berkeliling Vio tak menemukan satu orang pun selain mereka di tempat itu. "Iya, saya ga menyewa art untuk tinggal di sini, mereka akan datang dipagi hari untuk bersih-bersih lalu pulang dan akan datang kembali keesokan harinya." jawab Levi yang membuat Vio menyalangkan matanya. "Lho lho lho kalau gitu siapa yang bakalan masakin kita?!" tanya Vio. "Ya kamulah, kamu kan memegang peran istri di sini." jawabnya santai.

  "Suruh aja gw kalo bapak mau tempat ini jadi abu!" balas Vio, mana mungkin ia bisa memasak. "Wahhh mana gw laper lagi ah belum makan nih dari pagi." ucapnya sembari mengelus perutnya.

Levi heran mendengar itu pasalnya Ia melihat Vio di kantin saat jam makan siang tadi. "Bukannya tadi pas jam makan siang kamu ada di kantin? Kenapa ga makan? Salah sendiri sih." ucap Levi.

  "Bukannya gw ga mau makan, gw baru aja makan cemilan sambil nunggu pesanan makan siang gw jadi. Tiba-tiba ada kupu-kupu dateng jadi gw pergi, ga nafsu makan gw jadinya." ucap Vio.

  Orang yang menyanding peran sebagai suaminya heran dengan kelakuan Vio, masa gara-gara kupu-kupu ia tak nafsu makan? "Yaudah lah gw mau keluar aja cari makan." ujar Vio seraya berdiri dari duduknya.

  "Duduk." titah Levi, pergerakan Vio terhenti mendengar perintah dari dosennya itu.

"Saya masakin makan malam, kamu mandi saja dulu dan kemasi pakaian kamu." ucapnya lagi. "Bapak? Bisa masak emangnya? Gw ga mau ya makan makanan yang nantinya buat gw sakit!" jawab Vio memastikan.

  "Sudah nurut saja, sana mandi." titah Levi mode dosen. "Wahhh nasib tinggal sama dosen sendiri nih, suka main perintah aja!" batin Vio melihat punggung dosennya itu yang mengarah ke dapur. Ia langsung naik ke kamarnya untuk membersihkan diri.

...                                             ✥...

  Vio sudah terlihat segar dengan hoodie oversizenya dan celana loose pants yang kelebihan bahan dibagian ujung kaki Vio, emang dasarnya Vio tak tinggi. Ia langsung keluar dari kamar dan turun menuju dapur karena ia sangat lapar, urusan kemas-kemas baju belakangan aja pikirnya.

  Saat di ujung anak tangga dirinya dapat mencium harum masakan dari arah dapur. Sekarang ia bisa percaya kalau makanan Levi tidak akan membuatnya sakit. Tibanya di dapur Vio langsung duduk di meja bar di samping Levi yang tengah memasak.

  Vio tak membuka suara, ia hanya memperhatikan Levi yang memasak masih dengan setelan kampusnya. Kemeja yang lengannya digulung, 2 kancing atasnya terbuka dan rambutnya yang mulai tak rapi, aneh rasanya ia melihat orang yang biasa menjelaskan materi di depan kelas dengan penampilan yang sempurna sedang memasak dengan kodisi tak rapi, anehnya bukannya tampak jelek Levi malah kelihatan makin keren.

  Selang waktu beberapa menit Levi telah selesai memasak dan mengumpulkan satu porsi makanan di piring dengan lauk nuggets balado dan tumis sayur campuran untuk di berikan kepada Vio yang benar-benar terlihat kelaparan sembari melihat ia memasak.

  Levi menyajikan seporsi makan malam itu di depan Vio. Mata Vio berbinar melihat makanan yang lumayan mengilerkan di depannya itu. Ia langsung mencoba sesuap dan sesuai dengan penampilannya masakan dosennya itu sangat enak! Vio tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya tanda ia menyukai makanannya kearah Levi yang berada di depannya memperhatikan Vio memakan masakannya.

  Sembari Vio sibuk makan, Levi menggambil air putih di kulkas dan 2 buah gelas. Ia menarik salah satu kursi bar dan duduk di samping Vio yang makan dengan lahapnya. Lalu dirinya menuang air dingin kedalam 2 gelas yang salah satunya ia berikan kepada Vio yang langsung Vio teguk setengah dan lanjut menghabiskan makanannya.

  Levi mengeluarkan sebuah kertas dan pena yang sudah ia siapkan tadi. Vio memperhatikan pergerakan Levi tetapi tanpa bersuara, sebab ia jarang berbicara saat makan apalagi saat sedang mengunyah, dan sekarang Vio tengah mengunyah makanan terakhirnya, ia telah menyelesaikan acara makan malamnya.

  "Mau ngapain nih?" tanya Vio melihat Levi yang menatapnya dengan pena di tangannya dan kertas di hadapan mereka. "Karena kita akan tinggal bersama kedepannya dan dalam kurun waktu yang tidak dapat dipastikan, ada baiknya kita buat peraturan demi kenyamanan kita masing-masing." usul Levi. Benar juga pikir Vio, ia tak memikirkan hal itu selama ini syukur saja Levi yang inisiatif duluan pikirnya.

