Terjerat Cinta Alana

Hai readerrrrs

Welcome back yessss 🤭🤭🤭

Thor cuman penulis newbie, dan nulis karena hobby, kalau mungkin kurang berkenan ya mohon maaf. Kadang suka iri dengan penulis yang nulisnya bagus dan keren. Jadi tambah semangat memperbaiki diri kalau ada saran yang membangun akan sangat berterimakasih. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Tetep ya vote yang banyak supaya thor semangat💪🏻💪🏻💪🏻dan like setiap sudah bacaaa yaaa,😘

Akan stabil update setiap hari jam 13.00.

Makanya, budayakan like dan vote😘😘 yang banyak. Biar thor ada ide terus dan MT nya gak lama kasi lolos reviewnya. Author sangat amat berterima kasih buat readers yang sudah meluangkan waktu dan upaya buat nge vote tanpa paksaan karena berarti reader menghargai author yang sudah susah payah bikin cerita ditengah kesibukan yang ada. Sekali lagi makasihh💋💋

Oleh karena itu plissssss, jangan lupa like ( ini gratisssss) dan votee ( ini juga gratis kokkk) 😭😭😭... biar review dan updatenya bisa cepet.

😘😍😋

Jangan lupa vote like vote like vote like vote like😇😇😇

Sambil nunggu update, bisa cek karya thor yang lain.😘 Terjebak dalam tubuh Keyra.

So jangan lupa vote dan like yaaaa

Happy reading!!!

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

" Alana tidak pernah ingin menguasai saya sekalipun ia telah melahirkan dua anak untuk saya, keturunan Perdana. Dan untuk paman, Rendra harap, paman tidak lagi mencampuri urusan keluarga Rendra, Yara dan Alana. Kalau sampai paman masih berusaha mencampuri urusan kami, Rendra tidak akan segan lagi dengan paman." sergah Saka dengan nada dingin. Ia tidak akan menoleransi siapapun yang akan menghancurkan biduk rumah tangganya dengan kedua istrinya, bahkan dengan paman Yara sekalipun. Karena jauh dilubuk hatinya ia sudah tidak lagi menaruh hormat kepada paman Yara semenjak rahasia Yara terbongkar. Dulunya ia sangat hormat pada paman Yara, karena sekalipun bibi tidak bisa memberinya keturunan, tapi paman Yara tidak pernah berpaling dan tidak menikah lagi untuk mendapatkan keturunan.

" Aku akan membawa Yara pulang bersamaku. Ceraikan dia, biar di akhir hidupnya paling tidak ia bahagia tanpa harus mengemis cinta dari kamu. Aku kecewa, seandainya saja aku tidak menyerahkan Yara ke kamu, mungkin Yara tidak usah memilih untuk dimadu. " sergah paman Yara dengan nada dingin. Tatapannya yang penuh amarah terarah pada Saka.

Amarah Saka seperti api yang tersiram bensin. Ia tidak terima dikatakan seperti itu. Ia menghargai Yara, justru karena permintaannya, ia akhirnya menikahi Alana.

" Paman keterlaluan. Apa hak paman memperlakukan kami seperti ini. Paman bukanlah ayah atau ibunya. Paman juga yang sudah membuat Yara sakit. Berani beraninya paman berkata seperti itu. Silahkan paman pulang saja. Rendra tidak akan mempertemukan paman dengan Yara. Jangan harap paman bisa menemui Yara." kata Saka sambil berbalik badan meninggalkan paman Yara yang masih berdiri ditempatnya. Paman Yara memandangi Saka dengan tatapan benci. Ia sendiri pasti bisa menemukan Yara dan membawanya pulang.

Saka langsung menuju kamar ruang rawat inap bayi Alendra, ia ingin melihat dan memantau progress Alendra. Saka memandang Alendra dari kaca depan ruangan baby. Entah kenapa seluruh masalahnya seakan terhisap mana kala memandang tubuh mungil Alendra yang masih berbaring di dalam inkubator. Walau alat alat bantu kehidupan sudah dilepaskan, tapi bayi Al tampak berjuang mempertahankan hidupnya. Keuletan Alana menurun ke Alendra sekalipun wajahnya bener bener Saka banget.

Saka memandang wajah anaknya yang menggemaskan dan sangat tampan. Ia bahagia kalau anaknya tidak meninggalkannya.

" Baby All, daddy loves you." bisik Saka di depan kaca, sambil menitikkan air mata.

Saka kemudian berjalan ke ruangan Alana, disana ternyata ada ayah, ibu dan Genta yang lagi menjagai Alana.

" Ayah, ibu." sapa Saka sambil mencium tangan mereka, lalu Genta mencium tangan Saka sambil mengulurkan tangannya ingin dipeluk oleh daddynya.

" Daddy, gendonggg. Mau lihat dedeknya Genta." kata Genta saat ada di pelukan daddynya.

" Dedek Al lagi bobok dan ga boleh diganggu. Besok aja ya?" jelas Saka sambil menciumi Genta sambil menggelitik perutnya yang berbau minyak telon.

" Kok sore sore dah bobok sih, dad!! " gerutu Genta yang sudah tidak sabar untuk menjenguk adiknya.

" Dedek bayi emang kerjaannya bobok, sayang. Besok kalau Genta datang mestinya pagi atau siang." jelas Saka sambil memandang wajah Genta yang sangat mirip Alana.

" Kalau pagi atau siang emangnya dedek bayi pas bangun ya, dad?" tanya Genta dengan wajahnya yang polos dan menggemaskan.

" Ya, gak juga. Ha ha ha ." tawa Saka membahana, karena Genta membalasnya dengan wajah cemberut, persis banget Alana saat merajuk.

" Sudahlah, Sak. Kamu itu sukanya godain Genta saja. Nanti kalau Genta ngambek, kamu bakal nyusahin ayah dan ibu. Sini Genta sama kakek aja, daddymu emang sukanya menggoda saja." sergah ayah Langit membela cucunya.

" Eits, biar Genta digendong sama baby sitternya saja. Ntar kalau kakek yang gendong, katanya encoknya kumat. " kata Saka sambil menyerahkan Genta sama baby sitternya.

" Ajak Genta untuk melihat dedek bayi dari jendela kaca, kamu ajak juga 2 bodyguard yang ada di luar selasar ruangan VVIP ini." perintah Saka kepada baby sitter yang dibawa oleh ibu Irsyana.

" Baik tuan." kata baby sitter itu sambil mengajak Genta keluar ruangan Alana. Setelah sebelumnya Genta kissbye kissbye dengan mommy,kakek dan neneknya.

" Kenapa kamu suruh Genta keluar? Ada yang mau kamu omongkan?" tanya ayah Langit dengan nada bingung.

" Iya, Saka mau cerita. Sebelum nanti kalian mendengar dari sumber yang tidak benar. Lebih baik, Saka cerita. Jadi begini..." Saka menceritakan seluruh rahasia Yara dan menceritakan niatan paman Yara untuk memaksa Saka menceraikan Yara, atau sebaliknya.

" Aduh, Sak. Ibu jadi merasa kuatir dan juga merasa bersalah. " kata ibu sambil menampilkan raut cemas.

" Ada apa sih,bu? Jangan kuatir, Saka pasti akan mengirim lebih banyak pengawal untuk mengawal Alana dan juga Yara, juga untuk Genta dan Alendra." kata Saka dengan mantab.

" Kamu itu jangan jumawa, Sak. Kamu mesti ingat bahwa paman Yara itu bisnisman terkenal di Singapura. Kamu mesti hati ati. Ayah justru takut dengan keberadaan Alana disini. Biarlah Alana dan cucu cucu kakek, ikut kakek di Kalimantan. Disana penjagaan super ketat. Kamu disini sering banget lalai untuk jaga Alana juga anak anakmu. " kata ayah Langit dengan wajah suram. Ia mengambil keputusan untuk membawa Alana juga cucu cucunya untuk ikut ke Kalimantan. Biarlah Saka mengurus Yara. Alana hanya diam, ternyata beban kehidupan Yara sangatlah berat.

" Yah, kita juga lalai menengok Yara, karena lebih mentingin Alana. Kita harus nengok Yara juga. Kasian Yara." kata ibu sambil menarik ayah untuk mengikutinya.

"Lana juga mau ikut nengokin Yara, bu. Dari awal kalian gak pernah ngijinin Lana untuk jenguk Yara." rajuk Alana.

" Yah, Alana dan anak anak jangan dibawa ke Kalimantan. Nanti Saka sama siapa, yah?" tanya Saka dengan nada melas.

" Tadi ayah sudah nanya ke dokter, pas dokter kunjungan kesini. Katanya Alana sudah bisa keluar besok. Dedek juga dalam kondisi yang cukup memuaskan, mungkin dalam waktu seminggu dia bisa keluar juga dari rumah sakit. Kamu bereskan urusan Yara dan pamannya. Jangan sampai berlarut larut. Kamu mesti tegas juga, jangan maunya sama Alana, tapi Yara kamu gantungkan. Jangan juga kamu maunya sama Yara dan Lana kamu sia siakan. Harus ADIL!!" kata Ayah dengan suaranya yang tegas dan berwibawa. Ibu hanya manggut manggut saja menanti ayah selesai bicara.

" Lana, ibu panggilkan suster dulu supaya bisa mengantar kamu ke ruangan Yara." kata ibu sambil memencet tombol help untuk memanggil suster untuk membantu mendorong kursi roda Alana.

Taklama kemudian seorang suster datang, dan ketika ibu Irsyana meminta untuk membawa Alana ke ruangan Yara, suster itu langsung keluar dan mengambil kursi roda yang ditaruh di selasar ruangan VVIP, emang untuk memudahkan pasien pasien VVIP yang hendak keluar dari kamar. Dan langsung membantu Alana untuk duduk di kursi roda dan mendorong ke tempat tujuan mereka.

Saka masih saja muram, karena keinginan ayahnya tidak bisa diganggu gugat, karena setelah kejadian baby Al, Saka merasa tidak bisa lagi berpisah dengan Alana dan anak anaknya. Ia harus mempunyai strategi untuk merayu ayahnya.

Kamar Yara yang letaknya berseblahan dengan ruangan Alana, jadi sebenernya gak jauh jauh amat. Saka yang memimpin rombongan yang ingin menjenguk Yara. Setelah masuk ke dalam ruangan rawat inap Yara, yang di lihat Saka dan yang lainnya hanya ranjang kosong tak berpenghuni.

" Bby, jangan jangan Yara diambil oleh pamannya." kata Alana sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

" Loh, Sak!! Katanya Yara gak bisa dipindah takutnya kalau kondisinya semakin drop! Gimana kalau Yara tambah drop setelah dipindah?" seru ibu Irsyana.

" Cepat cari, Sak!! Paling juga belum terlalu jauh dari tempat ini. " perintah ayah.

.

.

.

TBC