  "Betul tuh setuju gw!" jawab Vio girang. Levi mulai menulis aturan dari dirinya terlebih dahulu setelahnya ia memberikan kertas itu kearah Vio. Vio mulai membaca deretan peraturan dari Levi dan ia mengangguk-ngangguk tanda tak keberatan.

Lalu Vio mulai menulis beberapa peraturan dari dirinya. Ia selesai dan memberikan kembali kertas itu kepada Levi dan Levi ikut membaca peraturan dari Vio.

  "Peraturan ga ada artinya jika tak ada hukuman bagi yang melanggar, benar?" tanya Levi. " Betul! Gimana kalo satu pihak ngelanggar aturan dia harus menuruti satu permintaan pihak lainnya tanpa pengecualian bahkan hal itu melanggar peraturan sekalipun." usul Vio. "Boleh juga." setuju Levi dan langsung menulisnya di kertas.

  Ada untungnya juga pikir Vio, jika dosennya itu melanggar peraturan ia bisa minta agar tak dihukum di kampus! Memikirkannya saja sudah membuat Vio bahagia.

"Ini saya sudah siapkan materai, tanda tangan di sana." titah Levi. Tenyata perjanjian mereka seserius itu. "Jaga-jaga siapa tahu nanti ada hal besar yang terjadi dan berhubungan dengan kontrak kita ini, kita bisa membawanya ke jalur hukum." Jelas Levi melihat ekspresi Vio.

  Benar juga pikir Violia. Mungkin saja nanti saat dosen yang menyandang sebagai suaminya itu melanggar aturan dan saat Vio meminta untuk tak lagi dihukum di kampus dan ia malah melanggarnya, maka Vio akan menuntut dosennya itu. Mereka telah menanda tangani kontrak ini dan Levi menempelkannya di kulkas tempat yang paling sering di kunjungi agar mereka tak melupakan peraturan yang sudah tertera.

  "Eh, bapak ga makan?" tanya Vio melihat Levi pergi dari sana setelah menempelkan peraturan mereka. Telat ga sih dia mempertanyakan itu sekarang? Sedangkan tadi ia langsung makan saat disajikan makanan, tidak menunggu partnernya maupun bertanya, dirinya malah langsung makan gitu aja.

  "Tidak, saya tidak terlalu lapar. Tadi di rumah kamu saya sudah makan banyak cemilan." sahut Levi. "Jangan lupa cuci bekas kamu makan ya, jangan dulu ngelanggar aturan." peringatnya lalu pergi meninggalkan Vio sendiri.

"Ck! Dasar bapak-bapak ga punya ati! Masa peraturannya langsung berlaku sesaat setelah dutulis?!" keluhnya, padahal tidak ada yang salah dari hal itu. Ia mulai mencuci piring bekasnya dan alat masak yang kotor bekas Levi membuatkannya masakan. Setelah Selesai ia ikut ke atas untuk merapikan pakaiannya.

...!!AGREEMENT!!...

• PIHAK PERTAMA \= LEVIANDRE EVANDER

• PIHAK KE-DUA \= VIOLIA LAVINA CHESTERFIELD

- Dari pihak pertama -

• Pihak tidak diperbolehkan ikut campur tentang urusan pribadi pihak pertama.

• Pihak ke-dua tidak diperbolehkan mengganggu pihak pertama saat sedang bekerja di rumah.

• Kedua belah pihak berbagi tugas di dapur. Jika salah satu pihak memasak, maka pihak lainnya yang mencuci bekas masak dan makan.

- Dari pihak ke-dua -

• Pihak pertama tidak diperbolehkan menyentuh pihak ke-dua di luar keperluan, Seujung jaripun!

• Pihak pertama tidak berhak melarang dan mencapuri urusan pribadi pihak ke-dua.

• Pihak pertama tidak diperkenankan menuntut pihak ke-dua untuk berperan layaknya seorang istri.

NOTE

  SETIAP PIHAK YANG MELANGGAR HARUS MENURUTI SATU PERMINTAAN PIHAK LAINNYA, BAHKAN PERMINTAAN YANG DI LARANG DALAM PERJANJIAN.

TERTANDA,

PIHAK PERTAMA

LEVIANDRE EVANDER

PIHAK KE-DUA

VIOLIA LAVINA CHESTETFIELD

...»»---->To Be Continued<----««...

...Helloo~ udah chapter lima nihhh...

...Vio itu tomboy? Tapi suka pake rok? Gimana-gimana?...

...Gini maksudnya, kek bad girl outfit gituuu...

...Ga salah kan aku bilangnya tomboy? Emang secara sifat Vio tomboy kok😔🙏🏻...

...Kritik dan sarannya sangat dinantikan di sinii...

...Bye byee~ See you in next part🫶...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Ryo_Zanuel???
semangat yaw dari gw, jangan putus asa dan teruslah mengupgrade ceritanya, gw yakin lo bisa 💪
FairyMoo_: omg Thanks😫🙏🏻
total 1 replies
FairyMoo_
Tinggalkan komentar kalian disini ya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!